Apple, Ford Terpukul di Tiongkok, Intip Lewat 8 Data Ekonomi Tiongkok

oleh Wu Ying

Hari Rabu (2/1/2019) perusahaan Apple merevisi anggaran belanja. Penjualan Ford Motor Company di Tiongkok turun tajam, seakan menjadi peringatan awal dari memburuknya perekonomian Tiongkok. 8 data ekonomi terbaru Tiongkok membuat orang terkejut, perlu diamati karena mengungkap kesulitan operasi bisnis asing di daratan Tiongkok.

Sebagaimana dilaporkan oleh Wall Street Journal dan CNBC Financial Report bahwa perlambatan ekonomi Tiongkok saat ini berbeda dengan resesi ekonomi sebelumnya. Kali ini, tidak hanya perusahaan menghadapi ‘musim dingin’, tetapi konsumen Tiongkok juga ikut terpukul.

Tiongkok saat ini selain prospek ekonominya memburuk, ia juga menghadapi perang dagang. Tingginya biaya hidup, perlambatan pertumbuhan upah, penjualan yang mandek, naiknya biaya produksi dan lainnya sedang menghantam perusahaan dan konsumen Tiongkok.

Apple merevisi anggaran belanja perusahaan

Karena perlambatan ekonomi Tiongkok, Tim Cook, CEO Apple pada 2 Januari mengadakan revisi anggaran belanja perusahaan.

Apple dalam sebuah surat terbuka mengatakan bahwa revisi itu terutama disebabkan oleh perlambatan ekonomi pasar berkembang, terutama di Greater China, di mana tingkat perlambatan lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

Apple memangkas perkiraan pendapatan kuartal pertama menjadi USD. 84 miliar, turun dari perkiraan sebelumnya yang sekitar USD. 89 – 93 miliar.

Perusahaan Ford menghadapi ‘musim dingin’ di pasar Tiongkok

Selain perusahaan Apple, perusahaan mobil AS Ford juga menghadapi tekanan perlambatan ekonomi Tiongkok.

Penjualan mobil Ford di Tiongkok tahun lalu turun tajam, dengan penurunan yang lebih dari 30% dalam sebelas bulan pertama dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada bulan November tahun lalu saja, volume penjualan turun lebih dari 50% YoY.

Menurut data Price Waterhouse Coopers (PwC), kapasitas produksi tahunan mobil saat ini dapat mencapai 43 juta unit, tetapi produksi tahun ini kurang dari 29 juta unit dengan tingkat pemanfaatannya yang kurang dari 70%.

Sekarang, industri mobil asing di daratan Tiongkok menghadapi pilihan yang sulit : Apakah akan meninggalkan investasi besar di masa lalu untuk meninggalkan Tiongkok, atau menginvestasikan lebih banyak dana guna bertahan, menunggu keadaan pasar berbalik ? Suzuki Motor Corp benar-benar menarik diri dari pasar Tiongkok pada tahun 2018 untuk menghindari kehilangan lebih banyak uang.

Ike Boruchow, seorang analis di Wells Fargo pada hari Rabu kepada investor mengatakan bahwa perang dagang AS – Tiongkok tahun ini masih sangat tidak pasti, konflik bahkan  cenderung meningkat.

Bagi dunia luar, penyesuaian operasi perusahaan asing di Tiongkok seakan menjadi tanda peringatan dini bahwa ekonomi Tiongkok akan terus memburuk. Dari data ekonomi Tiongkok terbaru yang diperoleh di bawah ini, memang membuat orang terkejut.

8 data ekonomi terbaru Tiongkok cukup mengejutkan

Penjualan ritel : Pada bulan November tahun lalu tingkat penjualan ritel tahunan turun menjadi 8,1%, yang merupakan tingkat terendah dalam 15 tahun terakhir.

Area penjualan properti : Dari bulan Januari hingga November tahun lalu, area penjualan properti tahunan meningkat 1,4%, dan tingkat pertumbuhan turun 0,8 % dari bulan Januari hingga Oktober.

Penjualan mobil : Penurunan terbesar dalam tujuh tahun terakhirterjadi pada bulan November tahun lalu, turun 13,86% YoY, dan itu adalah penurunan 5 bulan berturut-turut.

Menurut data terbaru yang dirilis oleh ZoZoGo, perusahaan konsultan industri mobil Tiongkok pada hari Kamis bahwa, volume penjualan tahunan mobil pada tahun 2018 adalah 3% lebih rendah dari tahun 2017. Ini adalah pertama kalinya pasar mobil Tiongkok mengalami pertumbuhan penjualan tahunan yang negatif sejak tahun 1990.

Pajak konsumsi : Pendapatan pajak konsumsi pada bulan Oktober dan November tahun lalu turun tajam, turun masing-masing 61,6% dan 71,2% YoY. Pajak konsumsi Tiongkok dikenakan atas barang-barang mewah seperti kosmetik dan perhiasan kelas atas, serta mobil dan BBM.

Laba industri : Laba industri mengalami penurunan 1,8 % dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan terjadi selama 8 bulan berturut-turut, dan merupakan pertumbuhan negatif pertama dalam 3 tahun terakhir.

Pertumbuhan ekspor : Di hitung dalam mata uang dolar AS, pertumbuhan ekspor pada bulan November tahun lalu turun tajam dari 15,5% pada Oktober menjadi 5,4%.

PMI : PMI bulan Desember tahun lalu menurun di bawah angka 50, mngakhiri ekspansi sekitar 2 tahun dan memasuki masa resesi. Ekonomi Tiongkok diperkirakan akan terus melambat tahun ini (2019).

Pertumbuhan PDB : Pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga tahun lalu mencapai tingkat terendah dalam hampir satu dekade, hanya mencapai 6,5%. Para pengamat ekonomi memperkirakan bahwa tingkat pertumbuhan tahunan (PDB) pada kuartal keempat tahun lalu akan turun menjadi 6,4%. Dan pertumbuhan tahun 2019 akan semakin melamban. Ramalan Akademi Ilmu Sosial Tiongkok menunjukkan bahwa PDB akan turun menjadi 6,3% tahun ini.  (Sin/asr)