Program Pangan Dunia: Kelaparan Seperti Kisah dalam Alkitab akan Segera Tiba, Lebih dari 200 Juta Orang Terancam Kelaparan

Ntdtv.com- Pada 21 April 2020 lalu, Direktur Eksekutif WFP David Beasley ke Dewan Keamanan PBB membawa “Laporan Krisis Pangan Dunia 2020.” Beasley mengeluarkan pemberitahuan mendesak kepada komunitas internasional tentang “bencana kelaparan dan krisis pangan alkitabiah yakni bencana kelaparan dalam skala seperti kisah Alkitab.

Menurut Beasley sebelum pecahnya virus Komunis Tiongkok (COVID-19), WFP telah memperkirakan pada akhir tahun 2019 bahwa 2020 akan menjadi tahun yang sangat tragis.

Karena kecamuk perang di Suriah dan Yaman memasuki puncak pamungkas yang kejam. “Bencana belalang” yang melanda negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Timur telah menyebar di luar kendali. Ditambah dengan Venezuela, Pakistan dan negara-negara lain telah mengalami krisis ekonomi yang dalam. Dunia akan menghadapi krisis pangan paling parah pasca Perang Dunia II. 

Apalagi dengan pecahnya wabah di Wuhan, Tiongkok semakin melumpuhkan vitalitas ekonomi global dan memperbesar secara tak terbatas krisis pangan, mengakibatkan peningkatan dua kali lipat jumlah orang di ambang kelaparan dalam empat bulan, dan melampaui skala yang diperkirakan WFP sebelumnya. Jika situasi ini tidak diatasi, setidaknya 265 juta orang akan mati kelaparan.

Para ahli WFP memperingatkan bahwa jika komunitas internasional tidak dapat membantu sambil membantu mencegah epidemi, maka dunia akan menghadapi kerusuhan politik dan perang yang dipicu oleh krisis kelaparan. 

Selain memicu radikalisme ekstrem, kemungkinan juga akan terjadi krisis global berupa arus pengungsi skala besar. Sampai saat itu, gejolak dan goncangan akan menyeret seluruh dunia ke dalam konsekuensi bencana yang tidak dapat diperbaiki.

Setelah menyerahkan laporan kepada Dewan Keamanan PBB pada 21 April, Beasley juga mengajukan “permintaan bantuan” kepada perwakilan kebijakan pencegahan epidemi negara-negara G20 melalui konferensi video. 

Menurut Beasley,  WFP tidak hanya sangat membutuhkan US $ 2 miliar dalam anggaran pangan dan medis, tetapi juga harus berjuang untuk tambahan US $ 350 juta dalam “bantuan logistik pencegahan epidemi” guna menyediakan peralatan pencegahan epidemi individu yang memadai kepada para pekerja penyelamat garis depan.

Standar pengakuan internasional untuk ketahanan pangan saat ini dibagi menjadi 5 tingkat berdasarkan “Integrated Food Security Phase Classification” (IPC) atau Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu. 

“Krisis” adalah tingkat ketiga. Jika proporsi orang yang kekurangan gizi terus meningkat, maka akan memasuki “darurat kemanusiaan” (Humanitarian Emergency), dan terakhir adalah “kelaparan” yang menghancurkan.

Sebenarnya, telah terjadi bencana di beberapa daerah miskin karena kekurangan makanan. Di daerah kumuh terbesar di ibu kota Kenya, ada orang yang terinjak-injak saat pembagian tepung dan minyak goreng gratis, mengakibatkan puluhan luka-luka dan dua meninggal. Di seluruh pelosok Kolombia, keluarga miskin menggantung pakaian dan bendera merah di jendela dan balkon sebagai tanda mereka tidak bisa makan lagi.

