Bagaimana Hilangkan Ancaman Laten Politik yang Dikhawatirkan Beijing?

Zhou Xiaohui

Menurut berita di media massa PKT, Rapat Perluasan Komisi Militer Pusat Parta Komunis Tiongkok (PKT) digelar di Beijing tanggal 14 Januari 2019 lalu.

Wakil ketua Komisi Militer Pusat sekaligus anggota Komisi Politbiro Pusat yakni Zhang Youxia yang menghadiri rapat tersebut, selain menekankan keputusan penting Xi Jinping yang menginstruksikan pemikiran dan aktivitas serempak membuka lembaran baru pemberantasan korupsi di tubuh militer PKT. Keputusan itu disebutkan “Agar mengedepankan pengawasan politik, melakukan audit politik dengan baik, memperbaiki penyimpangan politik dan menyingkirkan bahaya laten politik”, “Berkontribusi persiapan menghadapi perang” dan lain sebagainya.

Menurut tokoh komentator Hongkong Lin Heli dalam artikel yang dipublikasi di hari yang sama pada surat kabar “Apple Daily” yang mengutip informasi yang dapat dipercaya dari pihak militer disebutkan, di antara 7 anggota Komisi Militer saat ini, satu-satunya yang menjadi orang kepercayaan Xi Jinping hanyalah Zhang Youxia yang juga sesama Partai Aristokrat (putra pejabat partai).

Selain itu, artikel mengungkapkan, walaupun para perwira tinggi militer ‘kelompok anti-Xi’ seperti Guo Boxiong, Xu Caihou, Fang Fenghui dan Zhang Yang telah disingkirkan, tapi jaringan yang sudah berurat akar ini tidak bisa disapu tuntas hanya dalam satu dua tahun.

Berarti, pernyataan Zhang Youxia di Rapat Perluasan Komisi Militer telah membenarkan teori Lin Heli, yakni pidato Zhang yang berniat mewakili Xi, akan terus menyingkirkan kekuatan ‘anti-Xi’ di dalam tubuh militer dengan dalih pemberantasan korupsi, agar dapat membersihkan ancaman bahaya laten politik.

Sedangkan di dalam notulen yang dirilis pasca Rapat Pleno III Komisi Kedisiplinan Pusat Angkatan ke-19 PKT yang berakhir 13 Januari lalu, juga disebutkan Komisi Kedisiplinan Pusat akan memperbesar upaya pemberantasan korupsi di bidang moneter, “Mencegah kelompok berkepentingan berkomplot dengan kader pemimpin yang korup”.

Tak diragukan lagi, baik Komisi Kedisiplinan Militer PKT maupun Komisi Kedisiplinan Pusat menyampaikan informasi yang menekankan di balik “pemberantasan korupsi meraih kemenangan mutlak” tetap masih ada arus bawah yang eksis, juga ada kelompok berkepentingan melawan Zhongnanhai (PKT Pusat), juga pejabat yang tidak menghiraukan larangan, ada juga bahaya laten politik yang sewaktu-waktu dapat menjadi ancaman terhadap petinggi Zhongnanhai.

Hu Deping, putra mantan Sekjend PKT Hu Yaobang (1982-1987) yang membantu Xi Jinping dalam memberantas korupsi pada tahun 2014 lalu pernah mengatakan, hambatan terbesar dalam reformasi adalah ‘kelompok kepentingan khusus’, yang dimaksud ‘kelompok kepentingan khusus’ ini adalah mencakup keluarga besar Jiang Zemin, antek-antek kelompok Jiang dan orang-orang di sekitarnya yang berkepentingan dengan mereka. Melibatkan berbagai lapisan internal PKT dari partai, administratif dan militer, serta kekuatan ini tidak kecil, dengan berpusat pada Jiang Zemin sendiri.

Namun demikian, walaupun pemberantasan korupsi dalam lima tahun terakhir kekuatan kelompok kepentingan khusus ini telah terkikis dan tengah sekarat, namun karena di Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-19 (Oktober 2017), Xi Jinping memilih berkompromi dengan kelompok berkepentingan ini karena hendak melindungi partai dan kekuasaannya, tidak lagi ‘memporak-porandakan inti kekuatan jahat” itu, mengakibatkan tokoh inti dan para pejabat partai, administratif dan militer dari kubu tersebut yang juga korup dan masih berkuasa, sampai sekarang belum diciduk.

Orang-orang ini walaupun di mulutnya selalu mengatakan sejalan dengan ‘inti Xi Jinping’, tapi faktanya diam-diam selalu menentang Xi, bahkan diam-diam menciptakan hambatan, memanfaatkan situasi membuat onar, seperti mantan Sekretaris Provinsi Shaanxi Zhao Zhengyong yang menganggap angin lalu instruksi Xi Jinping terkait pembangunan Vila di Pegunungan Qinling adalah salah satu contohnya.

