Kembali ke 2.000 Tahun Silam Hingga Kini, Bumi Adalah Planet yang Paling Unik, untuk Apa Keberadaan Manusia di Bumi?

Kita akan mengupas sejenak tentang bumi, planet tempat tinggal kita. Seperti apakah bumi itu? 

Mari kita kembali sejenak ke lebih dari 2000 tahun silam. Ketika itu, manusia di bumi percaya bahwa bumi kita adalah pusat dari alam semesta, dan semua planet berputar mengelilingi bumi. Apakah ini masuk akal? 

Pandangan ini berlanjut selama 1800 tahun sampai seseorang mengajukan teori yang tidak sama sekitar 500 tahun yang lalu. Orang itu adalah Nicolaus Copernicus.

Untuk diketahui, Nicolaus Copernicus atau Niklas Koppernigk adalah seorang astronom, matematikawan, dan ekonom berkebangsaan Polandia, yang mengembangkan teori heliosentrisme Tata Surya。

Melalui pengamatan dan perhitungannya, Copernicus menemukan besar kemungkinan tidak semua benda langit beredar mengelilingi bumi tetapi bumi berputar mengelilingi matahari. Oleh karena itulah ia menulis sebuah buku berjudul De Revolutionibus orbium coelestium – Buku tentang Revolusi Orbit. 

Untuk pertama kalinya, dalam buku itu menyebutkan bahwa bumi kita berputar mengelilingi matahari. Ketika teori ini dikemukakan, tidak ada yang menerimanya. Tetapi seiring dengan semakin banyak penelitian dan perhitungan oleh para astronom, secara bertahap mereka mulai menemukan bahwa apa yang dikatakan Copernicus itu mungkin benar. Kemudian, dari pandangan teori Geosentris secara bertahap menjadi teori Heliosentris. Geosentris artinya semua benda – benda langit berputar mengelilingi bumi. Heliosentris artinya semua benda – benda langit berputar mengelilingi matahari.

Seiring dengan perkembangan teori Heliosentris, orang-orang pun secara bertahap mengemukakan pandangan, bahwa bumi kita ini adalah salah satu planet biasa dari sekian banyaknya bumi di alam semesta. Pandangan ini disebut prinsip Copernicus.

Belakangan sekitar tahun 1920-an, seorang astronom Amerika bernama Edwin Powell Hubble yang hidup periode tahun 1889-1953, mendapati bahwa di alam semesta tidak hanya ada Bima Sakti, tetapi juga galaksi lain melalui teleskop. Temuan Hubble ini membuat orang-orang mulai menyadari bahwa besarnya alam semesta ini jauh di luar bayangan kita. Hingga kemudian semakin menguatkan pandangan bahwa bumi kita ini hanyalah salah satu planet biasa di segenap alam semesta.

Belakangan pandangan ini berkembang menjadi “Mediocrity principle atau Prinsip biasa-biasa saja”.

Namun, pada dasarnya prinsip ini akan menimbulkan kontradiksi.

Mungkin masih banyak kehidupan yang sama seperti kita di alam semesta. Kemudian pada tahun 1980-an hingga 1990-an, sejumlah besar astronom dan universitas ternama membentuk sebuah organisasi untuk mencari tahu peradaban luar angkasa.    

Proyek ini disebut SETI, yakni Search for extraterrestrial intelligence atau Pencarian kecerdasan ekstra terrestrial. 

Untuk mencari kehidupan di luar angkasa, astronom SETI selama ini memanfaatkan sinyal radio. Menurut mereka, gelombang radio yang kuat berkecepatan cahaya adalah jalan yang mungkin dipilih oleh objek di luar bumi atau extraterresterial (ET) dalam berkomunikasi lintas bintang. Itulah cara mereka jika ingin menyampaikan pesan kepada peradaban nun jauh di sana sehingga mereka berasumsi cara itu akan dilakukan alien untuk mengontak manusia atau makhluk lain di semesta. 

Mencari sinyal radio atau tanda kehidupan cerdas di luar angkasa, kegiatan ini mengamati sekitar 1.300 bintang individu yang terletak sekitar 160 tahun cahaya dari Bumi. Namun, katalog ini masih dapat diperluas.  

