Konflik Palestina-Israel Bisa Menyebabkan Perang Skala Besar, AS akan Kirim Utusan Khusus ke Timur Tengah

Li Zhaoxi

Organisasi milisi Hamas dan Israel melanjutkan saling balas serangan roket mematikan dan serangan udara pada Rabu (12/5/2021). Insiden itu menewaskan setidaknya 53 warga Palestina dan 7 warga Israel. Kali ini adalah konflik kekerasan paling serius antara kedua  pihak sejak tahun 2014. Masih belum ada tanda-tanda konflik tersebut akan berakhir.

Utusan Khusus PBB untuk Timur Tengah, Tor Wennesland, memperingatkan  situasinya “meningkat menjadi perang skala penuh.”

Presiden AS Joe Biden menghadapi tekanan dan seruan agar dia membantu menghentikan kekerasan antara Israel dan Hamas. 

Juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki mengatakan, Biden akan mencalonkan “duta besar yang berkualitas dan berpengalaman untuk Israel” dalam beberapa pekan mendatang. 

Biden kepada wartawan mengatakan, telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Biden berharap konflik Palestina-Israel segera berakhir. Biden menegaskan,  Israel memiliki hak untuk membela diri.

Peneliti senior lembaga pemikir AS, Carnegie Endowment for International Peace dan pakar Timur Tengah, Aaron David Miller) mengatakan: Israel harus mundur, ketika bandara di Ben Gurion ditutup dan orang Israel tinggal di tempat penampungan. “

Miller mengatakan, jika konflik berlanjut selama dua minggu lagi, Gedung Putih mungkin akan turun tangan secara lebih langsung.

Goldenberg, peneliti senior di Center for a New American Security, sebuah lembaga pemikir Washington, mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah pemain penting dalam konflik tersebut. Akan tetapi, “kita harus realistis tentang apa yang dapat kita lakukan.” Dia menunjukkan, Hamas adalah organisasi teroris yang diakui oleh Amerika Serikat. Sedangkan pejabat AS tidak akan berkomunikasi langsung dengan Hamas.

“Mediator terpenting adalah Mesir dan PBB.” Goldenberg menekankan bahwa Biden perlu menjelaskan kepada pemimpin Israel bahwa Amerika Serikat, akan mendukung upaya mediasi ini. 

Pertanyaannya adalah apakah itu akan terjadi dalam 48 jam atau dalam 50 hari. Goldenberg masih khawatir. Ia tidak optimis dengan pembicaraan mediasi pertama. Kini adalah waktu yang sangat berbahaya.

Menteri untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Kantor Kemenlu Inggris, James Cleverly, menyatakan  bahwa “Israel memiliki hak untuk mempertahankan diri” dan meminta Hamas untuk berhenti menembakkan roket ke Israel.

James Cleverly,  kepada Sky News mengatakan, sangat penting bagi kedua pihak untuk mengambil langkah mundur. Orang-orang jug menyaksikan serangan roket ke Israel mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.” (hui)