Nawacita dan “Dewi Fortuna” yang Tak Kunjung Tiba

Oleh Iswahyudi

Nawacita adalah visi dan misi yang ingin diwujudkan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Nawacita mulai disampaikan pada saat Pilpres 2014. Pada dokumen visi, misi dan program kerja Jokowi-JK, Nawacita dijabarkan panjang lebar hingga 5,5 halaman.

Kini pemerintahan Jokowi-JK telah memasuki tahun keempat, sejauh mana realisasi Nawacita bisa dicapai oleh pemerintahan mereka? Agenda apakah yang terkategorikan rapor biru dan rapor merah? Dan apa solusi selanjutnya?

Berdasarkan laporan dari laman katadata.co.id tentang Menakar Rapor Kinerja Empat Tahun Pemerintahan Jokowi-JK memang ditemukan ada catatan positif dan negatif selama empat tahun memerintah.

Ekonom Bhima Yudistira dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa sasaran RPJMN masih banyak yang meleset. Karena perekonomian banyak ditopang oleh komoditas yang fluktuatif. “Hampir sebagian besar target ekonomi tidak tercapai, kecuali inflasi yang relatif lebih terkendali,” kata Bhima kepada katadata.co.id, Kamis (25/10)

Jokowi-JK menargetkan pertumbuhan ekonomi cukup ambisius yakni 7% pada 2019. Namun, realisasinya masih rendah. Bhima memprediksi tahun ini hanya di kisaran 5%.
Bhima memaparkan adanya stagnansi pertumbuhan disebabkan porsi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun, menyentuh di bawah 20% pada kuartal II tahun ini. Angka pengangguran yang sekarang berada di 5,13% masih bisa ditekan menjadi 5%, asalkan pemerintah konsisten mendorong industri, pertanian, dan ekonomi digital.

Target penurunan angka kemiskinan juga meleset dari target RPJMN yaitu 7,5-8,5%, meski telah direvisi menjadi 8,5-9,5%. Walau demikian tingkat kemiskinan yang berada di level satu digit (di bawah 10%) adalah sebuah prestasi dan pertama kali dalam sejarah.

Beberapa sasaran jangka menengah lain yang meleset adalah kurs rupiah terhadap dolar AS yang tahun ini ditargetkan Rp 12.050 per USD, kenyataannya hingga 24 Oktober, nilai tukar acuan rupiah yang diperdagangkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate melemah cukup dalam, yakni Rp 15.193 per dolar AS.

Kabar gembiranya akhir November 2018 kurs rupiah mengalami apresiasi ke level 14.300. Sementara itu defisit transaksi berjalan (CAD-Current Account Defisit) yang merupakan variabel fundamental ekonomi mencapai 3% dari PDB (Produk Domestik Bruto) pada kuartal ke-2 2018.

Rasio utang pemerintah ñampak memiliki selisih yang besar dari target yang ditetapkan 21,1%. Namun, per September lalu rasionya bertambah mencapai 30,4% atau secara nominal sebesar Rp 4.416 triliun.

Ketua Dewan Pimpinan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani menilai kelemahan pemerintahan Jokowi-JK adalah masalah koordinasi (ego sektoral) antar lembaga. Terutama pemerintah pusat dan daerah. Hal ini membuat kebijakan pro bisnis yang masuk dalam 16 paket ekonomi acapkali sulit diimplementasikan.

Peluncuran paket ekonomi ke 16 yang kontroversial, – terutama yang berkaitan dengan relaksasi DNI (Daftar Negatif Investasi) yang memperbolehkan kepemilikan asing 100%, yang akhirnya dibatalkan, karena banyak sekali yang menentang baik dari kalangan ekonom maupun HIPMI.

Relaksasi DNI itu banyak diyakini akan mematikan ekonomi UMKM Indonesia yang merupakan sektor yang paling tangguh dalam menghadapi krisis, seperti yang telah dibuktikan pada krisis moneter 98, di mana sektor UMKM-lah yang paling tangguh dalam kondisi krisis.

