Ditemukan 250 Kolaborasi Peneliti AS dengan Militer Tiongkok yang Berbahaya

Theepochtimes.com- Analis di Institut Hoover di Universitas Stanford menemukan 254 makalah di mana peneliti Amerika Serikat berkolaborasi dengan rekan-rekan dari tujuh universitas top di Tiongkok yang berafiliasi dengan militer rezim Tiongkok, Tentara Pembebasan Rakyat, PLA. 

Institut Hoover mengidentifikasi 115 universitas dan laboratorium penelitian di Amerika Serikat yang didukung pemerintah Amerika Serikat bekerja sama dengan organisasi-organisasi yang terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat, berkolaborasi pada topik penelitian dari teknologi energi baru hingga teknik penerbangan.

Laporan yang dirilis pada tanggal 30 Juli 2020 itu, menemukan instansi-instansi di mana para peneliti Tiongkok diduga berusaha menyembunyikan hubungannya dengan lembaga pertahanan. Laporan menyebutkan, ada beberapa orang rekan penulis Tiongkok tampaknya juga bekerja di program senjata rahasia.

Disimpulkan bahwa kolaborasi semacam itu membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat karena memungkinkan lembaga-lembaga yang terkait dengan Tentara Pembebasan Rakyat untuk memanen riset ilmu pengetahuan dan teknologi Amerika Serikat di sumbernya, dan alihkan ke penelitian pertahanan dan pengembangan program senjata Republik Rakyat Tiongkok.

“Risiko terhadap keamanan nasional adalah sangat serius karena pengalihan semacam itu dapat mengikis atau menghilangkan superioritas militer Amerika Serikat dengan konsekuensi yang mematikan dalam acara konflik bersenjata,” kata laporan itu.

Setiap kolaborasi dengan universitas pertahanan ini meningkatkan strategi “fusi militer dengan sipil” oleh rezim Tiongkok. Laporan menyebutkan, itu suatu rencana pengembangan militer yang berupaya untuk memadukan inovasi sektor swasta ke dalam basis industri Tentara Pembebasan Rakyat.

Menurut laporan itu, kemitraan penelitian bertentangan dengan kepentingan nasional Amerika Serikat bahkan bila penelitian yang relevan tidak diklasifikasi, dianggap dasar atau mendasar, dan akhirnya diterbitkan dalam sumber terbuka.

Temuan-temuan itu muncul saat pemerintahan Amerika Serikat, Donald Trump meningkatkan upaya untuk melawan pencurian penelitian Amerika yang disetujui negara Tiongkok. Beberapa waktu sebelumnya, pemerintahan Trump meminta penutupan Konsulat Tiongkok di Houston, dan menuduh Konsulat Tiongkok itu sebagai pusat  kegiatan mata-mata.

Para pejabat Amerika Serikat mengatakan staf Konsulat Tiongkok di Houston terlibat dalam berbagai upaya selama bertahun-tahun untuk merekrut peneliti di lembaga biomedis setempat guna bergabung dengan rencana “program seribu talenta” yang didukung negara Tiongkok. Merangsang para peneliti untuk mentransfer kekayaan intelektual dan pengetahuan Amerika Serikat ke  Tiongkok.

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat juga mengajukan serentetan tuntutan terhadap para peneliti Tiongkok dan Amerika Serikat karena diduga menyembunyikan hubungan mereka dengan rencana “program seribu talenta” dan pekerjaan Tiongkok untuk universitas-universitas di Tiongkok. 

Baru-baru ini, setidaknya empat peneliti Tiongkok ditangkap dan didakwa dengan penipuan visa, di mana para jaksa yang menyatakan bahwa peneliti Tiongkok itu sebenarnya adalah petugas Tentara Pembebasan Rakyat yang menyamar. 

Biro Investigasi Federal (FBI) mewawancarai tersangka petugas yang menyamar itu di lebih dari 25 kota.

Pada bulan Mei 2020 lalu, Presiden Trump mengeluarkan perintah eksekutif yang melarang masuk lulusan atau mahasiswa tingkat tinggi Tiongkok dari organisasi yang berafiliasi dengan kompleks fusi sipil-militer rezim Tiongkok.

Namun, analis Institut Hoover memperingatkan bahwa rezim Tiongkok cenderung berupaya menghindari larangan dengan menggeser kolaborasi online atau luar negeri, atau dengan menggunakan kolektor dari entitas yang tidak tertangkap oleh perintah Presiden Trump.

Laporan itu meninjau makalah-makalah yang diterbitkan antara bulan Januari 2013 hingga Maret 2019 yang dibangun berdasarkan pekerjaan sebelumnya oleh lembaga pemikir Australian Strategic Policy Institute. Lembaga poemikir itu dalam laporan tahun 2018, menemukan ada lebih dari 2.500  ilmuwan dan insinyur militer Tiongkok melakukan perjalanan ke luar negeri untuk belajar sejak tahun 2007, seringkali merahasiakan ikatan militernya.

Laporan Institut Hoover menganjurkan agar lembaga penelitian Amerika Serikat meningkatkan ketekunan terhadap kolaborasi penelitian asing, merumuskan seperangkat standar etika untuk memastikan kemitraan tidak membantu militer atau kemampuan represif rezim otoriter.

Laporan menyebutkan, tujuh universitas Tiongkok yang disebutkan dalam laporan itu adalah di antara lembaga ilmu pengetahuan dan teknologi terkemuka di Tiongkok dan sejak lama memiliki riwayat mendukung militer Tiongkok. Tujuh universitas Tiongkok tersebut dikenal sebagai “Tujuh Putra Pertahanan Nasional.”

Laporan menemukan penulis bersama Tiongkok yang telah mengerjakan proyek untuk berbagai cabang Tentara Pembebasan Rakyat, program pengembangan senjata rahasia, serta untuk perusahaan-perusahaan pertahanan besar yang dikelola negara Tiongkok.

Dalam upaya nyata untuk menutupi ikatannya dengan program pertahanan rezim Tiongkok, beberapa peneliti Tiongkok menggunakan label bahasa Inggris yang tidak berbahaya seperti “laboratorium utama negara.” Bukannya menggunakan istilah Tiongkok “laboratorium utama pertahanan nasional” untuk menjelaskan afiliasi mereka. 

Dalam kasus lain, beberapa rekan penulis Tiongkok tidak mencantumkan daftar riwayat hidup di laman web fakultas mereka. Laporan tersebut juga menemukan bahwa para peneliti dari beberapa laboratorium nasional di Kementerian  Energi menerbitkan makalah dengan enam mitra dari  tujuh universitas pertahanan Tiongkok. 

Beberapa mahasiswa Tiongkok dari universitas tempat mereka menuntut ilmu mengajukan disertasi yang diklaim didukung oleh Institut Kesehatan Nasional dan Yayasan Ilmu Pengetahuan Nasional Amerika Serikat.

“Temuan kami berdiri sebagai monumen untuk sebuah kegagalan penglihatan kolosal guna mencegah perusahaan riset Amerika Serikat dari menghargai risiko kolaborasi semacam itu yang ditimbulkan dan dari mengadopsi perlindungan yang tepat untuk diri sendiri. Terlalu sedikit yang berubah dalam hal itu, dan banyak kerentanan yang sama tetap ada,” tulis laporan itu. 

Keterangan Gambar: Tentara Tentara Pembebasan Rakyat menghentikan pemotretan jurnalis foto di Lapangan Tiananmen di The Great Hall of People di Beijing pada 25 Mei 2020. (Andrea Verdelli / Getty Images)

vivi/rp 

Video Rekomendasi