Bab XVIII – Ambisi Global Partai Komunis Tiongkok-Bagian II (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

c. Perang Ekonomi Tanpa Batas Adalah Senjata Berat Partai Komunis Tiongkok

Jika propaganda luar negeri asing, manajemen sudut pandang, dan kerja front persatuan adalah bentuk kekuatan lunak Partai Komunis Tiongkok, maka industri berteknologi-tinggi harus menjadi kekuatan keras Partai Komunis Tiongkok. Pada tahun 1950-an, slogan Partai Komunis Tiongkok adalah “melampaui Inggris dan mengejar ketinggalan dengan Amerika Serikat” — tetapi dulu hal itu adalah lelucon. Namun hari ini, strategi yang sama telah menjadi ancaman yang sah.

Sejak tahun 1980-an, Partai Komunis Tiongkok telah menerapkan serangkaian rencana strategis dalam sains dan teknologi, termasuk Program 863 (Program Penelitian & Pengembangan Teknologi-Tinggi Nasional), Program 973 (Program Nasional mengenai Proyek Penelitian Dasar Utama), dan Made in China 2025 (untuk mengubah Tiongkok dari negara manufaktur menjadi kekuatan manufaktur pada tahun 2025, menjadi pemimpin data besar, 5G, dan sejenisnya).
Strategi ini mencakup rencana ambisius untuk kecerdasan buatan, di mana Tiongkok bertujuan untuk menjadi pemimpin dunia pada tahun 2030. Tujuan Tiongkok adalah untuk meningkatkan status Tiongkok sebagai pabrik dunia menjadi raksasa manufaktur yang maju, sehingga mencapai supremasi global.

Tidak salah bagi suatu negara untuk mengejar pengembangan industri. Bagi suatu negara untuk menggunakan kekuatan negara untuk mengalokasikan sumber daya untuk penelitian dan pengembangan di industri-industri utama adalah juga sah. Lalu mengapa strategi pengembangan teknologi-tinggi Partai Komunis Tiongkok menjadi ancaman bagi Barat?

Alasan paling mendasar adalah bahwa Tiongkok di bawah rezim komunis Tiongkok bukanlah negara yang normal. Tujuan pengembangan teknologi oleh rezim Tiongkok bukanlah agar Tiongkok dapat bergabung dengan jajaran negara-negara teknologi-tinggi lainnya di dunia atau bersaing secara setara dengan negara tersebut.

Tujuan rezim Tiongkok adalah menggunakan segala cara untuk menghilangkan lawan dan menjatuhkan ekonomi Barat – terutama Amerika Serikat – dan dengan demikian menjadi selangkah lebih dekat untuk menguasai dunia. Pengembangan kekuatan ilmiah dan teknologi Tiongkok oleh Partai Komunis Tiongkok adalah untuk melayani ideologi komunisnya, dan pada akhirnya supaya komunisme menguasai dunia.

Inovasi teknologi adalah hasil kebebasan individu dalam masyarakat kapitalis, yang berada dalam konflik alami dengan aturan totaliter komunisme. Para peneliti di Tiongkok Daratan telah dirampas kebebasannya untuk dimanfaatkan sebagai mesin pencari kekayaan intelektual asing, maka mustahil mengekspresikan kebebasan para peneliti dengan cara lain. Jadi memang sulit untuk membuat terobosan nyata dalam inovasi ilmiah dan teknologi mengingat pembatasan Partai Komunis Tiongkok pada pemikiran dan akses ke informasi.

Untuk menebus hal ini, Partai Komunis Tiongkok telah menggunakan berbagai cara curang untuk mencuri teknologi Barat dan memenangkan bakat-bakat mutakhir, serta telah menggunakan langkah-langkah tidak adil dan luar biasa untuk merusak industri Barat. Partai Komunis Tiongkok telah mencuri teknologi yang telah digunakan Barat selama beberapa dekade dan merogoh sejumlah besar uang untuk dikembangkan. Partai Komunis Tiongkok mengasimilasi dan meningkatkan kekayaan intelektual yang dicuri dan kemudian memproduksi secara massal dengan biaya rendah dan melempar produk tersebut di pasar dunia, sehingga melemahkan perusahaan-perusahaan swasta Barat dan ekonomi Barat. Dengan demikian, rezim Tiongkok telah menggunakan teknik perang tanpa batas dalam persaingan teknologinya dengan Barat.

