Amerika Akui Pemimpin Oposisi Venezuela sebagai Presiden Sementara Yang Sah

EpochTimesId — Amerika Serikat mengakui kepala kongres yang dikendalikan oleh oposisi Venezuela sebagai presiden sementara yang sah di negara itu. Pengakuan itu disampaikan oleh Presiden AS, Donald Trump.

Di depan ratusan pendukung pada 23 Januari 2019, Juan Guaido, pemimpin Majelis Nasional yang dijalankan oposisi, bersumpah secara simbolis sebagai ‘presiden sementara’. Dia bersumpah secara simbolis dengan harapan segera diakui oleh Amerika Serikat sebagai pemimpin politik sah dari Venezuela.

Harapan-harapan itu dengan cepat dipenuhi oleh pernyataan dari Trump, yang mendeklarasikan Guaido ‘Presiden Sementara Venezuela’ dan mendeklarasikan Majelis Nasional sebagai satu-satunya cabang (organ) pemerintahan yang sah yang dipilih oleh rakyat Venezuela.

“Saya akan terus menggunakan kekuatan penuh ekonomi dan diplomatik Amerika Serikat untuk mendesak pemulihan demokrasi Venezuela,” pernyataan dari Gedung Putih menambahkan, sebelum mendorong para pemimpin lain di Belahan Barat untuk mengikutinya.

Kanada melakukan hal itu pada 23 Januari, seperti yang dilakukan Grup Lima. Dibentuk pada tahun 2017, Grup Lima terdiri dari 12 negara, termasuk Kanada, yang turut mengupayakan penyelesaian damai atas krisis politik di Venezuela.

Sementara itu, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Caracas dan kota-kota lain dengan harapan bisa menyingkirkan Nicolas Maduro dari kekuasaan. Rezim Maduro telah membuat negara itu meluncur ke dalam krisis ekonomi dan politik yang mengerikan.

Empat orang tewas dalam protes dalam bentrokan dengan pasukan keamanan, di antaranya seorang anak remaja berusia 16 tahun yang ditembak mati. Setidaknya 43 orang ditahan oleh pihak berwenang, menurut organisasi non-pemerintah yang memantau peristiwa tersebut.

Pendukung oposisi Venezuela ikut serta dalam pawai pada peringatan 1958 pemberontakan yang menggulingkan kediktatoran militer di Caracas, pada 23 Januari 2019. (Luis Robayo/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

 

Protes menandai 61 tahun sejak jatuhnya kediktatoran militer negara itu pada tahun 1958 dan terjadi selama minggu yang penuh gejolak bagi rezim. Pada 21 Januari, pemberontakan militer berpangkat rendah pertama dicatat dan 27 anggota Garda Nasional ditangkap, menunjukkan keretakan yang terjadi dalam kesetiaan militer kepada pemerintah. Peristiwa itu diikuti oleh protes luas yang membuat mobil terbakar dan patung-patung hancur.

Banyak dari protes itu dilaporkan dari lingkungan Chavista, karena kondisi yang terus memburuk kini telah memaksa bahkan mereka yang telah lama mendukung warisan mantan Presiden Hugo Chavez turun ke jalanan.

Pemberontakan itu dikaitkan dengan kebangkitan kembali Majelis Nasional, berkat pemimpin baru Guaido yang berwajah segar, tetapi juga karena tingkat ketidakpuasan baru di negara yang dulu kaya. Kekurangan utama makanan, obat-obatan, dan barang-barang kebutuhan dasar terus berlanjut, dan hiperinflasi sekarang diperkirakan mencapai 10 juta persen. Tiga juta rakyat Venezuela telah meninggalkan negara Andes itu, sebagai salah satu akibatnya.

Di Caracas, sebanyak 63 kelompok besar demonstran didata oleh Observatorium Konflik Sosial. Sementara beberapa rekaman menunjukkan sebagian besar aksi berlangsung damai, dengan jalan-jalan utama dan jembatan penuh dengan pengunjuk rasa yang dihiasi bendera Venezuela dan teriakan “Maduro Out!”

Namun, di beberapa titik, kerumunan massa dibubarkan dengan gas air mata. Seorang remaja 16 tahun dilaporkan tewas ditembak di Caracas barat. Sementara tiga lainnya tewas saat ‘penjarahan’ terjadi di Ciudad Bolivar, di tenggara negara itu, menurut Departemen Pertahanan.

Adegan di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa mengajak serta polisi anti huru hara Caracas untuk bergabung dengan mereka dalam aksi demonstrasi; dan di kota San Felix, sebuah patung Chavez dilalap api ketika para pemrotes berteriak dan membenturkan panci dan wajan.

Banyak yang khawatir akan terjadi penumpasan brutal, karena polisi nasional dan gerombolan pro-Maduro sering mempertahankan kontrol dengan memukuli atau, dalam beberapa kasus, menembaki demonstran. Ratusan orang telah terbunuh dan ribuan orang ditahan dengan cara ini, dalam beberapa tahun terakhir. (LUKE TAYLOR/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M