Rentetan Peristiwa 2020 : Wabah Pneumonia yang Membuat Wuhan Seperti Neraka

Li Qian

Pada November dan Desember 2019, muncul kasus yang disebut pneumonia di Wuhan dan menyebar dengan cepat. Namun demikian, informasi yang relevan diblokir oleh pihak berwenang, dan orang-orang tidak mengetahuinya dan tidak terlindungi.

Epidemi terus berkembang di luar kendali. Pada 31 Desember 2019, Komisi Kesehatan Kota Wuhan mengumumkan bahwa ada pneumonia virus, tetapi secara keliru mengklaim bahwa itu “dapat dicegah dan dikendalikan,” dan tidak ada “penularan dari orang ke orang.” 

Pemerintahan Komunis Tiongkok secara ketat mengontrol opini publik dan menekan suara rakyat yang sebenarnya. Whistleblower Li Wenliang dan dokter lainnya difitnah sebagai “menyebarkan rumor” dan ditegur oleh polisi.

Tang Jingyuan, seorang komentator urusan terkini di AS mengatakan : “Salah satu alasan utama mengapa wabah tidak terkendali kali ini adalah penyembunyian yang jahat dari pemerintah. Karena orang-orang yang menyembunyikan epidemi kebanyakan meninggal dunia,  jika epidemi itu diumumkan dan kebenaran dibiarkan menyebar. Mungkin itu rezim Komunis Tiongkok. “

Pada 13 Januari 2020, Thailand memiliki kasus pertama yang dikonfirmasi di luar negeri. Namun demikian, pada tanggal 18 Januari 2020, pejabat Wuhan masih menutupinya. Malah sempat digelar di Distrik Baibuting pesta jamuan makan massal. Pesta ini dihadiri oleh lebih dari 40.000 keluarga. Ternyata kejadian ini menyebabkan infeksi dalam kelompok berskala besar.

Penyembunyian dan penyesatan pihak berwenang menyebabkan epidemi menyebar dengan cepat dan sama sekali di luar kendali. Pada 20 Januari 2020, otoritas komunis Tiongkok harus mengubah cara pandang mereka dan mengakui bahwa virus itu menyebar “dari orang ke orang”.

Pada 23 Januari 2020, Wuhan tiba-tiba mengumumkan Lockdown. Sebelumnya, sekitar 5 juta orang telah meninggalkan Wuhan ke kota-kota lain di daratan Tiongkok dan ke seluruh dunia.

Lockdown yang tergesa-gesa mengejutkan hampir puluhan juta penduduk Wuhan. Akibatnya, barang-barang di supermarket di kota itu ludes diborong. Warga terjebak di rumah dan hanya bisa menerima santapan berharga tinggi dan berkualitas rendah dari masyarakat.

Pasien pneumonia Komunis Tiongkok dengan cepat berdesakan di rumah sakit. Sistem medis Wuhan hancur. Persediaan medis seperti masker, pakaian hazmat, ventilator, dan sebagainya sangat langka. Pasien yang tak terhitung jumlahnya tidak dirawat, dan banyak dokter bahkan terinfeksi. Banyak beredar informasi di Internet yang meminta pertolongan.

Staf medis di Wuhan dalam sambungan pembicaraan melalui telepon mengatakan : “Infeksi ini benar-benar lebih mengerikan daripada yang dilaporkan di TV. Dokter mereka memperkirakan ada sekitar 100.000 orang. Ada lebih dari 10 dokter di tempat kami hari ini, dan mereka melihat lebih dari 100 setiap hari. Banyak yang tidak lagi memadai. Jangan percaya pada pemerintah, Anda harus mengandalkan diri sendiri. ”

Namun demikian pada saat itu, pejabat Hubei mengklaim hanya ada 549 infeksi dan 24 kematian di provinsi tersebut.