Infrastruktur adalah fokus utama dari pemerintahan Jokowi-JK. Selama 4 tahun pemerintahannya target pembangunan rel kereta api 3.258 km dipangkas menjadi 1.349 km pada 2019 karena ada masalah pendanaan.

Target pembangunan bandara baru cukup menggembirakan. Target 252 bandara, terealisasi 247 bandara baru. Sementara pembangunan pelabuhan baru jauh dari target. Dalam periode 2015-2018 Kemenhub hanya mengembangkan 104 pelabuhan, sedangkan target RPJMN pada tahun 2019 harus ada 172 pelabuhan baru yang dibangun.
Berita gembiranya, target pembangunan jalan tol hampir terlampaui. Dalam RPJMN, target penyelesaian kumulatif jalan tol mencapai 1.000 km pada 2019. Sementara saat ini 941 km jalan tol baru telah terbangun, sedikit lagi target terlampaui.

Rapor Merah HAM

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyematkan rapor merah bagi pemerintahan Jokowi-JK terkait komitmen penyidikan pelanggaran HAM berat. Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mencatat, ada sembilan kasus HAM berat yang bertahun-tahun belum juga diselesaikan oleh pemerintahan Jokowi.

Rapor Biru

Selain banyak mengkritik, ekonom Bima Yudistira juga melakukan penilaian yang fair terkait prestasi yang diraih oleh pemerintahan Jokowi-JK. Target inflasi tahun 2018 terjaga di level 3,5%. Ini terjadi karena Adanya satuan tugas (satgas) harga pangan dan pembangunan infrastruktur berdampak pada efisiensi biaya transportasi.

Bank dunia dan lembaga rating menaikkan peringkat Indonesia sebagai negara layak Investasi dan menaikkan peringkat ease doing business dari ranking 91 ke ranking 72.
Selain itu Perhatian kepada Usaha Kecil dan Menengah juga baik karena ada Kredit Usaha Rakyat (KUR), dana desa, hingga sertifikat. Tahun ini, jumlah alokasi KUR tersalur ditargetkan mencapai Rp 120 triliun atau naik signifikan dari 2017 sebesar Rp 96,7 triliun dan Rp 94,4 triliun pada tahun 2016.

Hanya Sedikit Butuh Keberuntungan bagi Jokowi

Dari visi, misi, program, strategi dan eksekusi yang dilakukan oleh Jokowi-JK secara logika sangat ideal, sistematis dan terstruktur. Namun, kenapa pertumbuhan ekonomi yang dijanjikan meroket tak kunjung tiba, dan ada kecenderungan terus turun? Tim ekonomi Jokowi membuat alibi bahwa faktor eksternal seperti kelesuan ekonomi global dan perang dagang AS-RRT yang tak kunjung reda membuat semua target pertumbuhan ekonomi meleset.

Kalau merenungkan kembali tentang kemunculan Jokowi yang tiba-tiba dan tak terduga, pernuh dengan aroma keberuntungan alias datang pada momentum yang tepat. Di awal pemerintahannya, Jokowi berada pada saat harga minyak dunia turun sehingga berhasil mencabut subsidi BBM tanpa gejolak sosial yang berarti. Ditambah figur yang sederhana merakyat yang membuat masyarakat mempunyai rasa trust yang kuat bahwa ia mampu membawa perubahan.

Modal trust ini sangat penting bagi seorang presiden untuk menjalankan program-programnya. Ini menandakan bahwa faktor keberuntungan adalah pertanda restu Semesta (Mestakung) ada dipihak Jokowi pada masa awal pemerintahannya. Namun apakah Dewi Fortuna akan selalu berpihak padanya? Inilah teka-teki yang harus ia pecahkan. “Ada tanggung jawab yang besar pada kuasa yang besar.”

