Wakil Guaido Ditangkap Ketika Maduro Intensifkan Pembungkaman Terhadap Oposisi Venezuela

EpochTimesId — Badan intelijen Venezuela menahan wakil presiden Majelis Nasional Venezuela yang dikendalikan oleh oposisi pada 8 Mei 2019 malam. Penangkapan ini diyakini sebagai bagian dari tindakan keras terhadap mereka yang terlibat dalam kudeta gagal pekan lalu.

Juan Guaido, presiden Majelis Nasional dan pemimpin oposisi mengecam rezim Nicolás Maduro, atas penahanan tersebut. Dia menyerukan dukungan internasional. Amerika Serikat lantas turut mengancam akan ada ‘konsekuensi’ bagi Maduro dan rezimnya, jika wakil Guaido terluka, atau tidak segera dilepaskan.

Agen intelijen menghentikan mobil Edgar Zambrano di Caracas dan menariknya dengan mobil derek ke penjara Helicoide yang terkenal kejam. Ini adalah penangkapan politik pertama sejak Guaido berusaha menggulingkan rezim Maduro pekan lalu dengan kudeta militer.

Kedutaan Besar AS di Venezuela menyebut penangkapan itu ilegal dan tidak dapat dimaafkan. Kedutaan Besar mengatakan di Twitter bahwa Maduro dan kaki tangannya secara langsung bertanggung jawab atas keamanan Zambrano. Jika dia tidak segera dibebaskan, akan ada konsekuensinya.

Rakyat Venezuela mendemo rezim Nicolas Maduro pada 4 Mei 2019, di Caracas, Venezuela. (Foto : Eva Marie Uzcategui/Getty Images/The Epoch Times)

Guaido mengklaim berdasar konstitusi, dan mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden sementara pada Januari 2019. Klaim konstitusi atas dasar bahwa pemilihan Maduro adalah penipuan dan penuh kecurangan karena tidak berlangsung secara demokratis. Sejak itu, lebih dari 50 negara, termasuk Amerika Serikat dan beberapa negara terbesar di Amerika Latin, telah mengakui Guaido sebagai pemimpin sah negara dan mendukung upayanya untuk melengserkan sang diktator.

Guaido mengecam penahanan Zambrano dan meminta bantuan komunitas internasional untuk menghentikan tindakan keras lebih lanjut terhadap Majelis Nasional yang terpilih secara demokratis.

“Kami telah memberi tahu sekutu internasional kami tentang niat untuk menutup parlemen nasional melalui penangkapan massal para deputi,” katanya, dalam sebuah tweet pada malam penangkapan Zambrano. “Dengan langkah-langkah ini, kediktatoran tidak akan membuat perpecahan internal hilang, juga tidak bisa menghentikan yang tak terhindarkan.”

Penahanan telah memicu kekhawatiran bahwa Maduro berusaha untuk mengakhiri oposisi yang tetap bertekad untuk melengserkannya.

Meskipun Guaido memimpin pemberontakan yang gagal untuk menggulingkan Maduro melalui pembelotan militer pada 30 April 2019, dan kekebalan politiknya ditelanjangi pada bulan April, menangkapnya mungkin mengundang provokasi yang terlalu jauh bagi Amerika Serikat. Sebagai gantinya, Maduro mengincar dan menargetkan sekutu terdekat Guaido.

Pada 9 Mei, anggota parlemen oposisi Richard Blanco mencari perlindungan di Kedutaan Besar Argentina setelah penangkapan rekannya. Blanco adalah satu dari 10 anggota parlemen oposisi yang dilucuti kekebalan parlemen mereka oleh Mahkamah Agung pro-Maduro pada 7 Mei, karena tuduhan kejahatan seperti konspirasi, pemberontakan, dan pengkhianatan, yang berpotensi membuka jalan bagi penangkapan terhadap mereka yang akan segera terjadi.

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada ketua mahkamah agung Venezuela dan tujuh hakim agung pada tahun 2017 karena melanggar wewenang Majelis Nasional. Pada tanggal 7 Mei, Wakil Presiden Mike Pence memperingatkan bahwa anggota yang tersisa dapat dijatuhi sanksi juga, jika mereka tidak menarik dukungan untuk Maduro.

Americo de Grazia, wakil untuk Negara Bagian Bolivar, dan salah satu deputi menanggalkan kekebalan mereka minggu ini. Hakim agung itu mengatakan upaya rezim untuk secara diam-diam membungkam anggota oposisi hanya menyoroti kelemahannya yang semakin besar.

“Pemerintah secara efektif terjebak tanpa jalan keluar dan itu telah membuatnya menjadi hewan yang terluka. Kita bisa melihat ketakutan dan keretakan rezim,” kata anggota Majelis Nasional kepada The Epoch Times. “Apa yang terjadi semalam [8 Mei] dengan Edgar Zambrano adalah serangan terhadap institusi resmi yang diterima oleh seluruh dunia. Mereka tidak dapat mengatasi inisiatif politik yang dimiliki Juan Guaido sebagai presiden sementara.”

De Grazia mengatakan oposisi akan terus bekerja untuk menurunkan Maduro dari kekuasaan, meskipun ada risiko keamanan yang meningkat, mengambil tindakan pencegahan lebih lanjut karena rezim Maduro menjadi lebih terisolasi dan dengan demikian menjadi lebih berbahaya.

Saat ini ada lebih dari 900 tahanan politik yang ditahan di Venezuela, menurut LSM HAM Foro Penal.

Negara ini masih dilanda krisis ekonomi dan politik, bahkan dengan barang-barang kebutuhan paling mendasar yang tidak tersedia karena kekurangan, atau tidak terjangkau karena maraknya hiperinflasi yang lebih dari 2 juta persen. Hampir 4 juta orang telah meninggalkan negara itu dalam beberapa tahun terakhir, menurut Bank Dunia.

Krisis terakhir akibat pemadaman listrik bergilir yang terus-menerus dan kekurangan air telah menyalakan kembali protes massa anti-pemerintah, yang telah ditanggapi oleh Maduro dengan menyerukan gerombolan paramiliter yang setia kepada rezimnya untuk secara kasar meredam ketidakpuasan publik. (LUKE TAYLOR/The Epoch Times/waa)

Video Pilihan :

https://youtu.be/M_mC5lLx2Ow

Simak Juga :

https://youtu.be/rvIS2eUnc7M