FDA AS Serukan Penangguhan Vaksin Johnson & Johnson karena Diduga Sebabkan Pembekuan Darah di Otak

oleh Li Yan

Food and Drug Administration (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bersama-sama menyarankan agar penggunaan vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson ditangguhkan karena ada 6 orang penerima vaksin tersebut mengalami gejala trombotik yang parah.

Ketika negara-negara bersaing dalam mengeluarkan vaksin untuk mencegah penyebaran virus komunis Tiongkok atau COVID-19, kasus efek samping dari vaksin juga ikut bermunculan. Badan Kesehatan Federal merika Serikat  menangguhkan penggunaan vaksin Johnson & Johnson pada Selasa, 13 April karena terjadinya penyakit langka terkait trombosis terhadap beberapa subjek ujian. Setelah itu, Gedung Putih menyatakan bahwa penangguhan ini tidak akan mempengaruhi program vaksinasi federal .

Food and Drug Administration (FDA) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat bersama-sama mengeluarkan pernyataan pada Selasa, 13 April yang menyarankan agar penggunaan vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson untuk sementara waktu ditangguhkan. Pasalnya ada 6 orang penerima vaksin tersebut mengalami gejala trombotik yang parah.

“The New York Times” mengutip pernyataan para pejabat melaporkan bahwa keenam orang penerima vaksin tersebut adalah wanita berusia antara 18 hingga 48 tahun. Di antara mereka, seorang wanita meninggal dunia dan wanita kedua yang berasal dari Nebraska telah dirawat di rumah sakit karena kondisinya kritis.

“Akibat kejadian buruk ini sangat jarang muncul,” demikian pesan FDA di Twitter. 

Sehingga pengobatan jenis trombosis khusus ini berbeda dari pengobatannya yang biasa. CDC akan mengadakan pertemuan dengan Komite Penasihat Praktek Imunisasi (ACIP)  untuk meninjau lebih lanjut kasus ini dan menilai potensi yang ada. FDA juga akan meninjau analisis tersebut saat menyelidiki kasus ini.

Hingga 12 April, Amerika Serikat telah menyuntikkan lebih dari 6,8 juta dosis vaksin Johnson & Johnson kepada warga.

Namun, sebelum peninjauan selesai, FDA mengusulkan untuk menangguhkan penggunaan vaksin ini untuk memastikan bahwa layanan medis menyadari potensi kejadian buruk ini dan menanggapinya.

Akibat kejadian ini, saham Johnson & Johnson turun 3% sebelum pasar dibuka pada Selasa 13 April.

Fox News telah meminta komentar dari Johnson & Johnson atas usulan penangguhan ini.

Perusahaan telah memberitahu Gedung Putih bahwa mereka akan menyediakan 100 juta dosis vaksin pada akhir bulan Mei, tetapi baru-baru ini mereka mengalami masalah pada jalur produksi di pabriknya di Baltimore. 

Selain itu, ada beberapa efek samping pada penerima vaksin pekan lalu, sehingga beberapa lokasi vaksinasi ditutup lebih awal dari jadwal.

Di Georgia, terdapat 8 orang yang mengalami pusing. Namun, pejabat mengatakan bahwa kejadian tersebut tidak mengesampingkan faktor cuaca suhu tinggi. Di Carolina Utara, 4 orang dikirim ke rumah sakit karena efek samping yang umum terjadi. 

Di Iowa, 3 orang mengalami pusing berat. Di Colorado, 11 orang mengalami gejala pusing dan mual-mual.

Sedangkan kurang dari seminggu sebelumnya, badan pengawas obat Eropa mengatakan bahwa empat orang di Amerika Serikat mengalami gejala trombotik yang langka setelah menerima suntikan vaksin dan badan tersebut sedang meninjaunya.

Sementara itu Gedung Putih dan pejabat kesehatan senior mengatakan pada Selasa 13 April lalu bahwa penangguhan penggunaan vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson tidak akan memiliki dampak signifikan terhadap program vaksinasi pemerintah federal.

Penjabat Komisaris FDA Janet Woodcock dalam konferensi pers online mengatakan bahwa dirinya percaya bahwa larangan vaksin Johnson & Johnson itu hanya berlangsung beberapa hari. 

Koordinator tanggapan terhadap wabah Amerika Serikat Jeff Zients dalam sebuah pernyataannya mengatakan, “Pengumuman ini tidak akan berdampak signifikan terhadap rencana vaksinasi kami”.

“Suntikan vaksin Johnson & Johnson di lengan yang tercatat di Amerika Serikat sejauh ini masih berada di bawah 5%,” kata Jeff Zients.

“Berdasarkan tindakan yang diambil Presiden awal tahun ini, Amerika Serikat telah mengamankan vaksin Pfizer dan Moderna buat 300 juta warga Amerika Serikat,” tambahnya.

“Dalam beberapa minggu terakhir, kita telah menyediakan lebih dari 25 juta dosis vaksin buatan Pfizer dan Moderna pada setiap minggunya. Bahkan, minggu ini kami akan memberikan lagi 28 juta dosis vaksin tersebut,” kata Jeff Zients.

Menurut Jeff Zients itu penting untuk mempertahankan suntikan sebanyak 3 juta dosis setiap harinya yang menjadi target saat ini. Katakanlah bahwa persediaan vaksin lebih dari cukup. (hui)