PBB Didesak Membantu Praktisi Falun Gong yang Ditahan oleh Pihak Berwenang Thailand

“Sebagai seorang praktisi Falun Gong, Leng Tao secara sewenang-wenang ditahan beberapa kali, dipenjara selama sepuluh tahun, dan menderita penyiksaan brutal dan pelecehan psikiatris,” tulis Senator Steve King dalam surat petisi kepada PBB.

Tepi Neraka di Thailand

UNHCR telah menerima permohonan suaka dari Ma Chunling dan Leng Tao, yang keduanya melarikan diri ke Thailand. Tetapi cobaan berat mereka terus berlanjut bahkan setelah meninggalkan Tiongkok, karena otoritas Thailand menahan mereka karena kekurangan visa.

Situasi praktisi Falun Gong sangat berbahaya karena rezim Partai Komunis Tiongkok memberikan tekanan diplomatik dan ekonomi pada pemerintah asing untuk mengekstradisi orang-orang yang melarikan diri dari penganiayaan di Tiongkok, Ma Chunling dan suaminya tiba di Bangkok dengan putra remaja mereka pada tahun 2014. Di mana mereka mengajukan suaka dengan pihak berwenang Thailand. Pada tanggal 21 Agustus 2016, UNHCR memberikan suaka kepada mereka.

Karena Thailand tidak mengesahkan  Konvensi PBB tahun 1951 atau Protokol  yang Terkait dengan Status Pengungsi pada tahun 1967, suaka yang disetujui di Thailand tidak memberikan tunjangan sipil dan harus dipindahkan di negara ketiga oleh PBB.

“Anggota keluarga [Ma Chunling] tidak memiliki visa yang sah atau izin tinggal yang layak,” Ma Chunmei, kakak perempuan Ma Chunling, mengatakan kepada The Epoch Times pada tanggal 24 Desember. 

“Mereka tidak dapat bekerja, pergi ke sekolah, atau menjalani kehidupan normal,” tambahnya. 

Ia mengatakan Ma Chunling dan suaminya ditahan saat mereka berbicara dengan turis mengenai penganiayaan terhadap Falun Gong pada bulan Juni 2017. 

Polisi mengatakan mereka tidak memiliki visa yang sah dan karenanya tidak boleh menetap di Thailand. Pasangan itu baru dibebaskan setelah membayar 4.000 baht atau 133 dolar AS. 

Ma Chunling kembali ditahan pada bulan Februari 2018, saat polisi Thailand menahannya dan mencatat bahwa ia tidak memiliki visa. 

“Ia tidak punya uang untuk membayar denda, dan ia khawatir akan putranya di rumah yang membutuhkan bantuannya,” kata Ma Chunmei.  Karena itu, Ma Chunling melarikan diri setelah petugas mencatat identitasnya.

Pada tanggal 7 Agustus, polisi kembali memeriksa kartu identitas Ma Chunling dan mengirimnya ke penjara pada hari berikutnya karena ia tidak punya uang untuk membayar denda 5.000 baht atau 165,9 dolar AS.

Pada tanggal 1 Agustus, penjaga penjara tidak membebaskan Ma Chunling, tetapi mengirimnya ke pusat penahanan imigrasi Bangkok. 

Pada tanggal 11 September, dua orang dari Kedutaan Besar Tiongkok berusaha mengatur ekstradisi Ma Chunling ke Tiongkok. Ia mengatakan tidak akan kembali ke Tiongkok, karena ia memiliki status pengungsi seperti yang diberikan oleh PBB. 

Pada tanggal 18 November, Ma Chunling dipindahkan ke pusat penahanan imigrasi yang berbeda, yang terletak dekat dengan perbatasan Myanmar. Keluarga Ma Chunling khawatir bahwa ia akan segera dipulangkan dan dipenjara lagi.

“Dua pengungsi Tiongkok, Dong Guangping dan Jiang Yefei dikirim kembali ke Tiongkok dari Thailand pada tahun 2015. Mereka langsung dipenjara,” kata Ma Chunmei.

Leng Tao berada dalam ikatan yang sama. Terlepas dari latar belakangnya sebagai mantan pejabat yang keputusannya membela Falun Gong mengundang kemarahan khusus dari Komunis Tiongkok, Leng Tao menghadapi kemungkinan deportasi dari Thailand.

UNHCR menyetujui suaka politik Leng Tao pada tanggal 9 Maret 2016. Ia sedang menunggu pemukiman kembali saat ia ditahan oleh petugas imigrasi Thailand pada tanggal 7 November.

Mayor Jenderal Chuchat Tharichat, wakil kepala Biro Imigrasi Thailand, mengatakan pada konferensi pers Leng Tao ditangkap karena memperpanjang masa berlaku visa masuknya, yang hanya berlaku hingga tanggal 20 April 2014. Leng Tao tiba pada tanggal 20 Februari tahun itu.

Tuan tanah melaporkan Leng Tao kepada polisi bahwa Leng Tao menyewa rumahnya dan, sejalan dengan pembatasan status imigrasinya, Leng Tao tidak bekerja sejak tiba di Thailand. 

Biro imigrasi masih memutuskan untuk “menahannya sambil menunggu bantuan dari UNHCR.”

Dalam suratnya, Steve King mendesak badan PBB untuk campur tangan dalam penahanan Leng Tao dan Ma Chunling. Selain itu, mempercepat pemindahan mereka ke negara bagian lain, agar mereka terhindar dari penganiayaan lebih lanjut setelah dideportasi ke Tiongkok.

Selain Leng Tao dan Ma Chunling, tiga praktisi Falun Gong lainnya – Li Hongjin, Jiang Hongbin, dan Wang Jianhua – ditahan di pusat penahanan otoritas imigrasi Thailand. 

Lebih dari 100 praktisi Falun Gong lainnya dari Tiongkok sedang menunggu pemukiman kembali oleh UNHCR. (Vivi/asr)

FOTO : Praktisi Falun Gong dan pencari suaka Tiongkok bermeditasi di Bangkok pada tanggal 14 Maret 2016. (LILLIAN SUWANRUMPHA / AFP melalui Getty Images)

https://www.youtube.com/watch?v=4uCJcxw3lDk