Bab XVIII – Ambisi Global Partai Komunis Tiongkok-Bagian II (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

Roh komunisme tidak lenyap dengan disintegrasi Partai Komunis di Eropa Timur

The Epoch Times menerbitkan serial khusus terjemahan dari buku baru Berbahasa Tionghoa berjudul Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita, oleh tim editorial Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis.

Daftar ISI

3. ‘Perang Tanpa Batas’ Dengan Karakteristik Komunis Tiongkok
a. Partai Komunis Tiongkok Mempromosikan Kebudayaan Partai Komunis Tiongkok di Seluruh Dunia
b. Kerja Front Persatuan Bertujuan untuk Menghancurkan Dunia Bebas Dari Dalam
c. Perang Ekonomi Tanpa Batas Adalah Senjata Berat Partai Komunis Tiongkok
d. Partai Komunis Tiongkok Menggunakan Massa untuk Spionase
e. Perang Tanpa Batas Memiliki Banyak Bentuk

4. ‘Model Tiongkok’ dan Dampaknya Yang Merusaknya

5. Pelajaran yang Didapat dan Jalan Keluar
a. Kebijakan Penentraman Adalah Kesalahan Besar
b. Mengapa Barat Gagal Memahami Tiongkok?
c. Apa Jalan Keluarnya?

Daftar Pustaka

3. ‘Perang Tanpa Batas’ Dengan Karakteristik Komunis Tiongkok

Dalam proses mewujudkan ambisi globalnya, Partai Komunis Tiongkok mengakui tidak ada batasan moral dan tidak mematuhi hukum. Seperti yang dibahas dalam Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis, sejarah pendirian Partai Komunis Tiongkok adalah suatu proses secara bertahap menyempurnakan kejahatan yang ditemukan melalui sejarah, baik di Tiongkok maupun di seluruh dunia, termasuk sembilan sifat bawaan Partai Komunis Tiongkok: “kejahatan, tipu daya, hasutan, melepaskan sampah masyarakat, spionase, perampokan, pertempuran, penghapusan, dan kendali.”[1]

Ciri-ciri ini terlihat di mana-mana melalui ekspansi global Partai Komunis Tiongkok, dan Partai Komunis Tiongkok terus meningkatkan dan memperkuat teknik dan keganasannya. “Perang tanpa batas” Partai Komunis Tiongkok adalah ekspresi terkonsentrasi dari sifat-sifat jahat ini dan merupakan bagian penting dari keberhasilannya.

Gagasan perang tanpa batas selalu dijalankan melalui praktik militer Partai Komunis Tiongkok. Pada tahun 1999, dua kolonel Tiongkok secara resmi menggunakan istilah “perang tanpa batas” dalam kerja teoretis militernya. Seperti namanya, perang tanpa batas memiliki karakteristik sebagai berikut: “[Ini] perang melampaui semua halangan dan batas,…memaksa musuh untuk menerima kepentingan Partai Komunis Tiongkok dengan segala cara, termasuk metode kekuatan dan non-kekuatan, militer dan non-militer, membunuh dan tidak membunuh….Maksudnya adalah semua informasi yang tercakup ada di mana-mana, medan perang ada di mana-mana…di luar semua pengekangan politik, historis, kebudayaan, dan moral.”[2]

Perang tanpa batas berarti bahwa “semua senjata dan teknologi dapat digunakan sesuka hati; perang tanpa batas berarti bahwa semua batas antara dunia perang dengan non-perang, militer dengan non-militer, dilanggar.”