Perangkap Teknologi Perdagangan untuk Akses Pasar

Dalam beberapa tahun terakhir, jaringan kereta api berkecepatan-tinggi Tiongkok telah menjadi hampir seperti iklan untuk kecakapan manufaktur kelas atas negara itu, dan gagasan “diplomasi kereta api berkecepatan-tinggi” telah berkembang. Media pemerintah Tiongkok menyebut karya Tiongkok di bidang “legendaris” ini, mengingat perkembangannya yang cepat hanya dalam waktu sepuluh tahun. Tetapi bagi perusahaan Barat, pembangunan kereta api berkecepatan-tinggi oleh Tiongkok telah menjadi mimpi buruk pencurian teknologi, jebakan, dan akhirnya menjadi kerugian besar dengan imbalan keuntungan yang kecil.

Pekerjaan pada proyek kereta api berkecepatan-tinggi dimulai pada awal tahun 1990-an. Pada akhir tahun 2005, otoritas Tiongkok meninggalkan gagasan untuk mengembangkan teknologi secara mandiri dan beralih ke teknologi Barat. Tujuan Partai Komunis Tiongkok adalah sudah jelas sejak awal: Partai Komunis Tiongkok berencana untuk terlebih dahulu memperoleh teknologi, kemudian memproduksinya, dan akhirnya menjual teknologi yang sama dengan harga yang lebih murah di pasar global.

Sisi Tiongkok mengharuskan produsen asing menandatangani kontrak transfer-teknologi dengan perusahaan domestik Tiongkok sebelum mengajukan penawaran kontrak konstruksi, atau produsen asing tersebut tidak diizinkan untuk memasukkan penawaran.

Pihak berwenang Tiongkok juga menetapkan penilaian internal formal yang disebut “evaluasi pelaksanaan transfer-teknologi,” yang tidak berfokus pada seberapa baik bisnis asing mengajarkan sistem mereka, tetapi lebih pada seberapa baik perusahaan domestik Tiongkok mempelajarinya.

Jika perusahaan domestik Tiongkok tidak mempelajari teknologi tersebut, Tiongkok tidak membayar. Pihak berwenang juga mensyaratkan bahwa pada batch pesanan terakhir, perusahaan setempat harus menghasilkan 70 persen dari pesanan. [40]

Karena perusahaan asing merasa pasar Tiongkok adalah peluang yang tidak boleh dilewatkan, ketentuan seperti itu tidak mencegah perusahaan asing untuk menandatangani kontrak transfer-teknologi. Kawasaki Heavy Industries Jepang, Alstom Prancis, Siemens Jerman, dan Bombardier Kanada semua mengajukan penawaran. Meskipun dijanjikan akses pasar dengan imbalan alih teknologi, tidak ada perusahaan Barat yang mau mentransfer teknologi intinya yang paling bernilai.

Namun, Partai Komunis Tiongkok terus bermain dengan beberapa perusahaan asing tersebut dengan harapan bahwa setidaknya satu perusahaan asing akan menyerah dan menyerahkan sesuatu yang bernilai nyata untuk keuntungan kepentingan jangka pendek.

Benar saja, ketika muncul bahwa satu perusahaan asing akan mendapatkan sebagian pasar Tiongkok dengan imbalan teknologi, perusahaan asing yang lain mulai takut ditinggalkan. Dengan demikian, beberapa dari perusahaan asing tersebut jatuh ke dalam perangkap Partai Komunis Tiongkok, dengan hasil bahwa Tiongkok mampu mengekstraksi teknologi utama dari empat perusahaan kereta api berkecepatan-tinggi tersebut di atas.

Pemerintah Tiongkok telah menginvestasikan uang dalam jumlah besar dalam proyek tersebut, bertindak terlepas dari biaya. Jaringan Tiongkok kemudian memasuki periode pengembangan yang semakin cepat saat perusahaan Tiongkok membangun sistem kereta berkecepatan-tinggi paling luas di dunia berdasarkan jarak tempuh.

