Tiongkok Retas Situs Web Rumah Sakit Militer Taiwan untuk Mendapatkan Intelijen Militer

Taiwan sedang bertahan tanpa takut atas serangan siber yang tanpa henti oleh peretas Tiongkok dalam empat tahun terakhir, menurut statistik terbaru yang disediakan oleh militer negara pulau tersebut.

Situs-situs Taiwan, terutama yang dikelola oleh militer, telah diserang ratusan juta kali oleh tentara maya rezim Tiongkok dengan sumber-sumber yang tidak diketahui, lapor surat kabar Taiwan, The Liberty Times, pada 28 Mei. Jumlah tahunan mencapai angka tertinggi sepanjang masa 727 juta kali pada tahun 2014. Tahun lalu, jumlahnya mencapai sekitar 200 juta kali.

Situs web Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, Universitas Pertahanan Nasional, Biro Peperangan Politik, dan sejumlah rumah sakit militer termasuk yang paling ditargetkan. Rumah sakit militer menjadi sasaran sebagian besar serangan siber, mencapai 720 juta kali pada tahun 2014, dan 162 juta kali pada tahun 2017.

Rumah-rumah sakit militer sering menjadi sasaran karena rezim Tiongkok ingin mendapatkan catatan medis dari para pejabat militer Taiwan dan keluarga mereka, untuk referensi silang dengan data intelijen militer Taiwan yang telah dimiliki rezim tersebut, jelas Liberty Times, mengutip para ahli militer lokal yang tidak disebutkan namanya.

Rezim Tiongkok memandang pulau Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri tersebut sebagai provinsi pengkhianat yang suatu hari akan dipersatukan kembali dengan daratan, dengan kekuatan militer jika perlu. Dalam beberapa pekan terakhir, Tiongkok telah meningkatkan latihan militer yang agresif dan bertahap di Selat Taiwan.

Dengan pengetahuan yang lebih luas tentang para pejabat militer Taiwan, rezim Tiongkok pada akhirnya ingin lebih berhasil mencuri intelijen militer Taiwan, menurut Liberty Times.

Mayor Jenderal Chen Chung-chi, juru bicara kementerian pertahanan Taiwan, meyakinkan publik bahwa catatan medis, dimana termasuk pasien-pasien sipil dan militer, tidak dikompromikan selama serangan-serangan siber tersebut, dalam konferensi pers yang diadakan pada 29 Mei, melaporkan siaran radio yang dikelola pemerintah Taiwan, Radio Taiwan International.

“Tindakan-tindakan yang diambil melalui biro keamanan informasi di bawah badan legislatif, dan mekanisme keamanan internal di dalam Departemen Pertahanan, telah memastikan keamanan tentang catatan medis orang-orang tersebut,” kata Chen.

Zheng Ji-wen, pemimpin redaksi majalah Taiwan Asia-Pacific Defence Magazine, memperingatkan ancaman dari Tiongkok yang terus dihadapi Taiwan, dalam wawancara dengan Voice of America (VOA) pada 29 Mei.

Zheng berkata, “Teknologi awan dan komputer-komputer super milik Tiongkok semakin kuat. Mampu membandingkan informasi yang berbeda yang telah [Tiongkok] peroleh, kemampuan Tiongkok tidak boleh diabaikan.”

Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Taiwan dan Beijing telah menjadi lebih tegang, sejak Presiden Tsai Ing-wen mulai menjabat pada tahun 2016. Partai Progresif Demokrat Tsai mendukung gagasan Taiwan secara resmi mengumumkan kemerdekaan, yang merupakan sinyal peringatan untuk Tiongkok.

Taiwan bukan satu-satunya target yang rezim Tiongkok sedang mencoba untuk menyusup masuk. Sebuah laporan oleh firma keamanan komputer, FireEye, dirilis pada Maret menemukan bahwa rezim Tiongkok melancarkan serangan siber untuk mencuri intelijen AS yang terkait dengan Laut Tiongkok Selatan, di mana Tiongkok saat ini membangun kehadiran militernya, mendorong perselisihan teritorial dengan sejumlah negara Asia di dekatnya.

Sebulan kemudian, FireEye menerbitkan laporan lain, menunjukkan peningkatan serangan siber dari rezim Tiongkok yang menargetkan perusahaan AS, dalam upaya untuk memperoleh informasi bisnis yang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan Tiongkok. (ran)

ErabaruNews