Bagaimana Nasib Pasar Huawei di Eropa Setelah Ponselnya Tidak Bersistem Android?

Google mengumumkan pemutusan hubungan bisnis dengan Huawei pada Senin 20 Mei 2010. Mengingat Eropa adalah pasar penjualan ponsel terbesar kedua setelah pasar domestik Tiongkok bagi Huawei, lalu apakah langkah Google ini tidak berpengaruh terhadap pasar Huawei di Eropa? Selain itu, apakah langkah Huawei menggunakan ‘perjanjian non-spionase’ untuk menjamin Eropa bahwa perangkatnya tidak “berpintu belakang,” bisa berhasil?

Sejumlah pengamat menilai hal itu bakal sia-sia. Menurut mereka, perjanjian semacam itu seharusnya ditandatangani oleh komunis Tiongkok.

Soal pemutusan hubungan bisnis itu, seorang juru bicara perusahaan Google mengatakan, “Kami sedang mengambil langkah-langkah untuk mematuhi arahan yang dikeluarkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan memahami konsekuensi dari arahan tersebut”.

Selain ponsel yang dijual di pasar dalam negeri Tiongkok, sebagian besar ponsel Android yang dijual di seluruh dunia sebelumnya sudah diinstal dengan aplikasi Google. Banyak aplikasi pihak ketiga mengandalkan layanan Google Framework.

Dalam wawancara tertulis dengan Deutsche Welle pada 20 Me 2019 lalu, pihak berwenang Huawei mengatakan bahwa produk smartphone dan tabletnya yang telah dijual atau telah dikirim ke inventaris global akan terus menerima layanan seperti pembaruan keamanan dan dukungan purna jual.

Seorang juru bicara Google mengatakan bahwa ponsel Huawei yang telah terjual masih dapat terus menggunakan Google Play store dan perlindungannya.

Namun, baik pernyataan Google atau tanggapan tertulis Huawei terhadap Deutsche Welle, semua itu tidak menerangkan secara jelas apakah ponsel Android Huawei yang diproduksi di masa depan setidaknya dimungkinkan bagi penggunanya untuk setidaknya menginstal aplikasi Google secara manual.

Kementerian Urusan Ekonomi Federal Jerman mengatakan bahwa pihaknya sedang mempelajari seberapa besar sanksi Amerika Serikat terhadap Huawei akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan Jerman.

 Huawei saat ini adalah pembuat dan penjual ponsel pintar terbesar kedua di dunia, dengan kuantitas pengiriman tahunan di bawah Samsung Korea Selatan.

Orang dalam industri memperkirakan bahwa pemutusan Google hanya akan berdampak pada penjualan produk Huawei di luar negeri. Perangkat lunak ponsel yang dijual di pasar domestic dikonfigurasikan secara berbeda, yaitu, produk perangkat lunak pada umumnya tidak diinstal sebelumnya dengan aplikasi Google.

Pada tahun 2018, Huawei memproduksi total 208 juta buah smartphone, dan hampir setengahnya dijual ke pasar luar negeri. Eropa adalah pasar terbesar kedua untuk ponsel Huawei, kedua setelah pasar domestik Tiongkok.

Menurut sebuah laporan awal tahun yang diterbitkan oleh perusahaan riset pasar Amerika Serikat,  ‘IDC’ bahwa, ponsel Huawei menyumbang 29% dari pangsa pasar ponsel di Eropa.

Baik dalam laporan Deutsche Presse Agentur maupun Agence France-Press semuanya menunjukkan bahwa jika telepon seluler Huawei tidak dilengkapi dengan aplikasi Google ini di masa depan, maka konsumen Eropa akan kehilangan daya tarik dengan ponsel Huawei. Dalam kasus-kasus ekstrim, Huawei bahkan mungkin terpaksa meninggalkan pasar ponsel pintar Eropa.

Huawei kini sibuk melobi pemerintah-pemerintah Eropa untuk menjamin bahwa perangkatnya tidak “berpintu belakang” melalui ‘perjanjian non-spionase’ demi memperoleh dukungan dari Eropa.

Menurut Deutsche Welle, Huawei telah berulang kali menegaskan bahwa tidak akan ada celah keamanan yang dieksploitasi oleh mata-mata. Mengapa negara-negara Eropa masih saja tidak percaya?

Sebuah artikel berjudul ‘Salah Sinyal’ dimuat di harian Jerman ‘Süddeutsche Zeitung’ yang oleh penulisnya dikatakan bahwa upaya Huawei itu hanya sis-sia saja. Perjanjian semacam itu seharusnya ditandatangani oleh pemerintah Tiongkok.

Isi artikel itu menyebutkan bahwa dalam beberapa hari ini, perwakilan Huawei melakukan perjalanan ke Eropa untuk melakukan negosiasi rahasia atau memberikan pernyataan publik.

Huawei berharap melalui penandatanganan ‘perjanjian non-spionase’ dengan negara-negara Eropa untuk memastikan bahwa data yang dikirimkan melalui perangkat Huawei tidak akan dikirimkan ke pemerintah Tiongkok. Huawei berharap bisa menghilangkan keraguan pihak luar melalui metode itu.

Huawei juga mengusulkan kepada pemerintah Jerman untuk menandatangani perjanjian itu, tetapi pemerintah Jerman, kurang menanggapinya.

Di Berlin, hanya sedikit orang yang  bersedia menyebutkan istilah ‘perjanjian non-spionase’. Di masa lalu, di mana Jerman pernah dikuping oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat, antara Jerman dan Amerika Serikat kemudian bernegosiasi untuk menyelesaikan kejadian itu dengan menandatangani perjanjian non-spionase. Tetapi akhirnya juga tidak berkelanjutan.  

Artikel itu juga menyebutkan bahwa meskipun jika Huawei dapat menemukan kata yang lebih tepat, pemerintah Jerman juga tidak akan menandatangani perjanjian dengan Huawei.

Seorang juru bicara untuk Kementerian Dalam Negeri Federal Jerman telah mengatakan bahwa kunci masalahnya adalah apakah pemerintah Tiongkok bersedia menandatangani perjanjian seperti itu. Pihak Jerman mengklaim belum melihat munculnya tanda-tanda itu. (Sin/rp/asr)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=l4yQjS1MqNA

Atau Simak Ini :