Sejumlah Orang Tewas Akibat Pabrik Kembali Meledak di Tiongkok, Insiden ke-5 Dalam 10 Hari Terakhir

Nicole Hao 

Epochtimes.id- Ledakan mematikan kelima dalam 10 hari terakhir kembali terjadi di Tiongkok. Sebuah pabrik pengolahan logam meledak di Kota Kunshan, Provinsi Jiangsu, Tiongkok, Kamis (31/3/2019). Laporan sementara dari aparat menyebutkan ledakan menewaskan tujuh orang.

Kota Kunshan, terletak sekitar 43 mil sebelah barat Shanghai. Kota ini adalah rumah bagi lebih dari 1.000 perusahaan teknologi dan produsen, termasuk banyak perusahaan Taiwan.

Insiden ini adalah ledakan fatal rentetan di Tiongkok sejak ledakan pabrik kimia mengguncang sebuah kawasan industri di kota Yancheng, yang terletak sama di provinsi Jiangsu, pada 21 Maret lalu.

Laporan pihak pemerintahan Komunis setempat menyebutkan ledakan di Kota Yancheng menewaskan sedikitnya 78 orang dan 600 korban terluka.

Ledakan di Kunshan

Ledakan 31 Maret lalu melibatkan sebuah kontainer dari besi tua yang meledak di halaman luar sebuah pabrik logam di kawasan berikat kota Kunshan hingga menyebabkan kobaran api. Insiden ini terkonfirmasi pada akun resmi Weibonya.

“Penyebab insiden itu sedang diselidiki,” katanya tentang ledakan yang melukai lima lainnya, salah satunya terluka parah dikutip dari akun sosmed Weibo.

Pihak pabrik Kunshan Waffer Technology Corp, pembuat produk-produk cetakan injeksi magnesium alloy dan coran aluminium alloy berbasis di Taiwan, tidak dapat dikonfirmasi oleh Reuters untuk dimintai komentar.

BACA JUGA : ‘Ledakan Bom Waktu’ Internal Industri dan Masyarakat Sulit Dihindari oleh Pemerintahan Tiongkok

Perusahaan itu pernah didenda pada Mei 2018 oleh biro perlindungan lingkungan Kunshan karena melanggar peraturan polusi air seperti ditulis oleh Media Corong pemerintah, Beijing News.

Rentetan Ledakan Fatal

Hanya dua hari sebelum insiden Kunshan, sebuah ledakan di pabrik yang memproduksi perlite di kota Qingzhou, provinsi Shandong menewaskan lima orang dan melukai tiga lainnya.

Investigasi awal menunjukkan bahwa ledakan itu disebabkan oleh kebocoran gas alam cair. Laporan ini disampaikan oleh pemerintah kota Qingzhou di akun resmi Weibonya pada 30 Maret lalu.

Pada 25 Maret lalu, sebuah ledakan juga terjadi di sebuah pabrik kimia di kota Zhaoyuan, provinsi Shandong menewaskan satu orang dan melukai empat lainnya. Pemerintah provinsi Shandong mengatakan dalam sebuah pernyataan pada 26 Maret lalu bahwa pabrik itu beroperasi tanpa izin kota.

Pabrik, yang dioperasikan oleh Perusahaan Industri Kimia Zhaoyuan Jinheng, telah ditangguhkan sejak 2011 lalu. Pabrik itu melewati pemeriksaan keselamatan pada akhir 2018 lalu. Pihaknya mengajukan permohonan untuk memulai kembali produksi pada awal 2019, tetapi ditolak oleh pemerintah kota karena masalah keamanan.

Pada 23 Maret lalu, ledakan gas di lokasi konstruksi di kota Dali di provinsi Yunnan menyebabkan tiga orang tewas dan lima lainnya luka-luka.

Media pemerintah melaporkan bahwa ledakan itu terjadi ketika para pekerja memompa salah satu sumur limbah di lokasi kejadian.

Ledakan yang paling dahsyat terjadi di sebuah pabrik pestisida di kota Yancheng di provinsi Jiangsu pada 21 Maret lalu. Ledakan itu menyebabkan gempa berkekuatan 2,2 skala magnitudo, merusak bangunan-bangunan sekitar dan memicu kekhawatiran tentang pencemaran air dan udara di daerah tersebut.

Angka resmi per 25 Maret menyebutkan korban tewas 78 orang, dengan 28 orang hilang. Namun, banyak warganet mempertanyakan keakuratan angka-angka yang dirilis oleh pihak pemerintaha Komunis Tiongkok.

Inspeksi Keamanan Industri

Pemerintah di Beijing pada pekan lalu mengatakan mereka akan meluncurkan kampanye inspeksi nasional yang berlangsung sebulan penuh terkait bahan kimia berbahaya, tambang, transportasi, dan keselamatan kebakaran.

Pemerintah pusat menegaskan pihak berwenang perlu menyerap pelajaran dari bencana ledakan di Kota Yancheng.

Tiongkok memiliki catatan panjang kecelakaan keselamatan kerja. Insiden ini memicu kampanye inspeksi yang bertujuan mengikis pelanggaran dan menghukum pejabat karena mengambil jalan pintas atau mengabaikan tugas pengawasan mereka. (asr)

Reuters berkontribusi pada artikel ini.

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=NPiVjznhPOk