Perang tanpa batas menggunakan metode yang menjangkau berbagai negara dan bidang kegiatan. Keuangan, perdagangan, media, hukum internasional, luar angkasa, dan banyak lagi semuanya adalah medan perang yang potensial. Senjata termasuk peretasan, terorisme, perang biokimia, perang ekologis, perang atom, perang elektronik, perdagangan narkoba, intelijen, penyelundupan, perang psikologis dan ideologis, sanksi, dan sebagainya. [3]

Para penulis Perang Tanpa Batas percaya bahwa “generalisasi perang” adalah arah masa depan yang tidak terhindarkan dan bahwa setiap bidang harus dimiliterisasi. Para penulis tersebut percaya bahwa sejumlah besar personel non-militer yang tidak mengenakan seragam militer adalah kunci dari perang tanpa batas. Pemerintah harus segera bersiap untuk bertempur di semua medan perang yang tidak tampak dengan mata. [4]

Banyak orang menyebut berbagai lingkungan profesional atau sosial sebagai “medan perang” melalui kiasan, tetapi Partai Komunis Tiongkok menganggapnya secara harfiah. Semua bidang adalah medan perang karena Partai Komunis Tiongkok dalam keadaan perang setiap saat, dan setiap orang adalah seorang pejuang. Semua konflik dianggap sebagai perjuangan hidup dan mati. Masalah ringan diperbesar menjadi pertanyaan prinsip atau ideologi, dan seluruh negara dimobilisasi, seolah-olah dalam keadaan perang aktif, untuk memenuhi tujuan Partai Komunis Tiongkok.

Pada tahun 1940-an, selama Perang Sipil Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok menggunakan perang ekonomi untuk membahayakan ekonomi pemerintah Nasionalis Republik Tiongkok (Kuomintang) dan mengakibatkan Kuomintang runtuh. Partai Komunis Tiongkok menggunakan spionase untuk mendapatkan rencana militer Kuomintang bahkan sebelum pasukan Kuomintang sendiri menerimanya, dan menggunakan banyak konspirasi saat tentara komunis bertempur di medan perang.

Saat ini Partai Komunis Tiongkok masih menggunakan cara-cara tanpa batas, namun dengan skala yang lebih besar dan lebih luas. Perang tanpa batas, melanggar semua aturan konvensional dan pengekangan moral, membuat sebagian besar orang, pemerintah, dan perusahaan Barat tidak dapat memahami bagaimana Partai Komunis Tiongkok berperilaku, apalagi bersaing dengannya.

Partai Komunis Tiongkok melaksanakan banyak cara yang tampaknya biasa saja, dalam banyak bidang, untuk mencapai tujuannya:

•Mengekspor kebudayaan dan kebohongan Partai Komunis Tiongkok ke seluruh dunia melalui propaganda asing
•Mengendalikan media global dan melakukan perang ideologis
•Menggunakan ketenaran, perangkap madu, hubungan, penyuapan, dan kekuatan lalim untuk menyatukan para pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa, tokoh-tokoh politik penting dari berbagai negara, para ahli di lembaga pemikir serta kalangan akademis, para taipan, dan orang yang berpengaruh dari semua lapisan masyarakat untuk menumbuhkan persahabatan yang mendukung dan membantu Partai Komunis Tiongkok melalui krisis
•Mendukung, menghasut, dan bersekutu dengan rezim jahat untuk mengalihkan perhatian pemerintah Amerika Serikat dan negara-negara Barat
•Menggunakan diplomasi perdagangan untuk membuat negara-negara bebas bersaing satu sama lain, dengan pasar lebih dari satu miliar konsumen Tiongkok sebagai umpan
•Memperkuat integrasi ekonomi dan saling ketergantungan untuk mengikat negara lain
•Melanggar aturan perdagangan Organisasi Perdagangan Dunia
•Membuat komitmen reformasi palsu untuk mengakumulasi surplus perdagangan dan cadangan devisa
•Menggunakan buah-buah kapitalisme untuk menggemukkan tubuh sosialisme
•Menggunakan pasar, valuta asing, dan sumber daya keuangan sebagai senjata untuk menekan hak asasi manusia melalui perang tanpa batas di bidang ekonomi dan untuk memaksa negara lain untuk meninggalkan tanggung jawab moral dan nilai-nilai universal
•Memaksa rakyat Tiongkok yang bekerja di perusahaan swasta di luar negeri untuk mencuri informasi negara maju
•Menyandera warga Tiongkok dan warganegara lain