Dilihat dari Rapor selama empat tahun berkuasa, nampaknya ada clue bagi Jakowi untuk menarik “Dewi Fortuna” berpihak kepadanya. Bukan dari aspek ekonomi yang harus diperjuangkan, Tapi titik termerah dalam rapor kinerja pemerintahannya; yaitu Rapor HAM-nya. Filosofinya, “ Memperkuat titik terlemah adalah kunci “dewi fortuna-nya,”.

Rapor merah HAM ini menyiratkan pesan bahwa Jakowi nampaknya lebih mendahulukan kepentingan ekonomi dari pada kepedulian pada isu-isu hak asasi manusia.
Padahal inti pembangunan adalah membangun manusia dan moralitasnya.

Kepedulian pada nilai moralitas kemanusiaan selalu membawa berkah dan keberuntungan walau sekilas rugi secara ekonomis. Inilah saat-saat paling sakral bagi seorang pemimpin berhubungan dengan Tuhan yang kuasa memberi keberuntungan dan berkah.

Belajar dari Trump way dan Stephen Harper Way

Pemilu Amerika Serikat penuh kejutan. Semua lembaga suvey menjagokan Hillary Clinton akan memenangkan kontestasi pilpres. Semua media ramai-ramai memojokkan Trump dan mem-bully-nya. Kekuatan deep state (pemerintah bayangan) membendung Trump dengan segala daya upaya.

Bahkan artis Hollywood jika ingin terkenal, mereka harus melakukan “ritual” mencaci Trump di depan Media. Media massa dalam dan luar negeri mengarahkan moncong senapan-pena padanya.

Tapi tiba-tiba Trump menjadi presiden Amerika Serikat. Setelah kemenangan itu serangan tidak berhenti sampai di situ. Tapi dia bergeming. Semakin dicaci semakin polling-nya naik.
Rupanya Trump membawa nilai-nilai Tradisi, nilai-nilai keluaga, dan ungkapan terkenal Trump seperti, “ Di Amerika, Kita tidak memuja pemerintah, Kita memuja Tuhan” dan “Promise Made, Promise Kept” bisa menunjukkan kepeduliannya pada nilai ketuhanan dan moralitas. Ini yang luput diliput dari media pada umumnya.

Pada pidato Mike Pence di Hudson Institute (4/10/2018) terungkap kepedulian terhadap nilai-nilai HAM pada minoritas yang teraniaya di Tiongkok seperti Muslim Uighur, Buddha Tibet, Kristen Bawah Tanah dan Falun Gong. Hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan, moralitas dan kepedulian pada minoritas yang tertindas inilah yang kelihatannya membuat “Dewi Fortuna” selalu bersamanya.

Senada dengan Trump, Stephen Harper, perdana menteri Kanada ke-22 dari Partai Konservatif yang menjabat antara tahun 2006-2015. Dia sering mendapat tawaran investasi dan kontrak bisnis dengan RRT tapi dengan mensyarakatkan tidak memberi ruang gerak pada kelompok spiritual dari Tiongkok Falun Gong yang menjamur di Kanada.

Namun Herper keukeh mempertahankan pendiriaannya bahwa setiap warga Kanada berhak dihargai pilihan kepercayaannya dan itu tidak bisa diubah dengan tawaran apapun. Harper, pada periode pertama pemerintahannya ada sedikit skandal, berhasil memerintah dua periode karena faktor kepeduliannya pada kebebasan berkeyakinan.

Baik Trump way maupun Harper Way telah bisa jadi kunci untuk “Dewi Fortuna” mereka. Walaupun terkadang serasa keluar dari lubang jarum. Keberuntungan tanda keberkahan. Keberkahan tanda penuh kebajikan.

“Ingin dua Periode? Perbanyaklah menabur kebajikan sejati.” Boleh bangun raganya, tapi jangan lupa bangun jiwanya. Semua adalah untuk Indonesia Raya. – Pesan WR. Soepratman. (IWY/WHS/asr)