Dua Penyakit Terkait Daging yang Pernah Berkembang di Tiongkok

Martha Rosenberg

Apakah anda masih ingat kejadian SARS? Sindrom pernapasan akut yang parah sangat menular di mana seorang pria penderita SARS dalam penerbangan Air China pada tahun 2003 silam? lalu menginfeksi 20 orang penumpang yang duduk berjauhan darinya dan juga dua anggota awak pesawat?

Tindakan sederhana ‘Flushing’ atau menyiram toilet menyebarkan penyakit paru-paru yang mematikan tersebut, Kemudian petugas layanan kesehatan perlu mengenakan jas hazmat untuk merawat pasien. Kala itu, delapan ratus orang tewas, termasuk Pekka Aro, seorang pejabat senior di PBB.

Dari mana penyakit itu berasal? Dalam Jurnal Virologi tertulis:

“Hewan-hewan eksotis dari pasar Guangdong kemungkinan merupakan sumber langsung SARS yang menginfeksi manusia di musim dingin tahun 2002-2003 maupun tahun 2003-2004. Musang kelapa dan anjing rakun dari Himalaya yang dijual di pasar memiliki virus yang sangat mirip dengan SARS…infeksi sporadis yang diamati pada tahun 2003-2004 dikaitkan dengan restoran di mana daging musang kelapa dipersiapkan dan dikonsumsi.”

Tanggapan Tiongkok terhadap SARS adalah menenggelamkan, membakar, dan menyetrum 10.000 musang. Pembantaian itu digambarkan dalam foto-foto yang memilukan.

Kini, penyakit mirip-SARS kembali menyerang Tiongkok.

“Karena beberapa pasien bekerja di pasar makanan laut, tempat di mana burung, ular, dan organ kelinci dan hewan lainnya juga dilaporkan dijual,” ada kekhawatiran bahwa patogen itu berasal dari hewan, seperti halnya dengan SARS, seperti dalam laporan Bloomberg pada bulan ini.

Dan, ada penyakit lain yang terkait-daging yang berpotensi menjadi pandemi.

Flu babi Afrika yang disebabkan oleh virus Flu babi Afrika, membunuh seperempat babi dunia, termasuk setengah dari semua babi di peternakan Tiongkok. 

Selain menyebar ke Vietnam, Kamboja, Laos, Korea Utara, dan Filipina, Flu babi Afrika juga menyebar ke Eropa, menggagalkan harapan petani babi Uni Eropa untuk mengekspor babi ke Tiongkok dan daerah-daerah lain yang hancur.

Meskipun Flu babi Afrika tidak membunuh manusia, namun virus Flu babi Afrika hidup dalam daging.

“Kementerian Pertanian bahkan menghubungi tentara dan perawat Jerman untuk memberitahukan mereka mengenai risiko virus Flu babi Afrika menyeberang ke Jerman dari Eropa Timur melalui sandwich daging asap,” demikian lapor POLITICO Pro Agriculture.

Pemerintah setempat di Jerman sedang membangun pagar di sepanjang perbatasan Polandia untuk berusaha menghentikan penyakit tersebut, yang mungkin ditularkan oleh babi hutan.

Seperti peternak babi Uni Eropa, peternak babi Amerika Serikat juga berharap mengekspor babi ke Tiongkok. Namun demikian, harapan mereka pupus saat kecenderungan timbulnya penyebaran demam babi Afrika ke Amerika Serikat.

“Pertanyaannya bukanlah apakah Flu babi Afrika akan mencapai pantai Amerika Serikat, tetapi kapan,” kata Thomas Parsons, profesor di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Pennsylvania, dan Scott Michael Moore, direktur program universitas Tiongkok, dalam tulisannya di Hill.

“Jika virus masuk ke Amerika Serikat, masa depan produsen daging babi akan benar-benar berubah,” kata Pork Business.

Sementara itu, The New York Times menyalahkan “pertanian kecil di Tiongkok, sering dikemas bersama di daerah pertanian yang ramai,” untuk pandemi Flu babi Afrika, pabrik peternakan di Amerika Serikat memiliki kondisi yang sama.

Seperti epidemi pernapasan lainnya yang mengancam, jelas wabah SARS tidak membenahi pasar hewan hidup di Tiongkok. Serta hal yang sama dapat dikatakan juga terjadi pada peternak babi Amerika Serikat.

Pada tahun 2014, virus diare epidemi babi membunuh sepersepuluh dari semua babi Amerika Serikat pada tahun 2014. Virus tersebut sangat menghancurkan, sebuah peternakan Kentucky memberi makan babi mati kepada babi lain dalam upaya untuk menginduksi “kekebalan” pada babi yang selamat. 

Meskipun virus diare epidemi babi tidak membahayakan manusia, foto-foto truk sampah yang menyimpan bangkai babi di tempat pembuangan sampah sebagian besar ditutup beritanya — supaya orang-orang tetap makan daging babi.

Saat virus diare epidemi babi berkembang menjadi penyakit yang berasal dari daging, produsen memiliki kemampuan untuk menyebabkan epidemi di seluruh dunia. (Vv/asr)


Martha Rosenberg, seorang penulis tentang makanan yang menerima penghargaan dengan bukunya yang berjudul “Born With a Junk Food Deficiency.” Dia adalah sosok Muckraker atau jurnalis investigatif dari AS. Ia  memberikan kuliah di tingkat universitas dan sekolah kedokteran. Ia kerap tampil di radio dan televisi AS. 

Video Rekomendasi :