Amerika Berusaha Potong Aliran Uang untuk Rezim Sosialis Venezuela

EpochTimesId — Amerika Serikat berupaya memastikan bahwa pendapatan minyak Venezuela jatuh kepada pemimpin oposisi dan presiden sementara yang mendeklarasikan diri, Juan Guaido. Upaya itu untuk memotong aliran uang kepada Presiden Nicolas Maduro yang semakin terisolasi, kata seorang pejabat tinggi AS pada 24 Januari 2019 waktu setempat.

Meskipun kurang detail, pengumuman itu mengisyaratkan bahwa Washington bersedia melangkah lebih jauh dari langkah-langkah diplomatik tradisional. Amerika akan berusaha untuk menguras uang dari pemerintah diktator Maduro, yang sudah bertahun-tahun berjuang di bawah kehancuran ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Langkah seperti itu secara signifikan akan memperkuat kekuasaan Presiden interim Guaido. Setelah dia bersumpah secara simbolis sebagai kepala negara sementara pada 23 Januari 2019, di hadapan massa partai oposisi. Dia segera mendapat dukungan Washington dan negara-negara di sekitar kawasan itu.

“Apa yang kami fokuskan hari ini adalah memutuskan rezim Maduro yang tidak sah dari sumber pendapatannya,” penasihat keamanan nasional John Bolton mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih.

“Kami berpikir konsisten dengan pengakuan kami terhadap Juan Guaido sebagai presiden sementara konstitusional Venezuela bahwa pendapatan itu harusnya diserahkan kepada pemerintah yang sah.”

Bolton menambahkan bahwa prosesnya sangat rumit dan bahwa para pejabat masih mempelajari bagaimana upaya ini akan berfungsi.

Kementerian Informasi Venezuela belum menjawab permintaan komentar. Guaido juga belum menanggapi informasi ini.

Tantangan Berat
Dukungan Washington untuk Guaido mendorong Maduro, pemimpin Venezuela sejak 2013, untuk memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat. Pada 24 Januari, dia mengatakan akan menutup kedutaan besar Venezuela di Washington dan semua konsulat negara itu di Amerika Serikat.

Sumpah jabatan simbolis Guaido adalah tantangan paling berani dari oposisi terhadap Partai Sosialis yang berkuasa sejak lama. Ini telah memberi musuh Maduro platform diplomatik yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk mendesak perubahan di negara yang dilanda hiperinflasi, meningkatnya kekurangan gizi, dan konflik politik.

Tetapi Guaido sekarang memimpin sejumlah besar pemerintahan bayangan yang ditolak oleh angkatan bersenjata. Dia juga tidak memiliki pengaruh terhadap administrasi sehari-hari seperti mengimpor dan mendistribusikan makanan dan obat-obatan.

Insinyur industri berusia 35 tahun itu mengatakan ketika berbicara pada 24 Januari melalui telepon dengan kepala negara yang mendukung dari seluruh dunia.

“Saya baru saja menerima telepon dari Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez, dan mampu menggambarkan perjuangan yang kita pimpin bersama dengan seluruh rakyat Venezuela, untuk mencapai pemerintahan transisi dan mengadakan pemilihan bebas,” tulis Guaido melalui Twitter.

Klaimnya sebagai Presiden Interim disambut dengan kegembiraan oleh investor yang memegang obligasi Venezuela dan perusahaan minyak negara PDVSA, yang mencapai level tertinggi sejak 2017 meskipun hampir seluruhnya default.

Ketua Majelis Nasional Venezuela, Juan Guaido menyatakan dirinya bertindak sebagai presiden dalam rapat umum oposisi di Caracas pada 23 Januari 2019, melawan pemimpin Nicolas Maduro pada peringatan pemberontakan 1958 yang menggulingkan kediktatoran militer negara itu. (Federico Parra/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Siapa Presiden yang Sah?
Guaido mengambil kemudi Majelis Nasional pada 5 Januari dengan seruan agar angkatan bersenjata mengakui Maduro sebagai ‘perampas kekuasaan’, setelah pemilihannya kembali pada bulan Mei 2018, yang secara luas dipandang sebagai penipuan dan pemilu penuh kecurangan.

Dukungan baginya terutama berasal dari belahan bumi Barat. Sekutu Venezuela termasuk Rusia dan Turki, keduanya mitra komersial penting, mengkritik klaim Presiden Guaido sebagai tanda campur tangan Amerika Serikat.

Uni Eropa, yang telah menjatuhkan sanksi pada pemerintah Maduro, mencatat bahwa rakyat Venezuela secara besar-besaran menyerukan demokrasi dan kemungkinan untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Maduro, dalam pidatonya yang bertele-tele, menolak pelantikan Guaido dan mengatakan bahwa dia sendiri tetap menjadi pemimpin sah negara itu. Dia sangat bergantung pada militer untuk mempertahankan kekuasaan di tengah inflasi tahunan hampir 2 juta persen dan eksodus pengungsi Venezuela ke negara-negara tetangga.

Guaido mengatakan pelantikan Maduro 10 Januari 2019 untuk masa jabatan enam tahun kedua, merupakan perampasan kekuasaan dari rakyat. Pemungutan suara diboikot oleh partai-partai oposisi utama Venezuela, dengan dua saingan Maduro yang paling populer dilarang mencalonkan diri dan lawan kampanye Partai Sosialis yang agresif disebut sebagai pembelian suara.

Guaido dan sekutu berpendapat bahwa kepresidenan sedang kosong. Sehingga sebagai akibatnya, bahwa konstitusi menyerukan kepada kepala kongres untuk memangku kepresidenan sementara dalam situasi seperti itu.

Namun, Guaido kini masih harus berjuang melawan negara yang tidak mau mengakuinya. Demikian juga dengan pasukan keamanan yang bisa saja memenjarakannya, seperti yang mereka lakukan terhadap mentornya, Leopoldo Lopez, yang berada di bawah tahanan rumah karena memimpin protes anti-Maduro pada tahun 2014.

“Bisakah dia menunjuk menteri? Menteri udara? Menteri hantu?” Tanya Maduro saat berpidato di hadapan Mahkamah Agung. “Apakah dia akan menunjuk komandan unit militer? Akankah angkatan bersenjata mematuhi perintahnya? Tak akan pernah.”

Para pemrotes bentrok dengan pasukan keamanan pada 23 Januari di seluruh negeri dan di wilayah kelas pekerja dan kaya di Caracas, dengan sejumlah demonstrasi meluas hingga menjarah. Sebanyak 14 orang telah tewas dalam kekerasan yang terkait dengan protes, menurut kelompok hak asasi setempat. (Reuters/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M