Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (9-2)

Cai Daya

Meneliti peradaban manusia kali ini, mungkin tidak ada satu kota pun yang bisa disamakan dengan Yerusalem. Sepanjang tiga ribu tahun sejarah pembangunan kota ini, telah berkali-kali dihancurkan dan mengalami perang, namun tetap bisa berdiri lagi di lokasi semula. Yerusalem terletak di perbukitan dengan ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, bersebelahan dengan tiga lembah dan dikitari oleh gunung yang lebih tinggi, menjadikan Yerusalem sebagai lokasi strategis yang mudah dipertahankan namun sulit diserang. Namun bukan karena letak geografisnya yang strategis, melainkan kekuatan spiritual yang membuat kota ini abadi, karena kota ini merupakan kota suci bagi tiga agama besar.

  1. Sesungguhnya di manakah kuburan Yesus?

Proyek pekerjaan arkeologi dan restorasi yang mengelilingi Gereja Makam Kudus mendapat perhatian penuh dari dunia Kristen.

Gereja Makam Kudus paling awal dibangun pada abad ke 4 semasa Kaisar Konstantin memerintah Kekaisaran Romawi dan dihancurkan pada abad ke 11, puluhan tahun kemudian dibangun ulang dan dipertahankan sampai saat ini. Selama hampir 1000 tahun ini telah mengalami bencana alam, seperti gempa bumi 1927, struktur bangunannya sudah sangat rapuh, maka itu pekerjaan renovasi hanya dapat dilackukan dengan sangat hati-hati.

Adapun “Makam Kudus” yang paling penting, ia konon merupakan gua pemakaman tempat Yesus disemayamkan setelah kematianNya. Sampai tahun 2016 baru mulai diperbaiki, karena co-manajemen Gereja yang terdiri dari 6 denominasi Kristen mengambil sikap menentang terhadap setiap perubahan Gereja Makam Suci.

Dari benda purbakala berharga yang digali terdapat sekeping medali emas timbul (embossed) berdiameter 10 cm yang diatasnya terpahat tongkat lilin, shofar (alat musik tiup terbuat dari tanduk khas Yahudi) dan segulung kitab Taurat. (video screenshot)

Kemudian pemerintah Israel mengambil jurus pamungkas dan berdalih atas dasar pertimbangan keamanan, telah menutup Makam Kudus dan akhirnya setiap sekte/aliran mau tidak mau harus menyetujuinya.

Selanjutnya, tim arkeologi yang berasal dari Yunani dengan menggunakan instrumen paling canggih telah melakukan pekerjaan eksplorasi, penelitian dan restaurasi selama sembilan bulan.

Dikatakan bahwa setelah Yesus diturunkan dari salib, Ia ditempatkan di sebuah gua yang berjarak 40 meter. Kemudian, ketika Gereja Makam Kudus dibangun, pintu batu gua itu dibongkar, jadilah aula gereja yang sekarang. Batu cadas datar untuk meletakkan Yesus: Batu Makam Kristus, terletak di Kapela Makam Kudus (Edicule) di aula tengah.

Konon pada tahun 1555, Makam Kudus pernah ditutup dengan sepotong batu marmer besar dan dibuka kembali setelah lima ratus tahun.

Setelah para arkeolog membuka segel (penutup batu) tersebut, dengan terkejut menemukan bahwa dibawah masih terdapat beberapa lapis lantai: sebongkah penutup marmer besar muncul di bawah lapisan kerikil, yang diatasnya terukir sebuah simbol salib.

Marmer besar ini adalah penemuan baru yang tidak terduga oleh para arkeolog, menurut perkiraan para ahli itu, ini seharusnya merupakan  tanda rekam jejak Tentara Salib ketika mereka menduduki Yerusalem. Sedangkan Batu kapur (limestone) di bawahnya merupakan tanah yang pernah bersentuhan dengan tubuh  Yesus.

Proyek pekerjaan arkeologi dan restorasi yang mengelilingi Gereja Makam Kudus menjadi fokus bagi kaum Kristiani dunia. Gambar menunjukkan Kapela Makam Kudus di aula besar Gereja Makam Kudus. (Getty Images)

Di saat kaum Nasrani terharu dengan penemuan di dalam Makam Kudus dan berharap hasil penelitian itu dapat dipublikasikan selekas mungkin. Justru orang–orang Yahudi melompat kegirangan atas penemuan arkelogis di dekat Gereja Makam Kudus, karena mereka percaya telah menemukan bukti kuat bahwasanya Yesus adalah manusia dan bukanlah Tuhan.