Dalam beberapa tahun, Tiongkok dengan cepat mengasimilasi teknologi Barat, yang kemudian berubah menjadi “hak kekayaan intelektual independen.” Apa yang benar-benar mengejutkan perusahaan-perusahaan Barat adalah saat Tiongkok kemudian mulai mengajukan permohonan paten kereta api berkecepatan-tinggi di luar negeri, di mana perusahaan Tiongkok menjadi pesaing sengit mantan gurunya di pasar internasional.

Karena perusahaan Tiongkok telah mengumpulkan banyak pengalaman praktis di bidang ini, dan diberikan semua keuntungan industri yang dibawa oleh kapasitas produksi skala-besar dan dukungan keuangan negara yang besar, industri kereta api berkecepatan-tinggi Tiongkok memiliki keunggulan kompetitif terhadap rekan-rekan. Ini telah menjadi unsur penting dari proyek One Belt, One Road Partai Komunis Tiongkok.

Sementara perusahaan asing pernah bermimpi mendapatkan bagiannya di pasar besar Tiongkok untuk kereta api berkecepatan-tinggi di Tiongkok, perusahaan asing menemukan bahwa perusahaan asing bukan hanya terjepit di pasar Tiongkok, tetapi perusahaan asing juga telah menciptakan pesaing internasional yang tangguh. Yoshiyuki Kasai, ketua kehormatan Perusahaan Kereta Api Jepang Pusat, berkata dengan sedih: “Shinkansen [kereta peluru Jepang] adalah permata Jepang. Transfer teknologi ke Tiongkok adalah kesalahan besar.”[41]

Partai Komunis Tiongkok sendiri mengakui bahwa keberhasilan Tiongkok dalam kereta api berkecepatan-tinggi dicapai dengan berdiri di atas bahu raksasa. Memang, tujuan Partai Komunis Tiongkok sejak awal adalah untuk membunuh semua raksasa lainnya. Partai Komunis Tiongkok memiliki dua tujuan eksplisit: Tujuan jangka pendek Partai Komunis Tiongkok adalah menggunakan pencapaian ekonomi untuk membuktikan legitimasi rezim Tiongkok serta untuk membuat kemajuan ekonomi dan teknologi demi mempertahankan serta membangkitkan sentimen dan propaganda nasionalis.

Tetapi tujuan jangka panjang Partai Komunis Tiongkok adalah untuk membuktikan bahwa sistem komunis Partai Komunis Tiongkok lebih unggul daripada sistem kapitalis, sehingga Partai Komunis Tiongkok mencuri teknologi secara tidak bijaksana dan mengubah kekuatan seluruh negara untuk bersaing dengan perusahaan bebas kapitalis.

Siasat Tiongkok menjanjikan akses pasar melalui imbalan teknologi, memaksa transfer teknologi, menyerap dan meningkatkan teknologi asing, memiliki perusahaan sendiri yang berpraktik di pasar domestik sebelum maju ke dunia, dan melempar produk secara global ke pesaing yang lebih rendah, telah menyebabkan perusahaan Barat amat sangat menderita. Sekarang beberapa perusahaan Barat tersebut mulai bercermin.

Namun, perusahaan Barat yang lain masih saja tertarik dengan pasar besar Tiongkok mirip ngengat dan masih mau berbisnis dengan Partai Komunis Tiongkok untuk keuntungan langsung perusahaan Barat tersebut. Ambisi Partai Komunis Tiongkok untuk memperoleh teknologi Barat tidak pernah surut, dan program Made in China 2025 adalah perwujudan ambisi ini.

Pada tahun 2015, pemerintah Tiongkok mengusulkan proyek Made in China 2025 sepuluh tahun, yang membayangkan bahwa pada tahun 2025, Tiongkok akan berubah dari negara manufaktur besar menjadi kekuatan manufaktur, dan bahwa pada tahun 2035, industri manufaktur negara itu akan melampaui industri negara maju seperti Jerman dan Jepang.
Pada tahun 2049, Partai Komunis Tiongkok berharap akan memimpin inovasi di sektor manufaktur utama sebagai pemimpin global dalam teknologi dan industri utama. Menggunakan kata-kata yang tinggi, rezim Partai Komunis Tiongkok telah meningkatkan status sektor manufakturnya menjadi “fondasi bangsa” dan “instrumen untuk meremajakan negara.”

