Xi Jinping Menghadapi Suatu Pertarungan Kekuasaan

Yang Wei

Sebuah artikel yang diterbitkan di media pemerintahan komunis Tiongkok yang menunjukkan adanya babak baru pertikaian internal Partai Komunis Tiongkok (PKT). Bersamaan itu, munculnya bocoran dokumen yang membongkar data 1,95 juta anggota Partai Komunis Tiongkok tiba-tiba terpapar ke dunia luar, siapa yang membocorkannya?

Kita tahu bahwa Partai Komunis Tiongkok telah lama menyusup ke Amerika Serikat. Setelah Xi Jinping mengambil alih kekuasaan di Tiongkok, ia membuat strategi Partai Komunis Tiongkok untuk mewujudkan masyarakat hegemoni global. Akan tetapi karena Xi Jinping terlalu percaya diri, siasat tersebut mengalami serangkaian kemunduran. 

Menjelang akhir tahun 2019, rezim Tiongkok merahasiakan adanya wabah virus  Komunis Tiongkok di Wuhan dan malahan menyalahkan pihak lain, menyebabkan Partai Komunis Tiongkok diasingkan di masyarakat internasional. Xi Jinping juga berupaya menyerang dari semua sisi, yang menyebabkan pemisahan Amerika Serikat-Tiongkok.

Kini, otoritas Xi Jinping di dalam Partai Komunis Tiongkok terancam. Xi Jinping tetap menjalankan sebuah strategi pertahanan yang keras untuk menutupi kesalahan strategi luar negerinya. Hasutan nasionalis semacam ini adalah kehilangan dukungan di dalam Partai Komunis Tiongkok.

Para pejabat tertinggi Partai Komunis Tiongkok telah berupaya yang terbaik untuk menutupi pertarungan di dalam Partai Komunis Tiongkok. Namun, Partai Komunis Tiongkok sempat bingung saat basis data 1,95 juta anggota Partai Komunis Tiongkok baru-baru ini bocor. 

Pada tanggal 16 Desember 2020, sebuah artikel diterbitkan di media pemerintah, berjudul “Penyakit Menyembah dan Bertekuk Lutut Kepada Amerika Serikat Harus Dienyahkan,” mengungkapkan suara-suara yang berbeda di dalam Partai Komunis Tiongkok. Sebuah babak baru pertikaian sedang muncul.

Artikel Xinhua

Artikel tersebut, yang diterbitkan di media pemerintah Xinhua, dikaitkan dengan Xin Shiping. Xin Shiping bukanlah nama yang sebenarnya, melainkan sebuah nama samaran yang digunakan pemimpin Xi Jinping untuk mengirimkan informasi.

Artikel itu, tentu saja, sepenuhnya ditujukan pada suara-suara yang berbeda di dalam Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping terpaksa mundur setelah serangkaian sanksi dan tindakan keras terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok oleh pemerintahan Donald Trump. Namun, Xi Jinping tetap menolak mengakui bahwa ia salah menilai keadaan tersebut. 

Sebaliknya, Xi Jinping mengambil sikap tegas untuk bertahan yang dapat memicu serangan balik yang kuat di dalam Partai Komunis Tiongkok.

Politbiro Partai Komunis Tiongkok dan Komite Tetap Politbiro, baru-baru ini mengadakan pertemuan secara berturut-turut, tetapi laporan media pemerintah tidak menyebutkan  diskusi apapun mengenai hubungan antara AS dengan Tiongkok. Topik ini cenderung menimbulkan perselisihan internal yang sengit tanpa konsensus, jadi topik ini tidak mungkin untuk dimasukkan dalam laporan berita. 

Diperkirakan bahwa beberapa anggota tingkat-tinggi Partai Komunis Tiongkok, telah mengajukan sebuah proposal untuk meredakan ketegangan dengan Amerika Serikat — dengan kata lain, meninggalkan konfrontasi dan secara terbuka dan secara proaktif membuat sebuah isyarat tunduk untuk memulihkan hubungan AS-Tiongkok. 

Strategi yang diusulkan ini sebenarnya mempertanyakan strategi  Xi Jinping yang gagal. Secara alami, Xi Jinping dipaksa untuk berbicara melalui media yang dikelola pemerintah, Xinhua.

Artikel tersebut menyatakan, “Untuk beberapa waktu, beberapa orang telah menyebarkan berbagai macam teori untuk menyembah dan bertekuk lutut kepada Amerika Serikat:

mengagumi ‘demokrasi’ dan ‘kebebasan’ Amerika Serikat, atau pun menggembar-gemborkan status quo  hak asasi manusia di Amerika Serikat, atau melebih-lebihkan ‘kemampuan restoratif’ sistem Amerika Serikat. Terlebih lagi, beberapa orang tersebut berfantasi mengenai kemampuan Amerika Serikat melawan pandemi dan mengagumi kemampuan Amerika Serikat melawan pandemi.”

Pernyataan semacam itu tidak dapat dibuat oleh sekretaris Xi Jinping, sekelompok kecil orang tertentu, atau individu-individu. Faktanya, orang-orang yang mengatakan pernyataan semacam itu hanya dapat dibuat oleh para pejabat top di Politbiro atau anggota Komite Tetap Politbiro,

dan lebih dari satu atau dua orang. Perdebatan tersebut tidak akan menjadi semacam itu komunikasi pribadi, tetapi menjadi semacam wacana publik pada pertemuan-pertemuan politik. 

