India Dilanda Kekurangan Vaksin, Uni Eropa Menyumbangkan Vaksinnya ke Negara-negara Miskin

Liu Haiying dan Ming Yu – NTD

India pada awalnya berencana  memvaksinasi 300 juta warga, termasuk petugas kesehatan, pekerja garis depan, dan warga lanjut usia di atas 45 tahun, pada bulan Juli. Akan tetapi, gelombang kedua yang mematikan dari epidemi mendorong pemerintah untuk memberikan vaksinasi kepada semua orang dewasa, sedangkan persediaan vaksin India  tidak mencukupi dan perkembangannya lambat.

Menurut data Kementerian Kesehatan India,  lebih dari 193 juta penduduk sudah divaksin di negara itu.

Pada awal Mei, India mengalami 400.000 infeksi setiap hari. Kini, jumlahnya berangsur-angsur menurun.

Saat rumah sakit mengalami kelebihan beban, sistem medis kewalahan dan dilanda kekurangan vaksin.  Para ahli telah memperingatkan, bahwa India mungkin menghadapi gelombang infeksi ketiga dalam beberapa bulan ke depan.

Sementara itu, sebagai produsen utama teh, India saat ini berada di puncak produksi teh. Namun demikian, karena dampak penutupan kota menyebabkan terjadinya kekurangan tenaga kerja.

Pedagang teh SATISH MITRUKA mengatakan : “Industri teh telah disetujui untuk menggunakan 50% tenaga kerja untuk memetik teh selama periode lockdown. Namun, teh adalah produk pertanian dan membutuhkan input tenaga kerja 100%.”

Sedangkan, menyusul wabah epidemi lokal di Liaoning dan Anhui, Tiongkok, kasus lokal yang dikonfirmasi telah muncul di Guangzhou, Guangdong. Sumber penularan masih belum diketahui.

Pada Sabtu, Paviliun Jinlong Huixin, Jalan Longjin, Distrik Liwan, Guangzhou, disesuaikan menjadi area berisiko menengah. Beberapa komunitas telah ditutup.

Sementara itu, Seorang pekerja migran berusia 44 tahun di Hong Kong menerima vaksin  kedua Rabu lalu 12 Mei. Ia tidak sadarkan diri pada Sabtu pagi. Ia meninggal dunia setelah dilarikan ke rumah sakit untuk perawatan darurat. Ia diketahui sebagai pekerja rumah tangga  yang bekerja di Hong Kong selama lebih dari setahun dan tidak memiliki masalah kesehatan apapun. Awal bulan ini, seorang pekerja rumah tangga asing juga meninggal dunia setelah divaksinasi.

Pada Jumat 21 Mei, Reuters menghitung bahwa lebih dari satu juta orang meninggal dunia akibat virus Komunis Tiongkok di Amerika Latin dan Karibia.

Hampir sepertiga dari kematian global akibat epidemi pada Mei ini, terkonsentrasi di Amerika Latin, yang menghadapi sumber daya medis yang tidak memadai dan vaksin yang tidak mencukupi.。

Pada Jumat 21 Mei, Uni Eropa mengumumkan pada KTT Kesehatan G20, mereka akan mendonasikan 100 juta dosis vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Presiden Komisi Unie Eropa, Von der Leyen mengatakan  “Eropa  menyumbangkan setidaknya 100 juta dosis vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada akhir tahun 2021.”

Uni Eropa juga berjanji akan mendirikan pusat produksi vaksin di Afrika. (hui)