Ilmuwan Profesor Hong Kong Ungkap Rezim Tiongkok Menghancurkan Bukti Mengenai Awal Wabah Virus

Theepochtimes.com- Seorang ahli mikrobiologi Hong Kong yang terkenal sebagai informasi yang terbaru untuk mengungkapkan bagaimana Beijing awalnya menutupi wabah virus Komunis Tiongkok atau coronavirus di Tiongkok. Ia menambahkan tumpukan bukti adanya kesalahan tatalaksana krisis pandemi oleh pihak berwenang.

Ia bernama Profesor Yuen Kwok-yung, seorang ahli penyakit menular di Universitas Hong Kong. Ia adalah termasuk di antara tim ahli yang dipimpin oleh ahli pernapasan top Zhong Nanshan mengirim misi pencarian fakta ke Wuhan, tempat virus pertama kali menyerang, pada tanggal 19 Januari 2020.

Saat ini, lebih dari 6 bulan kemudian, Yuen Kwok-yung mengatakan kepada BBC dalam sebuah wawancara pada tanggal 27 Juli 2020, bahwa pihak berwenang setempat Tiongkok adalah lambat menanggapi wabah dan menghancurkan bukti fisik mengenai wabah itu.

“Saya curiga pihak berwenang setempat Tiongkok telah melakukan beberapa kerahasiaan secara setempat di Wuhan. Pejabat setempat yang seharusnya segera menyampaikan informasi tersebut tidak membiarkan hal ini dilakukan dengan mudah sebagaimana mestinya,” kata Yuen Kwok-yung.

Ia ingat kunjungannya ke Pasar Makanan Laut Huanan di Wuhan pada bulan Januari lalu. Ia mengatakan “tidak ada yang dapat dilihat karena pasar sudah bersih.”

Pihak berwenang Wuhan awalnya mengklaim bahwa virus tersebut kemungkinan berasal dari pasar tersebut, meskipun penelitian sejak itu menunjukkan bahwa beberapa pasien pertama di Yuen Kwok-yung menambahkan: “Anda dapat mengatakan bahwa Tempat Kejadian Perkara sudah terganggu karena pasar tersebut sudah bersih. Kami tidak dapat mengidentifikasi pejamu apa pun yang menularkan virus tersebut kepada manusia.”

Kerahasiaan awal virus Komunis Tiongkok di Beijing, yang umumnya dikenal sebagai jenis Coronavirus baru, telah didokumentasikan dengan baik. 

Pada akhir bulan Desember, pihak berwenang membungkam delapan dokter, di antaranya dokter mata Li Wenliang, setelah para dokter itu memposting di media sosial Tiongkok mengenai adanya sebuah bentuk baru pneumonia yang menyebar di kota Wuhan.

Pada awal bulan Juli, WHO menarik kembali klaim awalnya bahwa Beijing melaporkan wabah virus akhir tahun lalu ke Organisasi Kesehatan Dunia — malah mengatakan bahwa Organisasi Kesehatan Dunia tahu mengenai wabah itu melalui pernyataan media di situs web Komisi Kesehatan Wuhan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, dalam pidatonya di Perpustakaan dan Museum Kepresidenan Richard Nixon di California pada tanggal 23 Juli 2020, mengomentari bagaimana pandemi itu seharusnya dapat diatasi, seandainya rezim Tiongkok transparan mengenai wabah itu.

“Pikirkan saja betapa jauh lebih baik dunia ini – belum lagi bagi orang-orang di dalam Tiongkok —jika kami dapat mendengar dari para dokter di Wuhan dan mereka diizinkan untuk memperingatkan adanya wabah sebuah virus baru,” kata Mike Pompeo.

Ini bukanlah pertama kalinya Yuen Kwok-yung secara terbuka mempertanyakan narasi Beijing mengenai wabah virus itu. 

Pada tanggal 18 Maret 2020, Yuen Kwok-yung dan rekan sejawat ahli mikrobiologi David Lung, seorang asisten profesor kehormatan di Universitas Hong Kong, ikut menulis sebuah tajuk rencana online yang  diterbitkan di surat kabar setempat Ming Pao.

Artikel tersebut membantah klaim online bahwa virus i Komunis Tiongkok berasal dari Amerika Serikat. Mereka mengatakan klaim ini adalah tanpa bukti dan harus tidak boleh disebarkan.

Tajuk rencana tersebut diterbitkan kurang dari seminggu setelah juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijun, menuduh tentara Amerika Serikat membawa virus tersebut ke Wuhan di posting Twitter.

Pada awal bulan Juni lalu, Yuen Kwok-yung dan timnya menerbitkan sebuah makalah penelitian di The Lancet Microbe, jurnal akses-terbuka di keluarga jurnal ilmiah Lancet.

YuenKwok-yung dan timnya mengambil sampel darah dari 452 warga Hong Kong, yang di antaranya ada 469 warga Hong Kong yang dievakuasi dari Provinsi Hubei di tengah Tiongkok pada awal bulan Maret, di mana Wuhan berada.

Para peneliti mengatakan mereka menemukan bahwa 17 dari 452 warga Hong Kong itu atau 3,8 persen adalah seropositif, artinya mereka membawa antibodi terhadap COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok.

Dengan menggunakan persentase itu dan total populasi di Hubei, 59 juta jiwa, peneliti memperkirakan bahwa 2,2 juta orang di Hubei “mungkin saja terinfeksi” pada awal bulan Maret.

Makalah ini menunjukkan bagaimana Komisi Kesehatan Hubei hanya melaporkan 67.802  kasus  COVID-19 pada tanggal 31 Maret.

Makalah Yuen Kwok-yung menarik tanggapan marah dari Global Times, media pemerintah komunis Tiongkok yang agresif. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 15 Juni, Global Times menuduh Yuen Kwok-yung “bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk menjatuhkan Tiongkok.”

Keterangan Gambar: Yuen Kwok-yung (C) di laboratorium Departemen Mikrobiologi Universitas Hong Kong di Rumah Sakit Queen Mary di Hong Kong, pada 11 Maret 2013. (Philippe Lopez / AFP via Getty Images)

(Vv/asr)

Video Rekomendasi