Pengamatan radio dilakukan dengan Green Bank Telescope (GBT) di West Virginia dan CSIRO Parkes Radio Telescope di Australia. Para ilmuwan dari University of Manchester menemukan bahwa dengan menggabungkan data terkait di atas dan pengamatan dari observatorium, para ahli bisa meningkatkan jumlah bintang di katalog hampir 220 kali lipat. Dari sekitar 1.300 bintang yang dianalisis menjadi lebih dari 280.000 bintang.

Kehidupan ekstraterestrial, kehidupan yang tidak berasal dari bumi. Begitu sebutannya yang merujuk pada pencetusan bahwa tidak mungkin di jagad semesta yang maha luas dan bertabur milyaran planet ini hanya ada bumi seorang yang planetnya memiliki peradaban.

Selain pencarian dengan cara mendeteksi transmisi yang masuk, pengiriman pesan ke berbagai bintang di jagad semesta raya sebagai upaya pencarian juga telah dilakukan.

Proyek ini telah berlangsung 60 tahun, namun sampai saat ini belum juga ditemukan makhluk cerdas dari luar angkasa. 

Para astronom mulai menduga, faktor belum ditemukannya keberadaan makhluk luar angkasa hingga detik mungkinkah ada yang salah dengan “Mediocrity principle atau Prinsip biasa-biasa saja”. Artinya bumi bukanlah planet biasa-biasa saja. Lalu seperti apakah keunikan bumi itu?

Mari kita lihat sejenak, misalnya jika tidak ada kehidupan di bumi, lalu apa yang tersisa, batuan, air?

Ya. Inilah kuncinya. Ada bebatuan di bumi, di Mars dan bulan juga ada bebatuan. Tapi yang tidak ada adalah cairan air. Tidak ada makhluk hidup apa pun yang dapat hidup tanpa air. Jadi, air adalah salah satu syarat mutlak untuk kehidupan.

Mengapa perubahan suhu di bumi tidak begitu drastis, terutama karena adanya samudera yang luas di bumi.

Coba bandingkan dengan bulan yang tidak memiliki kandungan air. Siang hari 200 derajat, malamnya minus 100 derajat, sehingga tidak cocok untuk kehidupan.   

Namun, air juga bukan satu-satunya prasyarat untuk kehidupan, masih banyak prasyarat lainnya. Terkait hal ini, ilmuwan telah menghimpun setidaknya 20 syarat lain untuk kehidupan. 

Di sini mata ketiga akan mengambil beberapa contoh. Pertama, orbit planet yang berotasi mengelilingi bintang harus berbentuk bulat, tetapi tidak semua benda langit bisa disebut sebagai planet. Ada syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah benda langit agar bisa disebut sebagai planet.  

Syarat pertama adalah benda langit harus memiliki orbit dan mengelilingi Bintang. Di dalam Tata Surya Bintang yang dimaksud adalah Matahari. Kemudian benda langit harus cukup besar agar gravitasi bisa mempertahankan bentuk bulat pada planet.  

Kedua, planet harus memiliki massa yang sesuai, jika massa nya terlalu besar, maka gravitasinya juga besar, sehingga benda apa pun akan melayang karena massanya terlalu kecil. 

Ketiga, ini cukup unik, suatu planet harus memiliki sebuah satelit yang cukup besar, ukuran yang sesuai kurang lebih seukuran bulan. Inilah keunikan bulan. Sebagai sebuah planet, bulan memang terlalu besar, namun, justru sangat pas bagi bumi untuk kehidupan dan dapat menstabilkan sumbu poros bumi. 

Karena bumi memiliki kemiringan sumbu rotasi, jadi jika tidak ada bulan, maka bumi menjadi tidak stabil, dan akan menyebabkan terjadinya pergantian musim di mana-mana, yaitu 4 musim di belahan bumi bagian barat, serta dua musim di bagian tropis.

Sehingga dengan adanya bulan sebesar itu, maka bumi menjadi stabil, dapat menjaga rotasi yang stabil.  

Karena ada bulan, bumi miring 23,5 derajat. Kemiringan poros ini menciptakan iklim yang pas bagi kehidupan. Jika tak ada bulan, kemiringan bumi diperkirakan bisa mencapai 80 derajat.

Bulan juga menjaga bumi dari benda langit yang mendekati bumi. Jika ada asteroid yang ingin menabrak ke bumi, bulan bisa menjadi penghalang.