Warga Wuhan dalam sebuah rekaman video berkata : “Kami tidak membutuhkan pemerintah yang korup seperti Anda! Apa yang Anda lakukan? Kalian sendiri hidup dengan baik  dan kami rakyat sangat menderita. Mengorbakan kami sebagai rakyat. Apakah kalian manusia atau hantu? Atau setan? “

Jurnalis Warga Wuhan bernama Fang Bin mengunjungi Rumah Sakit Kelima Wuhan di tempat, dan hanya dalam beberapa menit, dia melihat banyak jenazah sedang dikeluarkan dari rumah sakit.

Fang Bin, dalam videonya berkata : “Saya baru menghitung tiga, sekarang saya hitung. Ada delapan kantong jenazah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8. Begitu banyak yang meninggal dunia seperti ini. Ini kemarin. Ada begitu banyak orang meninggal dunia. “

Banyak keluarga telah mengalami tragedi infeksi ganda dan kematian berturut-turut. Beberapa pasien mengalami serangan mendadak dan jatuh tak bernyawa di mana saja, dan beberapa dengan enggan memilih bunuh diri. Untuk menyediakan ruang bagi tempat tidur, beberapa rumah sakit memasukkan pasien yang masih hidup ke dalam kantong jenazah dan mengirim mereka untuk dikremasi.

Beredar video warga yang berteriak sambil menyebutkan : “Mama, Mama…” 

Wanita itu mengejar mobil di rumah duka, ibunya meninggal dunia karena pneumonia Wuhan dan dibawa pergi.

Karena jumlah kematian yang besar, pengangkutan kantong jenazah menjadi terburu-buru. Rumah duka kekurangan staf. Beberapa pasien rumah sakit  meninggal dunia selama berhari-hari, tetapi mereka masih tidak dirawat di ruang gawat darurat. 

Pada saat itu, krematorium lokal di Wuhan beroperasi sepanjang waktu, dan sulit untuk mengkremasi dalam jumlah banyak jenazah pada waktunya. Pihak berwenang harus segera memindahkan lusinan krematorium keliling dari tempat lain.

Meskipun epidemi Wuhan sangat parah, statistik Komunis Tiongkok hanya menyebutnya dengan angka yang rendah. Hingga tengah malam pada 23 Maret 2020, jumlah kematian resmi di Wuhan hanya disebutkan 2.517 orang.

Pada hari yang sama, pihak berwenang mulai membagikan guci abu mendiang satu demi satu. Media Tiongkok Daratan melaporkan bahwa Rumah Duka Wuchang sendiri membagikan 500 guci setiap hari selama 12 hari berturut-turut. Menurut angka tersebut, setidaknya ada 7 atau 8 rumah duka di Wuhan, dan setidaknya 42.000 guci akan dibagikan.

Mr Chang, seorang warga Wuhan mengatakan : “Selama Anda lulus sekolah dasar, Anda dapat menghitung setidaknya berapa banyak orang yang telah meninggal dunia. Sebuah rumah duka membagikan 500 guci sehari, dan harus dibagikan dalam 12 hari sebelum Qingming. Itu berarti 6.000. Setidaknya satu rumah duka. 6.000 guci. “

Pada bulan Juni 2020, para ahli dari Universitas Washington dan Universitas  Ohio secara komprehensif menganalisis sejumlah besar informasi resmi dan pribadi, dan bersama-sama merilis laporan survei. Laporan itu secara konservatif berspekulasi bahwa jumlah kematian akibat pneumonia Komunis Tiongkok di Wuhan pada 23 Maret 2020 telah mencapai 36.000 orang. Angka ini lebih besar dari 10 kali angka resmi yang dikeluarkan pemerintah. 

The Epoch Times merujuk pada virus corona Wuhan, yang menyebabkan penyakit COVID-19, sebagai virus Komunis Tiongkok, karena sensor berita dan kesalahan manajemen dari Partai Komunis Tiongkok, sehingga memungkinkan virus itu menyebar ke seluruh Tiongkok dan menciptakan pandemi global. (hui/asr)