Pertikaian Politik Diperlihatkan Saat Pemimpin Komunis Tiongkok dan Perdana Menteri Berkomentar yang Saling Bertentangan Mengenai Keadaan Ekonomi

Theepochtimes.com- Selama tur inspeksi baru-baru ini di desa-desa di wilayah Ningxia, pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping menekankan tujuannya agar Tiongkok menjadi “sebuah masyarakat moderat yang makmur.” Slogan ini diciptakan segera setelah ia mengambil alih kekuasaan pada tahun 2012, dan merupakan kebijakan ekonomi andalannya.

Xi Jinping juga menulis sebuah artikel pada tanggal 31 Mei 2020 di Qiushi, majalah resmi Partai Komunis Tiongkok, bahwa Tiongkok bergerak maju menuju pencapaian tujuan tersebut, bersama dengan “400 juta orang di kelas menengah.”

Standar Xi Jinping untuk kelas menengah adalah: pendapatan rumah tangga tahunan 100.000 yuan hingga 500.000 yuan. Namun di Tiongkok, tidak jarang rumah tangga multi-generasi tinggal di bawah satu atap.

Sementara itu, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang baru-baru ini menyoroti pengangguran dan krisis kemiskinan di negara itu, yang diperburuk oleh pandemi virus Komunis Tiongkok.

Li Keqiang mengatakan dalam pertemuan legislatif Tiongkok yang tunduk pada Partai Komunis Tiongkok pada tanggal 28 Mei 2020, bahwa 600 juta warga Tiongkok hanya mendapat 1.000 yuan per bulan, yang mana tidak cukup untuk membayar sewa bulanan untuk apartemen satu-kamar tidur di kota kelas menengah Tiongkok.

Li Keqiang kemudian mempromosikan gagasan untuk mendirikan “ekonomi pedagang kaki lima” untuk mengurangi meningkatnya pengangguran sebagai akibat pandemi.

Pada tanggal 1 Juni 2020, Li Keqiang sekali lagi mengatakan di sebuah seminar ekonomi di kota Qingdao: “Tantangan yang dihadapi [Tiongkok] tersebut adalah kesulitan yang tidak terduga. ” 

Li Keqiang menekankan bahwa ratusan juta rakyat Tiongkok membutuhkan dukungan keuangan.

Setelah pidato Li Keqiang, awalnya media pemerintah Tiongkok mempromosikan ekonomi pedagang kaki lima, tetapi pada tanggal 5 Juni media pemerintah Tiongkok mulai menerbitkan artikel mengkritik gagasan tersebut.

Sejak itu, setiap pemerintah provinsi dan kota menyampaikan konflik informasi mengenai apakah pedagang kaki lima diizinkan untuk menjual produknya.

Pengamat menafsirkan pesan yang kontradiktif secara terbuka akhir-akhir ini sebagai indikasi perebutan kekuasaan antara faksi politik Xi Jinping dan Li Keqiang.

“Xi Jinping dan Li Keqiang bertikai satu sama lain di depan umum tentu akan menyulitkan pejabat yang berpangkat lebih rendah untuk memposisikan dirinya,” kata Tang Jingyuan, seorang komentator urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat.

Pertikaian Depan Umum

Frank Tian Xie, seorang profesor bisnis di University of South Carolina Aiken, juga membaca komentar Li Keqiang sebagai teguran langsung terhadap Xi Jinping. 

“Hal tersebut menunjukkan  para pejabat senior Partai Komunis Tiongkok memiliki pendapat dan perjuangan berbeda satu sama lain,” kata Frank Tian Xie dalam sebuah wawancara.

Jiang Feng, seorang komentator yang berbasis di Amerika Serikat  mengatakan di acara YouTube-nya, bahwa Li Keqiang berkomentar mengenai 600 juta orang Tiongkok yang hidup dengan pendapatan bulanan kurang dari 1.000 yuan adalah “suatu tamparan bagi Xi Jinping. Xi Jinping berkata Tiongkok  mewujudkan masyarakat yang cukup makmur pada tahun 2020.”

Tang Jingyuan menganalisis hal itu karena Li Keqiang adalah pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok untuk kebijakan ekonomi, maka Li Keqiang akan disalahkan atas kesengsaraan ekonomi Tiongkok.

Saat ekonomi Tiongkok terus menurun, Tang Jingyuan mengatakan Li Keqiang tidak punya pilihan selain mengakui kepada warga Tiongkok bahwa situasi ekonomi adalah serius.

“Jelas, Li Keqiang tidak mau mengambil tanggung jawab atas kebohongannya kepada masyarakat. Ini adalah alasan utama mengapa Li Keqiang mengumumkan keberadaan jumlah orang miskin yang begitu besar di Tiongkok,” kata Tang Jingyuan.

Ekonomi Tiongkok

He Junjiao, seorang ekonom Tiongkok yang berbasis di Provinsi Hunan, mengatakan kepada The Epoch Times bahasa Mandarin bahwa ekonomi Tiongkok berada dalam situasi kritis. Bahkan ekonomi pedagang kaki lima tidak dapat menyelamatkan situasi kritis tersebut.

“Jika suatu negara bergantung pada ‘ekonomi pedagang kaki lima’ untuk mendukung mata pencaharian rakyatnya, maka negara tersebut berada di tepi kebangkrutan…Di balik ekonomi pedagang kaki lima ala Li Keqiang adalah pengangguran massal,” kata He Junjiao.

Rezim Komunis Tiongkok, dengan putus asa, menyerukan kepada rakyat Tiongkok untuk menjadi pengusaha kecil. “Kalau tidak, rakyat Tiongkok akan kelaparan, atau bahkan terjadi kerusuhan jika rakyat Tiongkok tidak mempunyai makanan,” kata He Junjiao.

Universitas Normal Beijing melakukan survei baru-baru ini yang lebih menyoroti pendapatan rata-rata orang Tiongkok.

Caizin, majalah Tiongkok yang berbasis di Shanghai melaporkan pada tanggal 3 Juni bahwa Universitas Normal Beijing membuat perkiraan setelah mensurvei 70.000 orang.

“Penghasilan bulanan 547 juta orang Tiongkok, yang merupakan 39,1 persen populasi, kurang dari 1.000 yuan. Penghasilan bulanan 52,5 juta orang Tiongkok adalah antara 1.000 yuan hingga 1.090 yuan. Itu berarti 42.85 persen penduduk Tiongkok berpenghasilan kurang dari 1.090 yuan setiap bulan,” menurut laporan tersebut.

Di antara orang-orang tersebut, 5,46 juta orang Tiongkok tidak memiliki penghasilan; penghasilan bulanan 216 juta orang Tiongkok kurang dari 500 yuan; dan penghasilan bulanan 200 juta orang Tiongkok lainnya lebih rendah dari 800 yuan.

Ketua China Fuyao Glass, sebuah produsen kaca mobil multinasional, pernah mengatakan kepada media Tiongkok bahwa Tiongkok memiliki lebih dari 300 juta orang yang hidup dalam kemewahan untuk membeli produk yang tidak penting.

Menurut data terbaru yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok, median disposable income adalah 26.523 yuan  untuk tahun 2019.

Media Tiongkok mencatat bahwa jumlah uang ini hanya dapat mendukung biaya hidup kebutuhan dasar di Tiongkok.

Keterangan Gambar: Pemimpin Tiongkok Xi Jinping dan perdana menteri Li Keqiang tiba pada sesi penutupan kongres legislatif stempel partai di Beijing pada 28 Mei 2020. (Kevin Frayer / Getty Images)

(Vivi/asr)

Video Rekomendasi