Penangkapan Bos Media Adalah ‘Serangan Paling Bengis’ Bagi Kebebasan Pers Hong Kong

Alexander Zhang

Jimmy Lai adalah pendiri koran pro-demokrasi Apple Daily dan grup media Next Digital. Ia ditangkap oleh polisi Hong Kong pada Senin pagi 10 Agustus 2020 berdasarkan undang-undang keamanan nasional terbaru versi Hong Kong yang dibuat oleh Partai Komunis Tiongkok. Kedua putra Lai, Lai Gin-yan dan Chow Tat-kuen, juga ditangkap polisi.

Setelah penangkapan, setidaknya 100 petugas polisi menggerebek kantor redaksi Apple Daily, memilah-milah file di meja, mengantre staf untuk identifikasi dan menggeledah ruang redaksi.

Lord Chris Patten dalam pernyataan yang dirilis oleh LSM Hong Kong Watch berkata : “Penangkapan Jimmy Lai, putra-putranya, dan rekan medianya, dan penggerebekan 100 petugas polisi di kantor pusat grup medianya, merupakan serangan besar lebih lanjut terhadap kebebasan dan cara hidup Hong Kong.” 

Chris Patten menjabat sebagai gubernur Hong Kong dari tahun 1992 hingga penyerahan kedaulatan ke Tiongkok pada tahun 1997.

Patten menuturkan, penangkapan tersebut adalah serangan paling bengis yang tersisa dari  kebebasan pers Hong Kong. Selain itu, menimbulkan kecemasan yang besar bagi semua orang yang menganggap kebebasan berpendapat dan kebebasan pers menjadi penting untuk kelangsungan hidup Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional.“

Mantan Chairman partai Konservatif Inggris Raya itu menegaskan, penangkapan akan dianggap oleh banyak orang sebagai langkah besar lain untuk mengubah Hong Kong menjadi replika negara polisi Beijing.

Pada usia 71 tahun, Jimmy Lai adalah salah satu dari sedikit elit Hong Kong yang secara terbuka bersuara untuk mendukung gerakan pro-demokrasi Hong Kong.

Aktivis hak asasi manusia dan pakar Tiongkok, Benedict Rogers, yang mengetuai Hong Kong Watch mengatakan,  menangkap salah satu suara demokrasi yang paling moderat, damai dan dihormati secara internasional di Hong Kong — atas tuduhan ‘berkolusi’ dengan kekuatan asing — mengirimkan pesan bahwa tidak ada yang aman di Hong Kong kecuali mereka tetap bungkam dan melakukan persis seperti Rezim brutal Xi Jinping katakan.” 

Dalam foto file ini, Chris Patten, gubernur Inggris terakhir Hong Kong, berbicara di The Foreign Correspondents ’Club untuk mempromosikan buku barunya di Hong Kong, pada 19 September 2017. (Vincent Yu / AP Photo)

Pernyataan itu menyebutkan, komunitas internasional tidak bisa membiarkannya terjadi. Terkecuali jika rezim Partai Komunis Tiongkok mundur dari tepi jurang,  menempatkan dirinya pada jalur bertentangan dengan dunia bebas.

Rogers mendesak pemerintah Inggris segera menjatuhkan sanksi Undang-Undang Magnitsky terhadap Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam, serta pejabat Hong Kong dan partai Komunis Tiongkok lainnya karena melanggar hak asasi manusia di bekas koloni Inggris itu.

Pemerintahan Trump pada 7 Agustus 2020, menjatuhkan sanksi kepada Carrie Lam dan 10 pejabat Hong Kong dan Komunis Tiongkok lainnya karena merusak otonomi dan kebebasan Hong Kong.

Sanksi tersebut membekukan aset AS yang dimiliki para pejabat, dan melarang warga Amerika berbisnis dengan mereka. (asr)

Yinyin Liao, Cathy He, dan Eva Fu berkontribusi untuk laporan ini.

Keterangan Foto : Pada pagi hari tanggal 10 Agustus, petugas dari Kantor Keamanan Nasional polisi pergi ke kediaman Li Zhiying untuk menangkapnya. (VERNON YUEN / AFP melalui Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=prevn5gaLq4