Dua Pesawat Militer Rusia Mendarat di Venezuela

EpochTimesId – Sebanyak dua pesawat angkatan udara Rusia dilaporkan mendarat di bandara utama Venezuela pada akhir pekan lalu. Pesawat tersebut membawa seorang pejabat pertahanan Rusia dan sekitar 100 tentara.

Sebuah situs web pelacak penerbangan menunjukkan dua pesawat berangkat dari pangkalan militer Rusia, dan terbang menuju Caracas, ibukota Venezuela, pada 22 Maret 2019, menurut laporan Reuters. Salah satu pesawat sudah meninggalkan Caracas pada 24 Maret 2019.

Sementara itu, seorang jurnalis lokal, Javier Mayorca, mengatakan di Twitter bahwa pesawat mendarat di bandara Maiquetia di Caracas dengan membawa puluhan tentara Rusia.

Foto-foto kedua pesawat itu, tampaknya juga dipublikasikan di situs media sosial.

Mayorca mengatakan, pesawat pertama juga membawa Vasily Tonkoshkurov, kepala staf angkatan darat Rusia. Dia menambahkan bahwa pesawat kedua membawa sekitar 35 ton material, menurut Reuters.

Pesawat tersebut berjenis jet penumpang Ilyushin IL-62 dan pesawat kargo militer Antonov AN-124. Pesawat-pesawat itu berangkat dari bandara militer Chkalovsky di Rusia, kemudian singgah di Suriah sebelum berangkat menuju Venezuela, menurut laporan Reuters, yang mengutip Flightradar24.

Sementara itu, seorang saksi mengatakan kepada Reuters bahwa jet penumpang tiba di bandara pada 24 Maret 2019. Belum jelas tujuan pesawat dan militer Rusia pergi ke Venezuela.

Menteri Pertahanan Venezuela, Vladimir Padrino (kedua dari kiri) setelah kedatangan dua pesawat bomber supersonik Rusia, Tupolev Tu-160 strategis jangka panjang di Bandara Internasional Maiquetia, tepat di utara Caracas, pada 10 Desember 2018. (Foto : Federico Parra/AFP/Getty Images/The Epoch Times)

Kementerian Informasi Venezuela belum mengeluarkan pernyataan tentang masalah ini. Juga tidak ada komentar dari Kementerian Pertahanan Rusia, Kementerian Luar Negeri Rusia, atau Kremlin.

Tahun lalu, dua pesawat bomber Rusia yang mampu membawa senjata nuklir juga mendarat di negara yang dulunya kaya minyak itu. Pendaratan bomber sebagai bentuk dukungan untuk rezim sosialis Nicolas Maduro.

Laporan itu muncul setelah pemerintahan Trump di Amerika Serikat menjatuhkan sanksi pada industri minyak Venezuela. Sanksi ekonomi digelontorkan dalam upaya menekan Maduro untuk mundur dari jabatannya, dan meminta militer untuk meninggalkan rezim sosialis otoriter.

Negara ini, sementara itu, telah dilumpuhkan oleh pemadaman listrik, kekurangan air, kekurangan makanan, kerusuhan yang merajalela, dan penjarahan, di antara isu-isu lainnya.

Juan Guaido, yang mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara awal tahun ini, mendapat dukungan dari Amerika Serikat dan lebih dari 50 negara demokratis. Dukungan datang termasuk dari sebagian besar Amerika Selatan, kecuali Suriname dan Bolivia.

Baik Rusia dan Tiongkok, telah meminjamkan miliaran dolar AS kepada Venezuela, yang pada dasarnya menopang rezim Maduro. Pendukung Maduro terkenal lainnya termasuk Turki, Afrika Selatan, Iran, dan Kuba.

Selama akhir pekan, Maduro mengumumkan bahwa Dia akan merombak pemerintahnya setelah berbulan-bulan kekacauan.

“Saya akan mengumumkan beberapa metode baru dalam pemerintahan dan perubahan besar di seluruh pemerintahan Venezuela,” kata Maduro dalam pidato yang disiarkan melalui TV pemerintah, menurut Bloomberg News. “Kita perlu memperbarui diri, menyegarkan, meningkatkan, mengubah.”

Akan tetapi, Maduro juga meminta para pendukungnya untuk memobilisasi dan mempersenjatai diri untuk mempertahankan rezim sosialisnya. Sanksi itu, tambahnya, tidak akan mampu memaksanya untuk ‘menyerah’. (JACK PHILLIPS/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M