Sesungguhnya Insiden 4 Juni Tiananmen Adalah Kudeta Istana dan Militer

Buku “Tiananmen Killing” untuk Kali Pertama mengungkap Dokumen Rahasia Kemiliteran PKT

Liang Zhen

Tahun ini menandai ulang tahun ke 29 Pembantaian 4 Juni oleh Partai Komunis Tiongkok (PKT), sebuah buku berformat besar bernama “Tiananmen Killing (Tian An Men Sha Lu)” diterbitkan di Taiwan.

Buku ini, yang diberi judul oleh Bao Yu, sekretaris politik dari Sekretaris Jenderal PKT Zhao Ziyang (1987 – 1989), sebuah buku bergambar dengan thema kudeta militer dan kudeta istana, mengisahkan para pemimpin politik gaek PKT yang dipimpin oleh Deng Xiaoping, bagaimana dengan menggunakan senjata telah melakukan kudeta istana dan kudeta militer.

Ia merampas otoritas sekjen partai Zhao Ziyang untuk melindas gerakan mahasiswa. Juga secara tak langsung menunjukkan bahwa PKT sejak dari berdirinya partai pada 1921 hingga 2018, suatu rentang waktu 97 tahun, senantiasa adalah “rezim komunis yang tidak pernah eksis secara legal”.

Buku ini diedit oleh Yayasan Kebudayaan Qishi dan tim editor “Tiananmen Killing”, yang memakan waktu 2-3 tahun, penerbitan perdana dilakukan pada 31 Mei lalu di Taiwan.

Menurut Qi Jiazhen, seorang penulis yang tinggal di Australia dan pendiri Yayasan Kebudayaan Qishi, buku ini adalah kumpulan dari sejumlah rekan media profesional luar negeri, yang telah mengumpulkan sejumlah besar laporan semasa 4 Juni 1989 oleh media Barat termasuk: “New York Times”, “Times” Magazine dan “Newsweek” AS, “Daily Post” Inggris dan “Concours de Paris” Prancis, serta sejumlah fotografer dan seniman terkenal, yang mempertaruhkan nyawa dalam pengambilan gambar dan karya kreatif, merekam dengan gambar sejarah ril, secara komprehensif dan mendalam mengekspos kejahatan Pembantaian 4 Juni.

Deng melengserkan Hu dan Zhao sejatinya adalah Kudeta Istana

Mengenai sifat hakiki insiden 4 Juni, Qi Jiazhen menyebutkan: “Dalam buku bergambar ‘Tiananmen Killing’ disebutkan, Deng Xiaoping melengserkan Hu Yaobang (sekjen PKT 1980-1987) dan Zhao Ziyang, pada kenyataannya adalah menggerakkan Kudeta Istana, untuk mendorong penindasan berdarah dalam Pembantaian Tiananmen.”

Buku ini juga mencantumkan sejumlah besar gambar/foto-foto berharga, menyajikan kembali ketragisan Pembantaian tersebut.

Jan Wong seorang wartawan “World Post” menggambarkannya dalam buku: “Yang mengejutkan adalah bahwa militer telah menggunakan senjata medan perang… Mereka menembakkan peluru dum-dum yang dapat menembus baja tank musuh, tetapi malah digunakan untuk menghadapi warga sipil yang mengenakan pakaian musim panas….. Banyak orang tertembak malam itu, karena tentara terus menembaki kerumunan.”

Jumlah kematian dan cedera pada “insiden 4 Juni” masih menjadi misteri, buku itu mengutip seorang mahasiswa Beijing yang mengatakan kepada “Newsweek” AS bahwa “1.000 orang tergeletak di Lapangan Tiananmen, tidak tahu apakah mereka hidup atau mati.”

Pada akhir tahun lalu, dokumen-dokumen rahasia terbaru dari Inggris mengungkapkan bahwa dalam insiden berdarah itu militer PKT telah menewaskan sedikitnya 10.000 orang. Angka itu diperoleh Alan Donald, duta besar Inggris untuk Beijing kala itu, melalui seorang relasi di Komisi Dewan Negara PKT, kemudian melalui kabel diplomatik rahasia dikirim ke Inggris.

Dimulai sejak Karl Marx hingga Transplantasi Organ oleh PKT hari ini

Berbeda dengan karya-karya 4-Juni lainnya yang berfokus pada tanggal 4 Juni, buku ini memiliki bentang visi yang lebih luas, dimulai dengan pendiri komunisme Karl Marx, menjelajah sampai kelahiran dan asal-usul komunisme, serta kemudian Revolusi Kebudayaan dan Pembantaian 4 Juni disusul pembunuhan pasca Tiananmen, termasuk penganiayaan terhadap Falun Gong, pengambilan paksa organ, dan penindasan para pengacara hak asasi manusia, dapat dianggap sebagai sebuah sejarah kejahatan komunis yang padat berisi.

Qi Jiazhen mengatakan bahwa tahun ini menandai peringatan ke-200 kelahiran Marx dan juga peringatan tahun ke-170 penerbitan “Manifesto Komunis”, dirasa perlu untuk merefleksikan kejahatan Marx, pencetus Partai Komunis.

Karena 4 Juni tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi memiliki akar penyebabnya. “Jika tidak sepenuhnya mengekspos sifat komunisme yang ekstrem kejam, dari sang pendiri Komunis Karl Marx, dari Stalin Uni Soviet dan pembunuhan oleh Lenin, insiden 4 Juni tidak berani menjadi begitu merajalela.

Sejarah PKT ditandai dengan pembukaan yang menggunakan pembantaian berdarah, menciptakan ketakutan, dan membuat masyarakat Tiongkok takluk di bawah moncong senapan.”

Qi Jiazhen berharap bahwa melalui penerbitan buku tersebut, agar rakyat di daratan Tiongkok sekali lagi mengenali kejahatan PKT.

“Keruntuhan PKT tinggal menunggu waktu”, dan menyambut publik untuk menyimpan catatan tentang fakta kebenaran 4 Juni dan memberikannya kepada mereka, demi penyediaan materi bagi pembentukan arsip 4 Juni di luar negeri kelak. (WHS/asr)