Kekuatan Super Manufaktur Dibangun Dari Hasil Mencuri

Bagaimana Tiongkok meningkatkan potensi manufaktur dan inovasinya dalam waktu sesingkat itu? Tiongkok menggunakan trik lama yang sama:

Pertama, memaksa perusahaan untuk mentransfer teknologinya, seperti dalam kasus kereta api berkecepatan-tinggi. Banyak perusahaan Barat bersedia memberikan teknologi sebagai imbalan untuk akses ke pasar Tiongkok, melatih pesaing masa depannya pada saat yang sama.

Kedua, Tiongkok menuntut perusahaan Barat membentuk usaha patungan dengan perusahaan Tiongkok, dan mendukung perusahaan dan universitas Tiongkok dalam berkolaborasi dengan perusahaan teknologi-tinggi, sehingga Tiongkok dapat memperoleh teknologi tersebut.

Ketiga, rezim Tiongkok mendorong perusahaan domestiknya untuk melakukan akuisisi perusahaan teknologi-tinggi di luar negeri, secara langsung berinvestasi dalam perusahaan teknologi utama yang baru dirintis, dan membangun pusat-pusat penelitian dan pengembangan (R&D) di luar negeri.

Keempat, Tiongkok mengrangsang lembaga penelitian teknologi dan ilmiah asing terkemuka untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan di Tiongkok.

Kelima, Tiongkok menggunakan kebijakan yang ditargetkan untuk mendatangkan pakar teknologi asing.

Banyak perusahaan yang baru dirintis di Silicon Valley membutuhkan modal. Tiongkok menggunakan uang pembayar pajak untuk berinvestasi di perusahaan tersebut guna mendapatkan teknologi baru, termasuk mesin roket, sensor untuk kapal angkatan laut otonom, dan printer 3D yang memproduksi layar fleksibel yang dapat digunakan di kokpit pesawat tempur. [42]

Ken Wilcox, ketua emeritus dari Silicon Valley Bank, mengatakan pada tahun 2017 bahwa dalam periode enam bulan, ia didekati oleh tiga perusahaan milik negara Tiongkok yang berbeda untuk bertindak sebagai agen mereka untuk membeli teknologi atas nama mereka. Meskipun ia menolak, ia berkata: “Tiga perusahaan tersebut mengatakan mereka memiliki mandat dari Beijing, dan mereka tidak tahu apa yang ingin mereka beli. Yang ingin mereka beli semuanya adalah teknologi.”[43]

Pada bulan November 2018, perwakilan perdagangan Amerika Serikat mempublikasikan temuan investigasi Bagian 301. Laporan tersebut mengatakan bahwa Danhua Capital (saat ini Digital Horizon Capital) menggunakan modal ventura Tiongkok untuk membantu pemerintah Tiongkok mendapatkan teknologi dan kekayaan intelektual terbaik di Amerika Serikat. [44]

Laporan di atas oleh pemerintah Amerika Serikat terbuka untuk dilihat masyarakat. Senjata pembunuh yang digunakan Tiongkok untuk mewujudkan lompatan teknologinya adalah pencurian teknologi Barat secara terang-terangan. Kecakapan Tiongkok untuk spionase industri jauh melebihi ruang lingkup mata-mata komersial di masa lalu.

Untuk mencuri teknologi dan rahasia dari Barat, rezim Tiongkok memobilisasi semua personel dan siasat yang tersedia – termasuk spionase, peretas, mahasiswa internasional, sarjana tamu, imigran Tiongkok dan Taiwan yang bekerja di perusahaan Barat, dan orang Barat terpikat dengan kepentingan keuangan.

Partai Komunis Tiongkok selalu mendambakan jet tempur siluman F-35 milik Amerika Serikat. Su Bin, yang berasal dari Tiongkok dan telah menjadi warganegara permanen Kanada, dijatuhi hukuman lima tahun penjara karena mencuri rencana untuk jet tempur siluman F-35 dan pesawat lainnya pada tahun 2016.