Pada tahun 1980, arkeolog Yahudi menemukan kuburan lainnya di dekat Gereja Makam Kudus, di sebuah kuburan kuno yang bernama “The Talpiot Tomb ” (Makam Talpiot), mereka menemukan 10 peti mati kuno yang berisi tulang kerangka, di mana diatas enam peti mati tersebut terukir dalam bahasa Ibrani: “Yesus – anak Yusuf”, “Yahudi – anak Yesus”, “Maria”, “Mariannene”, “Yosa” dan “Matya”.

Ahli geologi Israel Arye Shimron menerbitkan hasil temuannya pada tahun 2015, menyebutkan ada bukti cukup untuk membuktikan bahwa The Talpiot Tomb (makam Talpiot) kuno memang kuburan keluarga Yesus.

Sebetulnya, sejak dahulu hingga sekarang, orang Yahudi tidak pernah mengakui Yesus memiliki sifat keilahian, bisa muncul temuan seperti itu bagi dunia Kristen tidak mengherankan, maka itu tidak sampai menimbulkan terlalu banyak kehebohan dan perang kata-kata.

Bagi masyarakat Islam, meskipun Yesus terkategori sebagai salah satu dari para nabi dan dihormati sampai level tertentu oleh kaum Muslim. Tetapi mereka tidak peduli apakah Yesus pernah dibangkitkan, karena bahkan nabi Muhammad sendiri juga mengalami kehidupan dan kematian di dunia ini. Tetap saja masih diyakini dan dihormati oleh semua Muslim.

Yang lebih memprihatinkan bagi masyarakat Islam adalah upaya orang Israel untuk membangun kembali Bait Suci Ketiga, akankah mempengaruhi dua masjid yang dimuliakan di atas gunung Bait Suci?

  1. Tujuan utama aktivitas arkeologi Israel

Alasan Israel tetap harus terus menggali meski menghadapi tentangan (opini) dunia, sesungguhnya bukan hanya untuk membuktikan legitimasi mereka atas kota suci kepada negara-negara Arab, juga tidak ingin membuktikan kepada masyarakat Barat bahwa Yesus pernah menikah dan memiliki anak dan kemudian wafat.

Niat sejati Israel untuk melaksanakan aktivitas arkeologi adalah demi menemukan Tabut Perjanjian (Wadah yang digambarkan dalam Alkitab berisi Loh-Loh Batu di mana tertulis Sepuluh Perintah Allah, Tongkat Harun dan Roti Manna) dan lokasi tepat dari kuil pertama. Tujuannya adalah untuk membangun kembali tempat suci dambaan orang Yahudi dan mengembalikan Tabut Perjanjian ke dalam kuil.

Karena sejak Kuil Pertama pada tahun 586 SM dihancurkan, Tabut Perjanjian itu telah hilang, selama ribuan tahun ini. orang-orang Yahudi yang tulus selalu percaya bahwa Tabut Perjanjian mereka masih utuh, dan ditempatkan di lokasi tersembunyi di kota Yerusalem, dan pada umumnya meyakini berada di bawah Gunung Bait Suci.

Setelah pada tahun 1967, ketika Israel sekali lagi menguasai kota tua Yerusalem, para arkeolog dan rabbi Yahudi mulai mengeksplorasi lagi dan berharap menemukan keberadaan tabut.

Sampai tahun 1981, tiga rabi Yahudi sesuai peninggalan peta para nenek moyang, menemukan jalan rahasia di bawah gunung kuil Suci, di mana seorang rabi mengkonfirmasi di akhir saluran ini terhubung ke sebuah ruangan, dan Tabut Perjanjian itu diletakkan di sana dengan aman dan baik-baik saja.

Tidak peduli kata itu benar atau tidak, pemerintah Israel hingga kini belum berkomentar apapun kepada publik, terhadap masalah pencarian tabut juga sangat low profile. Ssikap yang seolah tidak peduli tersebut tak pelak membuat orang menjadi curiga, apakah pemerintah Israel telah memiliki jawaban atas keberadaan Tabut Perjanjian? (HUI/WHS/asr)

Bersambung

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (1)

Penantian Ilahi di Kota Suci — Kisah 4000 Tahun Yerusalem (2)

Penantian Ilahi di Kota Suci – Kisah 4000 Tahun Yerusalem (3)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerussalem (4)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (5)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (6)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-1)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (7-2)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (8-1)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (8-2)

Penantian Ilahi di Kota Suci- Kisah 4.000 Tahun Yerusalem (9-1)