Xi Jinping Sampaikan ‘Sapuan Terselubung’ ke AS Dalam Pidato Forum Ekonomi Boao Asia

Frank Fang

Pemimpin partai Komunis Tiongkok Xi Jinping melakukan sebuah pukulan telak terhadap Amerika Serikat pada 20 April 2021, dalam sebuah pidato yang diberikan di Forum Boao tahunan untuk Asia. 

Kata-kata Xi Jinping dengan segera menarik perhatian mengingat agresi Partai Komunis Tiongkok di Xinjiang, Hong Kong, dan kurangnya niat baik Partai Komunis Tiongkok terhadap seruan untuk diadakannya transparansi terhadap pandemi virus Komunis Tiongkok.

“Memerintahkan pihak-pihak lain di sekitar atau ikut campur dalam urusan internal pihak-pihak lain tidak akan mendapat dukungan apapun,” kata Xi Jinping dalam pidatonya di forum tersebut, menurut sebuah terjemahan bahasa Inggris yang diterbitkan oleh media pemerintahan Komunis Tiongkok Xinhua. 

Forum Boao di Tiongkok adalah setara dengan Forum Davos, sebuah konferensi tahunan yang diadakan oleh organisasi nirlaba The World Economic Forum untuk meningkatkan kerjasama sektor publik-swasta.

Banyak pemerintah-pemerintah Barat, termasuk Washington, mengkritik Komunis Tiongkok atas pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukannya Xinjiang, Hong Kong, dan Tibet, serta  terus-menerus memaksakan kekuatan militernya terhadap Taiwan. 

Namun, rezim komunis Tiongkok membelokkan kritik tersebut dengan menyatakan bahwa negara-negara tidak boleh “ikut campur” dalam “urusan dalam negeri Tiongkok.”

Sapuan terselubung Xi Jinping terhadap Washington tidak berhenti di situ. Xi Jinping mengatakan bahwa upaya-upaya apapun untuk “membangun tembok-tembok” atau “memisahkan diri” di era globalisasi ekonomi, hanya akan “merugikan kepentingan pihak-pihak lain tanpa menguntungkan diri sendiri.”

Amerika Serikat menempatkan banyak pembatasan ekspor kepada Tiongkok, yang mencakup sebuah larangan terhadap semikonduktor, yang terbukti paling merusak perekonomian Tiongkok mengingat Beijing sangat bergantung pada pembelian chip-chip asing. 

Sanksi-sanksi Amerika Serikat telah melumpuhkan bisnis telepon seluler pintar raksasa  teknologi  Huawei yang berbasis di Tiongkok. Pembuat chip Tiongkok, SMIC juga telah terdaftar dalam sebuah daftar hitam perdagangan.

Beberapa anggota Parlemen Amerika Serikat menyerukan pemisahan  ekonomi Amerika Serikat dari ekonomi Tiongkok, untuk melindungi kepentingan Amerika Serikat. Pada bulan Februari, Senator Tom Cotton (R-Ariz.) merilis sebuah laporan barua mengenai Tiongkok, yang menyerukan pemisahan sektor-sektor tertentu Amerika Serikat dari Tiongkok, yang mencakup mineral-mineral kritis, hiburan, pendidikan tinggi, telekomunikasi, dan semikonduktor.

Pada bulan Maret, Anggota Kongres AS, Mark Green (R-Tenn.) menganjurkan agar Amerika Serikat mendukung pengembangan sebuah basis manufaktur di Amerika Latin sementara, memisahkan diri dari Tiongkok.

Xi Jinping juga mengatakan dengan berbunyi : “Kita tidak boleh membiarkan aturan-aturan yang ditetapkan oleh satu negara atau beberapa negara diberlakukan terhadap negara-negara lain, atau membiarkan unilateralisme dikejar oleh negara-negara tertentu untuk mengatur langkah bagi seluruh dunia.” 

Xi Jinping menyampaikan pernyataannya tanpa menyebut negara tertentu, tetapi menunjuk ke Amerika Serikat.

Xi Jinping menambahkan: “Kita harus menolak perang dingin dan mentalitas zero-sum (pada akhirnya sesuatu adalah nol) dan menentang sebuah ‘Perang Dingin’ baru dan konfrontasi ideologis dalam bentuk-bentuk apa pun.”

Kata-kata Xi Jinping mengenai memiliki sebuah pola pikir Perang Dingin, telah digunakan oleh para pejabat Partai Komunis Tiongkok dan media yang dikelola pemerintah Tiongkok. Tak lain, untuk menyerang pemerintah Amerika Serikat dan para pejabat Amerika Serikat.

Misalnya, setelah Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menerbitkan sebuah artikel mengenai wawancara mantan Pimpinan Pentagon, Mark Esper, pada bulan Juli tahun lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin, menggunakan argumen Perang Dingin yang sama untuk mengecam “individu-individu tertentu di Amerika Serikat”, pada sebuah pengarahan harian beberapa hari kemudian.

Dalam artikel Pentagon tersebut, Mark Esper berkata: “Kita berada di era persaingan kekuatan besar … dan itu berarti para pesaing strategis utama kita adalah Tiongkok, lalu Rusia.”

Mark Esper menambahkan: “Adalah sangat jelas bagi dirinya dan siapa pun yang memahami Tiongkok bahwa Tiongkok memiliki ambisi untuk menggusur posisi Amerika Serikat — tentu saja dari kawasan itu dan lebih disukai di panggung global.”

Pidato Xi Jinping segera menuai kritik di Twitter, khususnya, atas komentar pidatonya: “Yang kita butuhkan di dunia saat ini adalah keadilan, bukan hegemoni.”

Salih Hudayar, pendiri Gerakan Kebangkitan Nasional Turkistan Timur yang berbasis di Washington, menulis bahwa dunia memang membutuhkan keadilan dengan cara menuntut para pejabat partai Komunis Tiongkok, termasuk Xi Jinping, di Pengadilan Kriminal Internasional “karena mengarahkan genosida #Uyghur dan orang-orang Turki lainnya di Occupied#EastTurkistan.”

Partai Komunis Tiongkok melakukan genosida terhadap orang-orang Uyghur di Xinjiang, dengan memaksa orang-orang Uighur melakukan sterilisasi paksa, aborsi paksa, penyiksaan, kerja paksa, dan menyingkirkan anak-anak dari keluarga mereka. 

Selain itu, lebih dari satu juta orang Uighur ditahan di dalam kamp-kamp tahanan  — fasilitas-fasilitas rezim komunis dipertahankan sebagai “pusat-pusat pelatihan kejuruan.”

Sreeram Chaulia, profesor dan dekan jurusan urusan internal di Sekolah Jindal di O.P. Universitas Global Jindal, menulis bahwa dunia membutuhkan keadilan dari Tiongkok karena menyebabkan pandemi COVID-19.

COVID-19 adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus Komunis Tiongkok. di mana rezim Tiongkok berupaya merahasiakan awal pandemi sambil membungkam para dokter Whistleblower, termasuk Li Wenliang, yang berupaya memperingatkan publik mengenai kasus baru pneumonia di media sosial Tiongkok, pada akhir tahun 2019.

Sreeram Chaulia mengatakan, Negara-negara di Asia membutuhkan keadilan untuk agresi teritorial oleh Tiongkok. Orang-orang Xinjiang, Tibet dan HongKong membutuhkan keadilan. Xi Jinping harus berhenti memberi kuliah pada negara-negara  lain dan merenungkan kebijakan-kebijakan Tiongkok yang tidak manusiawi. (Vv)

Video Rekomendasi :