Keempat, kandungan nitrogen dan oksigen di atmosfer harus pas dengan bumi. Lapisan atmosfer berfungsi untuk melindungi bumi dari sinar ultraviolet, melindungi dari jatuhnya benda-benda langit, sebagai penyedia gas untuk kebutuhan makhluk hidup dan sebagainya.

Atmosfer sendiri tersusun dari berbagai macam lapisan yang saling berurutan untuk menyelimuti bumi, seperti misalnya Troposfer, yakni lapisan troposfer terendah yang paling dekat dengan bumi. Campuran gasnya juga merupakan yang paling baik untuk menopang kehidupan di bumi. Troposfer berfungsi untuk melindungi dari sengatan radiasi yang dipancarkan oleh benda-benda langit lainnya.

Lapisan Stratosfer adalah lapisan kedua dari atmosfer. Lapisan Stratosfer yang mengandung ozon ini merupakan lapisan yang penting untuk menyerap dan menyaring radiasi sinar matahari yang berbahaya. Di dalam lapisan stratosfer inilah sinar dari ultraviolet disaring sekaligus diserap sebab telah mengandung lapisan ozon dengan kadar sekitar 90%.

Selain itu, masih banyak lapisan atmosfer yang berfungsi untuk melindungi bumi. Nah pemirsa, inilah beberapa contoh fungsi atmosfer kita, menakjubkan bukan?  

Atmosfer yang menyelubungi bumi kita mempunyai sifat-sifat sebagai berikut.

Transparan terhadap beberapa bentuk radiasi.

Elastis dan dinamis sehingga dapat mengembang dan mengerut.

Tidak berwarna, tak berbau, dan tidak dapat dirasakan. Udara dapat dirasakan kalau udara tersebut bergerak atau dalam bentuk angin. 

Memiliki berat sehingga dapat menimbulkan tekanan. Udara yang ada pada lapisan bawah akan memiliki tekanan yang lebih besar karena lapisan udara yang ada di bawah menanggung berat atau beban dari lapisan udara yang ada di atasnya.

Terdiri atas beberapa gas (nitrogen, oksigen, argon, karbondioksida, dan sebagainya).

Selain zona layak huni di tata surya, juga ada zona layak huni di bima sakti.

Para astronom memperkirakan berapa banyak dari 100 milliar bintang di galaksi kita yang memiliki planet potensial untuk dihuni. 

Dari hasil pantauan teleskop Kepler milik National Aeronautics and Space Administration – NASA atau Badan Penerbangan dan Antariksa  berpendapat bahwa satu dari lima bintang memiliki kesamaan dengan matahari yang memiliki planet seukuran Bumi. 

Planet-planet tersebut dikategorikan sebagai “potensial huni” karena memiliki zona atau jarak tertentu dengan matahari, sehingga suhu planet dapat menjaga air  sebagai elemen kunci kehidupan, tetap berada dalam bentuk cair di permukaan.

Namun, sejumlah anggota peneliti mengatakan walaupun planet seukuran Bumi ditemukan di zona layak huni, tidak ada jaminan bahwa planet ini bisa mendukung kehidupan. 

Beberapa mungkin memiliki atmosfer yang sangat tipis sehingga permukaan akan memiliki suhu panas.

Bumi memang unik. Planet ketiga dari Tata Surya ini merupakan planet terbesar kelima dalam sistem yang mengelilingi Matahari. Di antara semua planet, Bumi memang memiliki kemiripan dengan Venus sehingga sering dianggap dua planet kembar. Tapi ukuran Bumi sedikit lebih besar dari Venus yakni 12.756 km dengan massa  5,9 triliun triliun kg. 

Meskipun Bumi memiliki kemiripan dengan Venus dan dianggap kembar, tetap saja ada perbedaan. Bumi merupakan planet yang punya kehidupan. Bahkan sampai saat ini belum ada planet lain di Tata Surya maupun di bintang lain yang memiliki kehidupan seperti di Bumi.

Kehidupan di Bumi bisa terbentuk dan bertahan, karena Bumi punya air dalam wujud cair. Diperkirakan, 71% permukaan Bumi adalah lautan sedangkan daratan hanya 29%. Dari seluruh air yang ada di Bumi, 97% adalah air asin dan hanya ada 3% air tawar.  