Su Bin bekerja sama dengan dua peretas dari militer Tiongkok untuk menembus sistem komputer pabrikan Lockheed Martin dan mencuri rahasia dagang. Penyelidik menemukan bahwa kelompok Su Bin juga mencuri informasi mengenai pesawat tempur siluman Lockheed F-22 dan pesawat angkut strategis Boeing C-17, serta 630.000 arsip dari sistem Boeing, dengan total data sekitar 65 gigabyte.[45] Pesawat tempur siluman J-20 milik Tentara Pembebasan Rakyat yang dipamerkan dalam beberapa tahun terakhir kini sangat mirip dengan pesawat tempur siluman Lockheed F-22 milik Amerika Serikat, dan FC-31 milik Tiongkok yang lebih kecil adalah tiruan dari jet tempur siluman F-35 milik Amerika Serikat.

Dr. David Smith, seorang ahli metamaterial di Universitas Duke, menemukan semacam “jubah yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa” dengan potensi untuk suatu hari melindungi pasukan Amerika Serikat. Militer Amerika Serikat menginvestasikan jutaan dolar untuk mendukung penelitiannya.

Pada tahun 2006, siswa Tiongkok Liu Ruopeng datang ke Amerika Serikat dengan tujuan untuk belajar di laboratorium Dr. David Smith, menjadi anak didik sang ilmuwan. Seorang pejabat kontra-intelijen FBI percaya Liu Ruopeng membawa misi khusus: Untuk mendapatkan penelitian Dr. David Smith.

Pada tahun 2007, Liu Ruopeng membawa dua mantan rekannya, yang bepergian dengan biaya rezim Tiongkok, untuk mengunjungi laboratorium Dr. David Smith, dan mereka mengerjakan jubah yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa untuk jangka waktu tertentu. Kemudian, peralatan yang digunakan untuk membuat jubah itu digandakan di laboratorium tua milik Liu Ruopeng di Tiongkok. [46]

Pada tanggal 20 Desember 2018, Departemen Kehakiman menggugat dua warga Tiongkok dari APT 10, organisasi peretas Tiongkok, yang memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis Tiongkok.

Menurut dakwaan, dari tahun 2006 hingga 2018, APT 10 melakukan serangan peretasan yang luas, mencuri sejumlah besar informasi dari lebih dari empat puluh lima organisasi, termasuk NASA dan Departemen Energi. Informasi yang dicuri melibatkan obat-obatan, bioteknologi, keuangan, manufaktur, minyak bumi, dan gas alam. Direktur FBI Christopher Wray mengatakan: “Tujuan Tiongkok, sederhananya, adalah untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai negara adidaya terkemuka di dunia, dan Tiongkok menggunakan metode ilegal untuk mencapai tujuannya. Tiongkok menggunakan serangkaian metode non-tradisional dan ilegal yang berkembang.”[47]

Pencurian teknologi dan paten oleh Tiongkok adalah sulit untuk diperangi dan dicegah. Kathleen Puckett, mantan perwira kontra-intelijen Amerika Serikat di San Francisco, mengatakan bahwa Tiongkok “mengerahkan semua upayanya untuk spionase, dan mendapatkan semuanya secara gratis.” [48]

Tiongkok melakukan moralisasi, merasionalisasi, menormalkan, dan melakukan militerisasi dengan cara mencuri. Tiongkok meluncurkan “perang melawan setiap orang” untuk menjarah teknologi maju dari Barat, denagn menggunakan patriotisme, sentimen ras, uang, dan prestise. Perilaku mengerikan seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah.

Beberapa orang telah membela kegiatan Tiongkok dengan berargumen bahwa pencurian tersebut tidak berarti banyak, karena dengan mencuri sedikit di sana-sini, perusahaan Tiongkok tidak mendapatkan gambaran lengkap mengenai bagaimana teknologi disebarkan dan diskalakan.

