‘Udara Seperti Tersedot’: Kisah Saksi Kejadian Setelah Beberapa Saat Ledakan di Pelabuhan Beirut

The Canadian Press/Euronews

Seorang artis Kanada dari Montreal tak mengetahui apa-apa, selain mengira apartemennya di Beirut dilanda gempa bumi saat ledakan besar mencabik-cabik distrik pelabuhan di Beirut pada  Selasa 4 Agustus lalu.

“Seluruh bangunan bergetar, lukisan jatuh, barang pecah, kursi bergerak. Sekitar dua detik kemudian, saya mendengar ledakan itu,” kata Sami Basbous melalui wawancara WhatsApp dengan The Canadian Press.

Sami Basbous, yang mengunjungi Lebanon mengatakan, ia tinggal sekitar lima kilometer dari lokasi ledakan di sebuah apartemen dengan pemandangan lepas ke arah pelabuhan.

Ia berkata : “Rasanya seperti udara disedot keluar dari Beirut dan rasanya seperti udara disedot keluar dari orang-orang. Rasanya seperti udara disedot keluar dari saya.”

Sami Basbous menyaksikan gumpalan asap mengepul dari pelabuhan saat ledakan itu terjadi. Ia menggambarkan “awan jamur berwarna aneh, merah, kuning tua” berasal dari area api dalam beberapa detik setelah ledakan.

Ia menceritakan : “Seluruh kota diliputi asap. Menakutkan. Sulit bernapas. Dan membuat saya seperti terhempas. Benar-benar menghancurkan.”

Rawane Al Zahed juga tinggal sekitar lima kilometer dari lokasi ledakan. Ia mengatakan dirinya berlari ke rumahnya untuk memeriksa keluarganya, itu setelah ia mendengar ledakan dan merasakan tanah berguncang.

Al Zahed, seorang wanita berusia 24 tahun, mengatakan ia merasakan dua ledakan selang beberapa detik. Perasaan ledakan pertama seperti gempa bumi, sementara ledakan kedua mengirimkan gelombang kejut ke seluruh keluarganya yang berada di lantai lima apartemen 

Alzahed berkata : “Saya sangat takut. Saya tidak ingin mati. Saya berteriak, ‘Saya tidak ingin mati sekarang.” 

Al Zahed, yang mengajukan dokumen untuk bergabung dengan suami yang adalah seorang Kanada di Vancouver, mengatakan ledakan kedua menyebabkan pintu kayu dan besi retak, dan menghancurkan layar televisi di rumahnya.

Ledakan tersebut telah menewaskan sedikitnya 150 orang lebih, di antaranya seorang yang dahulu adalah penduduk Montreal yang diidentifikasi oleh seorang anggota dewan kota Montreal.

Ribuan orang lainnya terluka, dan pemerintah federal mengatakan, salah seorang anggota Angkatan Bersenjata Kanada termasuk di antara mereka yang terluka, meskipun luka-luka itu tidak dianggap mengancam nyawa.

Pemerintah Lebanon mengatakan pihaknya menempatkan sejumlah pejabat pelabuhan yang tidak ditentukan di bawah tahanan rumah, menunggu penjelasan bagaimana 2.750 ton amonium nitrat disimpan di pelabuhan itu selama bertahun-tahun.

Ahli menilai, skala kerusakannya, dari pusat ledakan hingga ke jendela terlempar berkilo-kilometer jauhnya, menyerupai ledakan lain yang melibatkan senyawa bahan kimia yang biasa digunakan sebagai pupuk pertanian.

Sementara itu, Presiden Lebanon Michel Aoun kepada wartawan, Jumat 7 Agustus 2020 yang dikutip Euronews mengatakan, penyebabnya belum ditentukan. Hal demikian disampaikannya  dalam wawancara tiga hari setelah bencana. Ia menuturkan, mungkin saja ledakan itu karena kelalaian atau tindakan eksternal, dengan rudal atau bom. 

Sami Basbous, yang datang ke Kanada dari Beirut pada tahun 1981 dan kembali berkunjung ke Beirut, terdampar di Beirut akibat pandemi. Ia mengatakan ledakan itu begitu kuat seakan mengambil napasnya.

“Belum pernah saya mengalami hal seperti ini, dan saya berharap tidak akan pernah mengalaminya lagi,” kata Sami Basbous.

Ledakan itu memperparah berbagai masalah yang sudah dihadapi masyarakat Lebanon, kata Sami Basbous. “Dan saya mencintai negara yang indah ini yang sayangnya adaah negara yang sangat rumit.”

Sejak ledakan pada hari Selasa 4 Agustus 2020, Sami Basbous mengatakan ia melakukan kontak terus-menerus dengan teman dan keluarga.

Ia menelepon berbagai organisasi nirlaba, bank makanan, dan tempat penampungan untuk menawarkan jasanya dan memobilisasi sumber daya untuk mereka.

Al Zahed mengatakan ia menelepon suaminya. Ia berupaya meringankan suasana dengan beberapa lelucon, tetapi ia mengatakan ia terlalu panik untuk tidur.

Ia menceritakan : “Saya bangun, saya tweet. Saya bangun, saya membuka Facebook. Saya ingin melihat apa terjadi. Yang saya pikirkan adalah bagaimana saya berlari. Yang saya ingat (adalah) saat saya berlari.” 

Ledakan tersebut digambarkan sebagai ledakan terkuat yang pernah terlihat di Beirut, yang terpecah oleh perang saudara pada tahun 1975-1990, Lebanon mengalami konflik dengan tetangga Israel dan pemboman berkala dan serangan teror.

Lebanon sedang mengalami krisis ekonomi yang parah yang telah menyulut unjuk rasa massa dalam beberapa bulan terakhir. Sistem kesehatan Lebanon menghadapi lonjakan COVID-19. Ada kekhawatiran virus tersebut dapat menyebar lebih jauh karena orang-orang membanjiri rumah sakit.

Al Zahed mengatakan ia masih berupaya menerima apa yang terjadi, mengingat usianya, ia terhindar dari banyak tragedi di Lebanon baru-baru ini.

Ia menuturkan : “Usia saya 24 tahun. Saya tidak hidup melalui perang besar Lebanon lainnya. Saya terlalu muda untuk perang besar Lebanon pada tahun 2006, dan saya tidak melewati satu pun trauma sebelumnya seperti ini. Peristiwa ini  adalah sangat menakutkan.” (Vv/asr) 

Keterangan foto : Petugas penyelamat dan petugas keamanan bekerja di lokasi ledakan yang melanda pelabuhan Beirut, Lebanon, Rabu, 5 Agustus 2020. Warga Beirut tertegun, tidak bisa tidur, setelah ledakan dahsyat mencari kerabat yang hilang. , membalut luka mereka dan mengambil apa yang tersisa dari rumah mereka. (Foto AP / Hussein Malla)

Video Rekomendasi :