Saat Xi Jinping Serukan Pasukan untuk Bersiap Perang, Kota di Tiongkok Menyerukan Penduduk untuk Mempersiapkan Pasokan Keadaan Darurat

Nicole Hao

Sekjen Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping menyerukan pasukan “untuk mengerahkan semua pikiran dan energi untuk mempersiapkan perang, dan tetap waspada.” Bersamaan itu, kota di Tiongkok menyerukan penduduk untuk mempersiapkan pasokan keadaan darurat. Apakah perang benar-benar bakal terjadi? Apakah hanya sebatas retorika atau propaganda belaka? 

 

Kota Shenzhen di selatan Tiongkok memerintahkan semua penduduk untuk mempersiapkan pasokan untuk keadaan darurat dalam 72 kategori, seperti makanan dan air yang cukup untuk 72 jam dan sebuah selimut api yakni alat pengaman yang dirancang untuk memadamkan api yang baru jadi, pada tanggal pada 13 Oktober 2020.

Kementerian Manajemen Darurat Tiongkok dan beberapa pemerintah kota, seperti Beijing dan Tianjin, mengeluarkan perintah serupa bulan lalu, tetapi berita tersebut tidak menarik perhatian.

Shenzhen membuat pengumuman tersebut pada hari yang sama di mana Sekjen Partai Komunis Tiongkok, Xi Jinping menyerukan kepada pasukannya untuk fokus mempersiapkan perang, yang memicu kekhawatiran bahwa Beijing sedang bersiap untuk konflik.

Xi Jinping mengunjungi pasukan marinir yang ditempatkan di kota Chaozhou, sekitar 220 mil jauhnya dari Shenzhen dan juga berada di Provinsi Guangdong. Ia memberitahukan kep0ada pasukan marinir itu “untuk mengerahkan semua pikiran dan energi anda untuk mempersiapkan perang, dan tetap waspada.”

Kota Shenzhen dan Chaozhou terletak di sebelah barat Taiwan.

Pada tanggal 18 Oktober 2020, surat kabar yang berbasis di Hong Kong, South China Morning Post mengutip sebuah sumber militer yang berbasis di Beijing yaitu Tentara Pembebasan Rakyat, nama resmi untuk militer partai Komunis Tiongkok, telah mengerahkan rudal paling canggihnya, yaitu DF-17, ke pantai tenggara Tiongkok dalam persiapan untuk kemungkinan invasi Taiwan di masa depan.

Rezim Komunis Tiongkok menganggap Taiwan sebagai bagian wilayahnya, meskipun Taiwan telah menjadi negara de-facto di mana memiliki pemilihan umum sendiri secara demokratis, pemerintah sendiri, militer sendiri, dan mata uang sendiri. 

Beijing mengancam akan menggunakan kekuatan militer untuk membawa Taiwan kembali ke pangkuannnya.

Seruan di Kota Shenzhen

Pada 13 Oktober, pemerintah kota Shenzhen mengumumkan bahwa daftar pasokan untuk keadaan darurat tersebut adalah bagi penduduk untuk bersiap menghadapi bencana. 

Pemerintah kota Shenzhen memberikan dua daftar kepada penduduk, satu daftar untuk “kebutuhan dasar” dan satu daftar untuk “kebutuhan lengkap.”

Daftar untuk “kebutuhan dasar” berisi 14 kategori, mencakup senter dengan sebuah generator manual engkol tangan, yang dapat digunakan untuk mengisi daya telepon seluler; sebuah masker untuk pernapasan. Selain itu, tangga darurat darurat saat kebakaran; makanan dan air yang cukup selama 72 jam; kotak pertolongan pertama, obat-obatan, jas hujan yang dapat digunakan sebagai tenda; gunting multifungsi, dan seterusnya.

Daftar untuk “kebutuhan lengkap” memiliki 72 kategori, yang mencakup lebih banyak alat, serta satu Kartu Identitas, paspor, izin kepemilikan properti, uang tunai, dan kartu SOS yang tertulis dalam bahasa Inggris, jika seseorang perlu mencari bantuan dari orang asing. 

Retorika Militer

Komentator urusan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, Tang Jingyuan, menganalisis bahwa pengumuman pemerintah kota Shenzhen sepertinya merupakan bagian strategi propaganda untuk mengintimidasi Taiwan.

“Ini adalah bagian strategi propaganda Xi Jinping untuk ‘mempersatukan Taiwan secara paksa,’” kata Tang Jingyuan dalam wawancara telepon.

Tang Jingyuan menambahkan bahwa kecil kemungkinan Beijing akan memulai konflik, karena rezim Komunis Tiongkok menghadapi tantangan politik. 

Ia mengatakan : “Secara politis, Xi Jinping menghadapi tantangan besar dari faksi yang berbeda di dalam Partai Komunis Tiongkok. Perekonomian Tiongkok berada dalam kondisi yang sangat buruk. Taiwan mendapat dukungan dari Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa negara maju lainnya, jadi Tiongkok  tidak akan memiliki kekuatan militer yang lebih kuat daripada kekuatan militer Taiwan dan sekutunya.”

Aktivis demokrasi Tiongkok dan Cendekiawan Tiongkok yang berbasis di Amerika Serikat, Wang Juntao mengatakan kepada The Epoch Times edisi bahasa Mandarin dalam sebuah wawancara, bahwa ia yakin Xi Jinping tidak akan memulai konflik dalam perang Selat Taiwan dalam waktu dekat, tetapi dapat melakukannya sebelum tahun 2027.

Ayah Wang Juntao adalah mantan perwira jenderal besar di Universitas Pertahanan Nasional Tiongkok. Wang Juntao memiliki sumber orang dalam di dalam militer Tiongkok.

Ia menuturkan : “Sekitar setengah dari komandan senior Tentara Pembebasan Rakyat yang dipromosikan menjabat posisi saat ini, berasal dari pasukan non-tempur dalam beberapa tahun terakhir, jadi mereka tidak mampu memimpin perang nyata saat ini. Kedua, sejumlah besar senjata Tentara Pembebasan Rakyat adalah senjata yang baru dikerahkan, seperti pesawat tempur J-20. Para tentara membutuhkan waktu untuk dilatih cara menggunakan senjata ini”. (Vv)

Foto : Helikopter meluncurkan roket selama latihan militer “Kaukasus-2020” yang mengumpulkan pasukan Tiongkok, Iran, Pakistan, dan Myanmar, bersama dengan bekas Soviet Soviet, Azerbaijan, dan Belarusia di jajaran Kapustin Yar di wilayah Astrakhan, Rusia selatan, pada 25 September. , 2020. (Dimitar Dilkoff / AFP melalui Getty Images)

https://www.youtube.com/watch?v=GVVJsz2Wg0A