Tetapi adalah sangat berbahaya untuk melihat spionase industri Tiongkok dengan cara ini. Spionase di era elektronik benar-benar berbeda dari spionase dalam beberapa dekade terakhir, di mana mata-mata akan mengambil beberapa foto. Tiongkok mencuri seluruh basis data penelitian teknologi, dan dalam banyak kasus, tidak hanya mencuri teknologi, tetapi juga mengambil para ahli.
Dengan kekuatan pabrik dunia yang telah dikembangkan Tiongkok selama beberapa dekade serta potensi penelitian dan pengembangan yang telah diakumulasikannya, rezim Tiongkok benar-benar mampu dan mau membangun negara adidaya yang didasarkan pada pencurian – dan sudah pasti Tiongkok akan mewujudkannya.

Program Seribu Talenta: Spionase dan Daya Tarik Bakat

Dari ketika Tiongkok dibuka pada tahun 1970-an hingga sekarang, jutaan siswa Tiongkok telah belajar di luar negeri dan telah mencapai hal-hal besar. Tiongkok berupaya merekrut dan menggunakan individu-individu berbakat ini, diinvestasikan dan dilatih oleh Barat, untuk secara langsung membawa kembali informasi teknologi dan ekonomi yang telah mereka peroleh ke Tiongkok. Hal ini membantu ambisi Partai Komunis Tiongkok dalam mendapatkan supremasi global.

Sejak tahun 2008, banyak departemen di Tiongkok telah memprakarsai Program Seribu Talenta. Di permukaan, ini tampaknya merekrut orang-orang Tiongkok yang berbakat yang berada di luar negeri untuk kembali ke Tiongkok untuk posisi jangka-penuh atau jangka-pendek. Tetapi tujuan sebenarnya di balik program ini adalah agar industri negara Tiongkok mendapatkan teknologi dan kekayaan intelektual baru dari Barat.

FBI merilis dokumen yang tidak diklasifikasikan mengenai program bakat Tiongkok ini pada bulan September 2015. FBI menyimpulkan bahwa merekrut individu-individu target dapat memungkinkan Tiongkok untuk mengambil keuntungan dalam tiga cara: Mendapatkan akses ke penelitian dan keahlian untuk teknologi mutakhir, mendapatkan manfaat penelitian ilmiah yang dilakukan selama bertahun-tahun di Amerika Serikat serta didukung oleh hibah pemerintah dan pendanaan swasta Amerika Serikat, dan sangat berdampak buruk pada ekonomi Amerika Serikat. [49]
Institut Kesehatan Nasional merilis sebuah laporan mengenai program bakat Tiongkok pada tanggal 13 Desember 2018, mencatat bahwa warganegara asing telah mentransfer kekayaan intelektual Amerika Serikat ke negara asalnya sementara berada dalam daftar gaji pemerintah Amerika Serikat.

Tindakan warganegara asing tersebut secara tidak adil berdampak pada semua institusi akademik Amerika Serikat. M. Roy Wilson, salah satu penulis laporan dan ketua bersama Komite Penasihat Institut Kesehatan Nasional, mengatakan bahwa kualifikasi kunci untuk menjadi bagian Program Seribu Talenta adalah memiliki akses ke kekayaan intelektual yang berharga. Ia mengatakan bahwa masalahnya adalah bermakna, bukan acak, dan bahwa tingkat keparahan kerugian kekayaan intelektual tidak mungkin untuk diabaikan. [51]

Peter Harrell, asisten senior dalam program energi, ekonomi, dan keamanan di Pusat Keamanan Amerika Baru, mengatakan: “Tiongkok sedang mengejar pendekatan seluruh masyarakat terhadap kemampuan teknologinya, yang mencakup pembelian perusahaan inovatif melalui investasi luar negeri, yang mengharuskan perusahaan Barat untuk mentransfer teknologi mutakhir ke Tiongkok sebagai syarat akses ke pasar Tiongkok, menyediakan sumber daya negara yang luas untuk membiayai pengembangan teknologi dalam negeri, mendanai pelatihan mahasiswa dan peneliti Tiongkok terkemuka di luar negeri, dan membayar premium yang lumayan untuk menarik pemilik bakat kembali ke Tiongkok.”[52]

