Kisah Wartawan The Epoch Times Hong Kong Diawasi dan Dipantau di Mana-mana, di Tengah Kerasnya Tindakan Aparat

Eva Fu

Dua wartawan The Epoch Times edisi Hong Kong mengatakan mereka diikuti oleh agen keamanan yang dicurigai, itu setelah melihat seseorang yang tidak biasa sebuah dan mobil polisi di sekitar mereka dalam beberapa hari terakhir.

The Epoch Times Hong Kong adalah salah satu dari sedikit outlet media independen di Hong Kong, di mana sebagian besar media berpegang bersikap pro-Beijing atau sebagian didanai oleh Beijing.

Sarah Liang, wartawan The Epoch Times dan pembawa acara setempat yang populer di YouTube di mana ia mewawancarai aktivis pro-demokrasi setempat yang terkemuka, menemukan bahwa seorang pria setengah baya dalam setelan jas hitam mengawasinya. Itu terjadi saat ia berdiri di persimpangan jalan dekat distrik Cheung Sha Wan yang sibuk pada 10 Agustus 2020. Kejadian itu sekitar jam 2 siang saat Sarah Liang akan makan malam dengan seorang teman. 

Pria itu, menjadi salah satu dari sedikit orang di jalan pada saat itu, sedang berbicara bahasa Kanton melalui telepon sambil melirik ke arah Sarah Liang. Sarah Liang mengatakan ia menjadi khawatir setelah ia melihat pria tersebut, mengikuti terus saat ia berjalan, dan terus mengikutinya setelah ia berbelok ke kanan.

Sarah Liang memasuki sebuah mal terdekat dalam upaya untuk mengusir pria itu dan berpura-pura berbelanja. Melihat dari dalam mal, Sarah Liang melihat bahwa pria itu berjalan beberapa langkah dan mengira pria itu telah pergi. Saat Sarah Liang keluar dari mal beberapa saat kemudian, ia menemukan bahwa pria itu berada di depan pintu mal, tampaknya sedang menunggu Sarah Liang. Setelah Sarah Liang kontak mata dengan pria itu, pria itu segera berbalik dan buru-buru pergi.

Sarah Liang mengambil foto punggung pria itu saat pria itu pergi.

Keterangan Foto : Seorang pria berbaju hitam difoto mengikuti seorang wartawan Hong Kong di daerah Kowloon, Hong Kong pada tanggal 12 Agustus 2020. (Sarah Liang / The Epoch Times)

Wartawan lain yang tinggal di Pulau Hong Kong juga melihat sebuah mobil polisi parkir di dekat kediamannya pada hari yang sama.

Insiden itu terjadi setelah polisi Hong Kong melakukan penangkapan profil-tinggi Jimmy Lai yang berusia 71 tahun, seorang taipan media yang mendirikan surat kabar pro-demokrasi setempat

Apple Daily, karena dicurigai berkolusi dengan kekuatan asing yang melanggar hukum keamanan baru Beijing. Setelah itu, sekitar 200 petugas menggerebek news room Apple Daily, tempat Jimmy Lai diborgol dan dikawal keluar dari kantor Apple Daily.

Beijing memperketat cengkeramannya di wilayah Hong Kong setelah secara langsung memberlakukan hukum keamanan baru, yang mengkriminalkan pemisahan diri, subversi, kegiatan teroris, dan  kolusi dengan kekuatan asing yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.

Banyak teman yang prihatin yang mendengar penangkapan Jimmy Lai segera menghubungi Jimmy Liang untuk mengingatkannya agar berhati-hati, kata Sarah Liang. Aktivis Agnes Chow  di Facebook memposting bahwa dalam beberapa hari terakhir, beberapa kelompok yang terdiri dari tiga hingga empat pria bergiliran berpatroli di luar rumahnya dari pagi sampai malam, yang sangat mencolok karena ia tinggal di daerah pedesaan. Agnes Chow juga ditangkap pada hari Senin itu.

“Ini adalah mengejutkan, tetapi saya hanya mampu terus melakukan apa yang saya yakini,” tulis Agnes Chow pada tanggal 9 Agustus. 

Joshua Wong, aktivis penting lainnya dalam gerakan unjuk rasa di Hong Kong, baru-baru ini juga menulis mengenai mobil dan kendaraan bermotor yang mencurigakan yang mengikutinya.

Sedangkan Sarah Liang mengatakan dirinya lebih waspada dari biasanya, karena kondisi  iklim politik saat ini, ia masih takut seseorang akan mengikutinya. Dengan menyebut apa yang ia curigai sebagai “siasat menakut-nakuti,” yang diharapkan untuk mematahkan semangat individu daripada memberi laporan ke suasana meresahkan di Hong Kong.”

“Menciptakan ‘teror putih’ semacam itu adalah tidak akan ada gunanya bagi diri mereka sendiri,”  kata Sarah Liang dalam sebuah wawancara.

Peringkat kebebasan pers Hong Kong turun dari posisi ke-18 pada tahun 2002 ke posisi ke-80 pada tahun 2020, menurut Indeks Kebebasan Pers Dunia oleh Reporters Without Borders, pengawas media internasional. Peringkat kebebasan pers Tiongkok Daratan menempati posisi ke-177 dari 180.

Undang-undang keamanan nasional yang mulai berlaku pada malam 1 Juli — menandai peringatan 23 tahun kembalinya bekas jajahan Inggris tersebut ke Tiongkok — aturan yang berisi “sejumlah ketentuan dapat membuat jurnalis tersandung,” kata Steven Butler, koordinator program Asia untuk kelompok advokasi yang berbasis di New York,Committee to Protect Journalists (CPJ), dalam sebuah pernyataan pada tanggal 11 Agustus.

Hukum keamanan baru tersebut tidak menjelaskan secara jelas apa yang merupakan pelanggaran. Pemerintah Hong Kong merinci pelaksanaan aturan  seminggu kemudian, mengatakan hukum tersebut memungkinkan polisi untuk menggeledah tempat atau perangkat elektronik untuk mencari bukti, dan untuk menyadap individu tanpa perintah pengadilan.

Committee to Protect Journalists (CPJ) mengutip survei yang mereka lakukan baru-baru ini dengan jurnalis Hong Kong. 

“Adalah konyol jika anda berupaya menebak-nebak di mana garis merah itu. Jika kita melakukan itu, secara harfiah kita tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka dapat menafsirkan hukum dengan cara apapun yang mereka suka, dengan cara apa pun yang sesuai dengan tujuan mereka,” kata editor situs berita Tiongkok kepada  Committee to Protect Journalists dengan syarat anonimitas.

The Epoch Times edisi Hong Kong mengutuk tekanan kepada  anggota pers dalam pernyataan tanggal 11 Agustus. Pernyataan itu mengatakan insiden Sarah Liang mewakili suatu tindakan yang “menginjak-injak kebebasan media secara serius.” 

The Epoch Times edisi Hong Kong juga menyerukan perhatian internasional yang lebih banyak pada kebebasan pers Hong Kong dan keamanan pribadi jurnalis. (vv)

Keterangan Foto : Polisi berjaga di sebuah mal setelah orang-orang memprotes tentang kebebasan pers di Hong Kong pada 11 Agustus 2020. (Isaac Lawrence / AFP via Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=km1TgyD3R0w