Inilah hasil yang diprediksi setelah Xi Jinping menentukan pilihan ini, juga yang menyebabkan sampai sekarang ini masih harus menyingkirkan bahaya laten politik.

Saat ini, tekanan yang dihadapi Xi Jinping tidak hanya dari perang dagang yang dikobarkan pemerintah Trump dan pembenahan strategi keamanan nasional saja, juga berasal dari kekuatan ‘anti-komunis’ seluruh dunia, ada pula kaum reformis dari dalam negeri, juga kelompok kepentingan khusus yang menguasai tidak sedikit sumber daya, serta aspirasi rakyat yang terus menggelora, dan yang disebut terakhir adalah kekuatan yang paling berdampak langsung menggoyahkan rezim PKT, sementara yang lainnya adalah tenaga bantuan yang menopang kekuatan rakyat.

Bagi pemerintahan Xi, saat ini yang paling berbahaya tidak hanya kekacauan tak terprediksi yang ditimbulkan oleh kelompok kepentingan khusus itu, tapi juga karena telah kehilangan tidak sedikit dukungan kaum reformis internal partai dan masyarakat luas.

Kaum berwawasan dari dalam maupun luar PKT yang awalnya berharap akan melalui jalan keterbukaan sejati karena pemberantasan korupsi yang dilakukan Xi Jinping, namun pasca Kongres Nasional PKT ke-19 (2017) harapan mereka itu telah berubah menjadi kekecewaan.

Sejumlah tokoh termasuk Hu Deping sendiri, guru besar Beijing University Zheng Yefu dan juga guru besar Tsinghua University Xu Zhangrun bahkan terang-terangan mengkritik pemerintahan Xi dengan mengatakan ‘reformasi telah mati’, dan menuntut agar PKT ‘mundur dengan damai’ dan lain sebagainya.

Sementara rakyat semakin membenci pemerintah karena terhadap berbagai insiden nasional, seperti tragedi P2P Lending (penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan Pemberi Pinjaman dengan Penerima Pinjaman dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam melalui sistem elektronik dengan menggunakan jaringan internet), vaksin beracun, wabah babi Afrika, penyiksaan anak, insiden sadis di sekolah, perusahaan bangkrut dan satu persatu peristiwa buruk lainnya, pemerintah yang tidak melakukan apa pun, bahkan membohongi, mengancam, menekan dan lain-lain.

Pemikiran “Anti-komunis” telah tertanam di dalam hati banyak orang. Walaupun media corong pemerintah terus menyanyikan puja-puji terhadap PKT, namun hawa dingin telah merebak di seluruh Tiongkok.

“Tahun 2019 adalah tahun terburuk dalam sepuluh tahun terakhir, namun sekaligus akan menjadi tahun terbaik dalam sepuluh tahun mendatang”, kata-kata pameo ini tengah beredar luas di internet.

“Dimanakah ada jalan?” Diprediksi pemerintah saat ini sangat pusing, di satu sisi tidak ingin memenuhi aspirasi rakyat untuk menapaki jalan reformasi keterbukaan yang sesungguhnya, apalagi membawa negaranya menuju demokratisasi, karena itu berarti akan terjadi ‘perubahan sistem negara’; di sisi lain, untuk melindungi wilayah dan kekuasaan PKT ini.

Berarti tidak akan bisa menghapus tuntas bahaya laten politik apalagi menciduk si ‘macan tua’, berarti harus berkompromi dengannya, karena menciduk ‘macan tua’ yang paling korup dan paling jahat itu berikut para anteknya, berarti harus mengumumkan kejahatannya.

Jika kejahatan mereka itu diumumkan maka seluruh dunia akan tahu betapa tercela, kotor, kejam dan buruknya PKT. Maka PKT pun akan dicampakkan oleh seluruh masyarakat Tiongkok dan juga masyarakat dunia.

Apakah akan ada jalan ketiga yang bisa dilalui oleh pemerintah Xi? Menurut penulis tidak ada.

Zhongnanhai hanya memiliki dua pilihan dengan dua akibat, yang pertama adalah menyingkirkan bahaya laten politik secara tuntas, untuk melangkah menuju reformasi sistem pemerintahan, dan menjadi pemimpin dalam rezim pemerintahan baru; yang kedua adalah berkompromi dengan kelompok Jiang Zemin untuk menyambung nafasnya yang tengah senin-kamis, sampai dengan membiarkan diri terbawa pergi oleh tiupan angin.

Akan ke mana dan menjadi apakah, hanya langit dan bumi yang tahu. (SUD/WHS/asr)

Video rekomendasi :