Program Seribu Talenta yang sasarannya adalah hampir semua mahasiswa Tiongkok yang datang ke Amerika Serikat sejak tahun 1980-an dan yang menemukan dirinya memiliki akses ke informasi yang berguna untuk pengembangan industri, teknologi, dan ekonomi rezim Tiongkok — berpotensi puluhan ribu orang. Partai Komunis Tiongkok memobilisasi kapasitas dan populasi seluruh negara untuk melakukan perang tanpa batas dalam merekrut bakat dan kekayaan intelektual.
Suatu Sistem Nasional Total yang Bermaksud Buruk

Selain mencuri langsung, dukungan dan subsidi negara Tiongkok juga merupakan sarana penting bagi Partai Komunis Tiongkok untuk mencapai ambisinya. Dukungan negara berarti bahwa rezim Tiongkok dapat menggunakan sejumlah besar uang untuk mendukung industri-industri utama.

Secara efektif, ini adalah menggunakan kekuatan nasional Tiongkok untuk memberikan tekanan pada bisnis swasta di Barat. Hal ini menimbulkan tantangan besar dan unik bagi negara-negara di mana para pemimpin dipilih secara demokratis dan menyerahkan keputusan bisnis kepada bisnis itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa perusahaan Barat bahkan telah kalah sebelum permainan dimulai. Subsidi Tiongkok — yang pada akhirnya diambil dari kantong pembayar pajak yang tidak peduli — berarti bahwa produsen Tiongkok dapat mengabaikan biaya riil, menjadikannya predator yang tidak terhentikan di pasar internasional.

Industri sel surya adalah contoh klasik dari subsidi rezim Tiongkok. Sepuluh tahun yang lalu, tidak ada perusahaan Tiongkok berada di antara sepuluh produsen sel surya teratas, tetapi kini ada enam perusahaan produsen sel surya dari Tiongkok, termasuk dua perusahaan tersebut menduduki peringkat teratas. Industri energi hijau sangat dipromosikan selama masa jabatan pertama Presiden Barack Obama, tetapi tak lama kemudian, puluhan pembuat panel surya mengajukan kebangkrutan atau harus mengurangi bisnisnya dalam menghadapi persaingan tiada henti-hentinya dari Tiongkok, yang merusak antusiasme untuk energi bersih pada saat itu. [53]

Kerusakan antusiasme untuk energi bersih disebabkan oleh produk-produk Tiongkok yang dilempar ke pasar dunia, yang dimungkinkan oleh subsidi rezim Tiongkok untuk industri sel solar domestiknya.

Di negara-negara Barat, negara juga mendanai proyek-proyek utama, termasuk yang berada di ujung tombak pengembangan teknologi. Prototipe internet, misalnya, pertama kali dikembangkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Namun, di Barat, partisipasi pemerintah di tingkat nasional adalah terbatas. Setelah suatu teknologi dikomersialkan, perusahaan swasta bebas untuk bertindak sesuai kehendaknya.

Sebagai contoh, NASA menyebarluaskan hasil penelitian lanjutannya ke industri melalui Program Alih Teknologi. Banyak proyek perangkat lunak NASA hanya meletakkan kode sumbernya di Web sebagai sumber terbuka. Sebaliknya, Partai Komunis Tiongkok secara langsung menggunakan kekuatan negara untuk mengkomersialkan teknologi-tinggi, yang setara dengan menggunakan “China Inc.” untuk bersaing melawan setiap perusahaan Barat.

Proyek Made in China 2025, tentu saja, tidak dapat dipisahkan dari subsidi negara dan perencanaan industri negara Tiongkok. Jika Partai Komunis Tiongkok melanjutkan jejaknya saat ini, kisah panel surya akan diputar lagi di industri lain, dan produk-produk Tiongkok akan menjadi pembunuh kerja global. Melalui perang ekonomi dan perang teknologi tanpa batas, Partai Komunis Tiongkok telah berhasil memimpin banyak perusahaan Barat, termasuk perusahaan multinasional, menjadi jebakan. Perusahaan Barat menyerahkan modal dan teknologi canggih, tetapi tidak mampu bersaing secara adil di pasar Tiongkok, dan sebaliknya membantu menciptakan pesaing yang didukung negaranya sendiri. Partai Komunis Tiongkok menggunakan perusahaan Barat sebagai pion untuk mencapai ambisinya.