Pensiunan Jenderal Australia: Jika Komunis Tiongkok menggunakan kekuatan untuk menyerang Taiwan, “Perang Besar” akan Pecah

Luo Tingting

Berdasarkan laporan media asing, pensiunan jenderal Australia, Jom Dolan percaya bahwa pemerintah Australia harus mengakui tentang tujuan Komunis Tiongkok adalah untuk menguasai Taiwan, dan negara lain harus “menerima” ini.

Dia menyatakan, jika Komunis Tiongkok melancarkan perang dan menggunakan kekuatan untuk menyerang Taiwan, maka untuk mencegah dan memblokir militer AS, Komunis Tiongkok pasti harus merebut Guam. Bahkan, harus menyingkirkan pangkalan militer AS di Jepang.

Dolan mengatakan bahwa militer AS memiliki total 300.000 tentara di Indo-Pasifik. Ia menilainya : “Ini kedengarannya seperti perang besar bagi saya.”

Dia juga menekankan, jika terjadi perang antara Amerika Serikat dan Tiongkok gara-gara Taiwan, Australia mungkin akan turut diserang oleh Komunis Tiongkok. Sebagai bentuk penyerangan, Komunis Tiongkok dapat menggunakan rudal untuk menargetkan Australia. Bahkan, meluncurkan serangan siber ke Australia, sambil berusaha menerapkan strategi blokade maritim.

Menanggapi ancaman Komunis Tiongkok di Selat Taiwan, Amerika Serikat, Jepang, Australia, dan negara lain secara terbuka menyatakan, mereka harus menjaga stabilitas dan keamanan kawasan. 

Pada tanggal 18 Mei, kapal perusak berpeluru kendali kelas Arleigh Burke milik Angkatan Laut AS USS Curtis Wilbur DDG-54, melintasi Selat Taiwan dengan sangat megah. Pada saat yang sama, sejumlah besar pesawat militer, tampaknya memberikan dukungan intelijen untuk kapal perang dan isyarat yang sudah jelas bagi Komunis Tiongkok.

Siaran pers Armada ke-7 Angkatan Laut AS menunjukkan, kapal perusak Curtis Wilbur secara rutin melewati Selat Taiwan sesuai dengan hukum internasional. Militer AS menyatakan komitmen Amerika Serikat untuk “kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka” serta akan terus berlayar secara legal di masa depan.

Perjalanan ini merupakan yang kelima kalinya kapal perang AS melintasi Selat Taiwan, sejak Biden menjabat pada 20 Januari.

Selain itu, Pasukan Bela Diri Maritim Jepang dan empat angkatan laut Amerika Serikat, Prancis, dan Australia menggelar latihan bersama di Laut China Timur dari 11 hingga 17 Mei. Latihan gabungan itu sebagai tanggapan atas ancaman maritim Komunis Tiongkok.

Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi mengatakan bahwa tujuan dari latihan militer bersama ini adalah untuk meningkatkan keterampilan taktis, terkait dengan pertahanan kepulauan.  Selain itu, memperdalam kerja sama pertahanan dengan sekutu yang berbagi visi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.

Ini adalah pertama kalinya Prancis menggelar latihan militer bersama dengan Jepang. Dunia luar percaya, Prancis belum menyelesaikan perjanjian dengan Jepang dan berpartisipasi dalam latihan militer Jepang. Itu ketika situasi di Selat Taiwan dan Laut China Timur sedang sensitif. Terhadap Komunis Tiongkok, latihan gabungan ini adalah langkah militer yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kepala Staf Angkatan Laut Prancis, Pierre Vandier mengatakan kepada media bahwa latihan militer gabungan ini “untuk menunjukkan kehadiran mereka di wilayah pasifik. Selain itu,  mengirimkan pesan kerja sama Prancis-Jepang ke Tiongkok.”

Australia juga prihatin dengan situasi di Selat Taiwan. Perdana Menteri, Scott Morrison mengatakan kepada Melbourne Radio 3AW pada 6 Mei 2021, bahwa Australia  jelas memperhatikan ketidakpastian di kawasan Indo-Pasifik.  Ia berkata : “Kami  memenuhi perjanjian untuk mendukung Amerika Serikat dan sekutunya di kawasan Indo-Pasifik.”

Peter Dutton dari Australia juga menekankan dalam wawancara televisi baru-baru ini tentang keinginan Komunis Tiongkok untuk “menyatukan Taiwan”. Rencana tersebut semakin jelas dalam beberapa tahun terakhir. Ia memperingatkan, agar dunia luar tidak meremehkan kemungkinan konflik antara Australia dan Komunis Tiongkok terkait masalah Taiwan.

Sekretaris Menteri Dalam Negeri Australia, Michael Pezzullo, menggambarkan bahwa situasinya “genderang perang” telah ditabuhkan. Ia menyerukan kepada Australia dan sekutunya  bersiap-siap berjuang demi kebebasan. (hui)