Jika tidak, media Partai Komunis Tiongkok tidak akan mempublikasikan sebuah argumen semacam itu.

Artikel tersebut terus mengkritik Amerika Serikat: “Orang yang menyembah dan bersujud kepada Amerika Serikat sering juga meremehkan Tiongkok… Percayalah Bulan 

selalu lebih cemerlang di negara-negara lain… Pada gilirannya, pencapaian Tiongkok yang luar biasa  tidak layak disebut di depan mata mereka… Tiongkok di era baru tidak berharga di mata mereka.”

Paragraf ini sebenarnya menunjukkan bahwa ada orang-orang yang memiliki keraguan yang serius atas keputusan Xi Jinping. Ini adalah inti artikel tersebut.

Artikel itu lebih langsung menyatakan: “Beberapa orang… secara ideologis sangat sakit dan lemah bahwa mereka adalah ‘orang-orang yang menyerah’ dalam pertikaian… kepentingan perdagangan demi keamanan, mengandalkan kompromi untuk perlindungan diri … mereka bahkan mengklaim bahwa hal ini adalah memang  ‘objektif’, ‘mendalam’, ‘berwawasan’ … Kita harus dengan tegas berjuang … untuk menghilangkan pengaruh ini.”

Kata-kata semacam itu juga menegaskan bahwa beberapa orang secara terbuka berbicara mengenai meninggalkan strategi konfrontasi oleh Tiongkok, sesuatu yang mereka anggap “objektif, mendalam, dan berwawasan.” Tetapi pembicaraan ini telah memengaruhi reputasi Xi Jinping.

Akhir artikel tersebut menyatakan, “Menghadapi angin kencang dan ombak besar, selama kita memiliki keyakinan dan tekad untuk menangani urusan kita sendiri, rintangan  apa pun akan teratasi.”

Xi Jinping berupaya menjaga kepercayaan Partai Komunis Tiongkok, tetapi secara tidak sengaja mengakui bahwa “rintangan-rintangan” saat ini tidaklah mudah. Tetapi Xi Jinping sendiri yang menciptakan rintangan-rintangan itu. Kini, Xi Jinping tidak hanya kembali dipertanyakan secara terbuka oleh Partai Komunis Tiongkok, tetapi yang lainnya berupaya memperkeruh suasana.

Siapa yang Membocorkan Basis Data Tersebut?

AS telah menetapkan batasan baru terhadap visa untuk anggota Partai Komunis Tiongkok dan keluarga dekat mereka, dan memberikan sanksi kepada 14 pejabat tinggi Tiongkok. Tindakan-tindakan ini seharusnya membuat seluruh anggota Partai Komunis Tiongkok panik.

Pada saat kritis ini, sebuah daftar yang terdiri dari 1,95 juta anggota Partai Komunis Tiongkok tiba-tiba terpapar ke dunia luar. Para anggota Partai Komunis Tiongkok ini diketahui sedang bekerja di cabang-cabang Shanghai dari perusahaan-perusahaan, lembaga akademis, dan lembaga pemerintah multinasional yang besar, yang mencakup Pfizer, Airbus, Boeing,

Rolls Royce, HSBC, dan Standard Chartered Bank, dan bahkan  konsulat Inggris di Shanghai.

Nama, jenis kelamin, nomor KTP, alamat rumah, dan metode komunikasi yang tercatat di daftar ini semuanya telah dibuktikan. Informasi rinci semacam itu cenderung dibocorkan oleh seseorang di dalam Partai Komunis Tiongkok.

Xi Jinping berada di suatu titik puncak badai. Sebuah operasi semacam itu cenderung dimaksudkan untuk menghajar Xi Jinping dengan keras oleh faksi anti-Xi Jinping.

Menghadapi gangguan internal seperti itu, Xi Jinping harus berbicara di depan umum di media pemerintah, yang menyerang para anggota Partai Komunis Tiongkok yang memberontak dan berupaya membenarkan kegagalannya.

Pada tanggal 16 Desember 2020, Xinhua menerbitkan sebuah laporan yang memperkenalkan Xiong Xianghui, seorang agen rahasia Partai Komunis Tiongkok yang pernah bertugas sebagai seorang mata-mata dalam pasukan Kuomintang.

Artikel tersebut menyatakan bahwa Xiong Xianghui adalah ”seorang anggota Partai Komunis Tiongkok bertempur di sebuah front tersembunyi” dan menekankan bahwa agen rahasia tersebut tidak akan pernah “disembunyikan oleh asap dan debu sejarah.”

Xinhua dengan sengaja memuji cerita-cerita mata-mata sedemikian rupa, yang secara tidak langsung menegaskan bahwa ada suatu pertikaian yang sengit yang terjadi di dalam Partai Komunis Tiongkok. (vv)

Keterangan Foto : Pejabat Partai Komunis Tiongkok bertepuk tangan saat pemimpin Xi Jinping menyampaikan pidatonya memperingati 70 tahun tentara Tiongkok memasuki Korea Utara, di Aula Besar Rakyat di Beijing pada 23 Oktober 2020. (Foto AP / Andy Wong)

Video Rekomendasi :