Sejak Maret 2020, karena laju penyebaran virus komunis Tiongkok sudah sampai tingkat yang mengkhawatirkan di seluruh dunia, negara-negara penghasil pangan utama, seperti Vietnam, Kirgistan, Kazakhstan, Rusia, Thailand dan Malaysia serta negara-negara tetangga Tiongkok lainnya, telah menerapkan pembatasan untuk melindungi pasokan pangan mereka. Imbasnya, harga biji-bijian seperti gandum dan beras mulai naik di pasar internasional.

Pada saat yang sama, gelombang memborong  makanan juga telah terjadi di banyak provinsi di Tiongkok. Tidak hanya warga Huanggang, Yichang, E-zhou dan tempat-tempat lain di provinsi Hubei, yang baru dicabut lockdownnya itu dilanda kepanikan dengan memborong kebutuhan pokok sehari-hari. 

Fenomena serupa juga terjadi pada warga di Shaanxi, Chongqing, Gansu, Linxia, Lanzhou dan tempat-tempat lain memborong kebutuhan pokok sehari-hari. Meskipun fenomena itu berulang kali dibantah oleh sejumlah kepala pemerintah daerah, namun, masyarakat yang memborong kebutuhan pokok tetap berlanjut, sehingga beberapa kepala pemerintah daerah setempat terpaksa memerintahkan semua toko yang menjual kebutuhan pokok sehari-hari  menutup  toko mereka dan menghentikan penjualan.

Sebuah dokumen “rahasia” yang dikeluarkan oleh Kantor Komite Prefektur Linxia, provinsi Gansu yang tersebar di internet, menyebutkan bahwa pemerintah daerah setempat mendesak para pejabat untuk “menyimpan” makanan, daging sapi, kambing, minyak, garam dan bahan-bahan kebutuhan pokok lainnya. 

Mereka juga diminta untuk membimbing dan memobilisasi massa  menyimpan makanan secara sadar untuk memastikan setiap rumah tangga mencadangkan makanan selama 3 hingga 6 bulan, sebagai persiapan atas kebutuhan yang tidak terduga.

Selain itu, perusahaan Tiongkok yang bergerak dalam bidang impor dan ekspor biji-bijian atau bahan makanan juga sudah mulai memborong makanan dalam skala global. 

Chen Jizhong, ketua Komite Pertanian Taiwan, 14 April 2020 lalu mengatakan kepada media, bahwa hanya pada akhir Maret saja, komunis Tiongkok telah memborong sedikitnya 50 juta ton beras dari seluruh dunia.

Namun, kabar buruk lainnya bagi orang Tiongkok adalah, bahwa “hama pembunuh tanaman” fall armyworm atau ulat grayak jatuh atau Spodoptera frugiperda dalam bahasa ilmiah telah menyerbu Tiongkok. Setidaknya 100 juta mu atau sekitar 16,4 juta hektar lahan pertanian di Yunnan, Sichuan dan delapan provinsi lainnya menghadapi ancaman.  Mu adalah satuan ukuran Tiongkok – 1 mu = 0.16474 hektar. Jumlah hama ini meningkat 90 kali lipat dari tahun lalu.

Pada saat yang sama, “Pasukan Belalang Afrika” juga telah mendekati perbatasan Xinjiang, Tibet, dan Yunnan. Sejak tanggal 2 Maret 2020, Biro Kehutanan dan Padang Rumput Nasional Komunis Tiongkok pernah mengedarkan pemberitahuan darurat, bahwa setelah penilaian para ahli, dimana jika kondisi iklimnya cocok, belalang Afrika akan mencapai daratan Tiongkok pada Juni hingga Juli 2020. Ukuran populasi belalang akan meningkat 500 kali lipat. Kawanan belalang yang menduduki lahan seluas satu kilometer itu diperkirakan mampu menggerogoti 35.000 ransum makanan manusia dalam sehari.

Keterangan foto: World Food Programme (WFP) atau Program Pangan Dunia PBB mengeluarkan peringatan bahwa pandemi global virus Komunis Tiongkok (COVID-19) pada tahun 2020 telah memicu “krisis pangan alkitabiah” dunia. (Image by Hans Braxmeier from Pixabay)

Johny / rp

Video Rekomendasi