Bumi bisa punya lautan karena planet yang juga rumah kita ini berada pada jarak yang ideal dari Matahari. Bumi berada pada jarak 150.000.000 km dari Matahari. Pada jarak tersebut, temperatur permukaannya cukup hangat yakni 14ºC sehingga air di permukaan Bumi bisa tetap cair. Seandainya Bumi terlalu dekat dengan matahari, maka air bisa menguap sedangkan kalau terlalu jauh, air justru membeku jadi es.  

Bumi bukan hanya sebuah planet yang sangat cocok untuk kehidupan kita, tetapi juga merupakan sebuah tempat yang sangat ideal untuk mengamati alam semesta.   

Kalau kita melihat ke langit, kita bisa melihat planet-planet lain. Ada yang bisa dilihat dengan mata telanjang seperti Merkurius, Venus, Mars, Jupiter, dan Saturnus, ada pula yang membutuhkan teleskop seperti Uranus dan Neptunus. 

Tapi bagaimana dengan penampakan Bumi? 

Mirip dengan ketika kita melihat planet lain yang hanya tampak sebagai titik terang di langit malam, Bumi pun tampak seperti titik redup di langit.

Ini juga mengapa kita sangat tertarik mengamati benda langit di alam semesta. Mengapa tertarik untuk mengamati alam semesta ?

Mungkin inilah salah satu faktor untuk apa manusia eksis di dunia.

Jika di muka bumi ini hanya ada hewan, tanaman atau apa pun itu, juga tidak ada artinya melihat semesta alam. 

Dari sudut pandang ini, adanya manusia di bumi jadi terlihat alami. Coba kita renungkan sejenak, kita, manusia adalah satu-satunya makhluk di bumi yang dapat mengamati, berpikir, menganalisis, dan menjelajahi alam semesta. Satu-satunya makhluk di bumi yang dapat memahami hukum alam semesta. Yang disebut hukum alam semesta disini adalah hukum fisika. Kita sekarang memahami apa itu lubang hitam atau apa pun itu. Para astronom mengetahui seberapa jauh dan berat massa mereka melalui berbagai perhitungan ilmiah, inilah beberapa hukum dasar alam semesta. 

Kita, manusia bisa memahami ini. Sebenarnya hal ini juga menjadi salah satu alasan utama mengapa banyak fisikawan terkenal mulai percaya pada Tuhan di masa tua mereka, seperti Galileo, Newton, Einstein, dan Tesla. 

Para ilmuwan ini mencetuskan pandangan di masa-masa tua mereka. Menurut pandangan mereka, alam semesta itu mungkin diciptakan oleh suatu peradaban cerdas, dan peradaban ini mirip dengan peradaban kita, manusia bumi. Mengapa? 

Jika peradaban kita berbeda dengan mereka, kita tidak akan bisa memahami hukum alam semesta. Ketika kita bisa memahaminya, itu berarti pola pemikirannya sama dengan kita ketika alam semesta diciptakan. Kalau tidak, kita tidak bisa memahaminya sama sekali, sama seperti mekanika kuantum. 

Kita hanya dapat mengamati mekanika kuantum, tetapi tidak dipahami. Mengapa bisa begitu ? 

Bagaimana ia memancarkan dan mentransmisikan sinyal, sama sekali tidak dapat kita pahami sekarang, tetapi kita dapat memahaminya dari perspektif makro, artinya penciptaan alam semesta ini terbagi dua bagian. 

Bagian dari penciptaan makro ini mirip dengan peradaban kita. Sementara penciptaan mikrokosmos sama sekali berbeda dari peradaban kita, karena diciptakan oleh sekelompok lainnya.

Kemampuan untuk memahami alam semesta maupun keinginan untuk menjelajahi alam semesta ini tidak terjadi melalui evolusi alami, karena hal ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelangsungan hidup, sehingga keberadaan manusia pasti memiliki makna yang istimewa, maknanya terletak di alam semesta, kita manusia dilahirkan untuk alam semesta, bukan untuk bumi.

Dari kesimpulan ini, keberadaan bumi dan manusia sama sekali bukan kebetulan, tapi sengaja diciptakan untuk tujuan tertentu, dan tujuan ini kemungkinan besar memiliki hubungan yang sangat erat dengan alam semesta. (jon)

Sumber : berbagaisumber

Keterangan Foto : Bumi (NASA/Goddard/Arizona State University)