Ahli Menilai Apa yang Terjadi dengan Pemilu AS Mirip dengan Manipulasi Pemilu di Venezuela

GQ Pan

Seorang mantan pejabat senior Central Intelligence Agency (CIA) atau Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat, menggambarkan Hugo Chavez, yang memerintah Venezuela dari 1999 sampai kematiannya pada tahun 2013, sebagai “diktator jenis baru.” 

Setelah mengambil alih kekuasaan, Hugo Chavez merevisi konstitusi negara untuk meningkatkan masa jabatan presiden dari lima tahun menjadi enam tahun. Namun juga memungkinkan orang untuk membatalkan kepresidenannya dalam referendum, yang membutuhkan 20 persen tanda tangan dari 11 juta pemilih.

Pada tahun 2003, lawan Hugo Chavez berhasil mengumpulkan cukup banyak tanda tangan untuk memicu referendum. 

“Saat itulah Hugo Chavez mulai panik,” kata mantan pejabat intelijen CIA yang juga ahli dalam politik Amerika Latin dan kontra-terorisme kepada grup media The Epoch Times. 

“Jadi Hugo Chavez mulai berbicara dengan sebuah perusahaan bernama Indra, yaitu perusahaan Spanyol yang menjalankan pemilihan umum,” tambahnya.

Teknologi yang digunakan Indra saat itu, menurut ahli belum cukup “fleksibel” untuk melakukan apa yang ingin dilakukan Hugo Chavez. Ia mengatakan bahwa rezim Venezuela tersebut kemudian beralih ke Smartmatic, sebuah perusahaan yang terdaftar di Delaware dan didirikan oleh tiga insinyur muda Venezuela. 

Setelah menerima kontrak sebesar USD 150 juta untuk merombak sistem pemilihan negara menjelang referendum tahun 2004, Smartmatic membeli mesin dari mesin lotere Italia pembuat Olivetti.

“Pada tengah malam pada hari pemilihan umum, mesin berhenti menghitung,” katanya, menambahkan bahwa pada saat itu, Hugo Chavez kalah. 

Foto file Presiden Venezuela Hugo Chavez berbicara selama kunjungan resmi Menteri Luar Negeri Brasil Antonio de Aguilar Patriota di Istana Kepresidenan Miraflores di Caracas, pada 1 November 2012. (Leo Ramirez / AFP / Getty Images)

“Pada jam 3 pagi, Hugo Chavez menang dengan selisih 10 persen,” tambahnya. 

Tepat setelah pemilihan umum Amerika Serikat pada bulan November, seorang pelapor pelanggaran dengan latar belakang militer di Venezuela menuduh dalam pernyataan surat keterangan tertulis yang dibuat di bawah sumpah pada 16 November itu bahwa Smartmatic berpartisipasi dalam skema untuk memanipulasi hasil pemilihan umum Venezuela yang mendukung Chavez.

Grup media The Epoch Times tidak dapat membuktikan klaim tersebut secara independen.

Smartmatic membantah bahwa pihaknya memanipulasi pemilihan umum Venezuela. Smartmatic menegaskan bahwa selama dua dekade terakhir, pihaknya telah mendaftar dan menghitung hampir 5 miliar suara yang dapat diaudit tanpa satu pun surat suara yang rusak atau pelanggaran keamanan. 

“Kami merancang teknologi kami untuk memungkinkan semua pemangku kepentingan pemilihan umum mengaudit seluruh proses itu. Perangkat lunak kami telah terbuka untuk diaudit oleh semua partai politik di semua negara tempat kami beroperasi. Semua audit pemilihan umum yang telah menggunakan teknologi Smartmatic telah memvalidasi keakuratan hasil, memastikan integritas pemilihan umum,” kata Smartmatic dalam sebuah pernyataan kepada grup media The Epoch Times.

Smartmatic  menarik kesejajaran antara referendum Venezuela 2004 dan penghentian penghitungan suara yang telah terjadi di beberapa kota di Amerika Serikat pada dini hari tanggal 4 November lalu. Dalam pidato hari itu, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan bahwa penghitungan surat suara telah “dibatalkan” secara misterius di negara-negara bagian di mana ia memimpin. Menunjukkan potensi kecurangan dan penipuan.

Menurut mantan pejabat CIA tersebut, ada kejanggalan lain yang terjadi selama referendum Venezuela tahun 2004 yang juga terjadi di kota-kota Amerika Serikat selama pemilihan umum tahun ini. Ia menunjuk ke sidang tanggal 25 November di Philadelphia, selama pengamat bersaksi bahwa Dewan Pemilihan di Philadelphia memproses ratusan ribu surat suara dengan tanpa adanya pengawasan atau observasi sipil. 

“Dewan pemilihan umum mendirikan pagar sekitar 15,3 meter ke aula yang membentang dari panjang ruangan, semua pemantau di belakang pagar,” kata pengamat Justin C. Kweder. 

“Lebih dari seratus pekerja dewan diproses dan membuka surat suara di sisi lain pagar,” tambah Justin C. Kweder.

Pakar tersebut mengatakan pejabat pemilihan Venezuela telah diinstruksikan untuk melakukan  hal yang sama persis untuk membantu Hugo Chavez memenangkan referendum 2004.

“Inilah yang terjadi di Venezuela pada 2004,” katanya. 

“Mereka punya buku, mereka memiliki manual. Mereka memberitahu anda apa sebenarnya yang perlu anda lakukan untuk mengeksekusi penipuan,” pungkas pakar itu.  (Vv)

Keterangan Foto : Petugas pemilu menghitung surat suara di Philadelphia, Pa., Pada 4 November 2020. (Spencer Platt / Getty Images)

Video Rekomendasi :

https://www.youtube.com/watch?v=SL65l4CYSCo