Penelitian Universitas Tsinghua Beijing Tentang Vaksin Terkait Infeksi Virus Varian, Hasilnya Seperti Ini Hingga Varian Delta di Inggris

Zhu Ying

Laporan terbaru dari Layanan Kesehatan Masyarakat Inggris (PHE) di Inggris menunjukkan bahwa, di antara 42 kematian di negara yang terinfeksi virus India varian Delta, 12 orang diantaranya sudah menerima dua dosis penuh vaksin, terhitung 29%.

Adapun 7 lainnya yang meninggal telah divaksin dosis pertama 21 hari sebelum terinfeksi virus varian India. Sebanyak 23 orang lainnya belum divaksinasi. Ini berarti bahwa vaksin yang ada memiliki efek anti kematian  terbatas terhadap virus varian Delta.

Data terakhir yang dirilis PHE juga menunjukkan bahwa setelah dosis pertama divaksin, tingkat perlindungan terhadap virus varian Delta hanya 33%.  Setelah vaksin dosis kedua, tingkat perlindungan dapat ditingkatkan menjadi 81%. 

Sedangkan dosis pertama vaksin melawan varian Inggris yang mana tingkat perlindungan virus varian Alpha dapat mencapai 51%. Dibandingkan tingkat perlindungan setelah 2 dosis vaksin dapat mencapai 88,4%. Dengan kata lain, efektivitas vaksin yang ada terhadap virus varian Delta, lebih rendah dibandingkan dengan varian Alpha.

Hasil ini membuat para ilmuwan khawatir. Pasalnya, virus varian Delta saat ini sedang menyebar luas di Inggris. Para ahli khawatir bahwa Inggris mungkin menghadapi gelombang epidemi ketiga.

Informasi publik menunjukkan bahwa hingga saat ini, jumlah kumulatif orang yang didiagnosis dengan virus varian Delta di Inggris telah melebihi 41.000 orang, terhitung lebih dari 90% dari kasus baru.

Sementara itu, menurut laporan Hong Kong 01, baru-baru ini tim peneliti dari Universitas Tsinghua Beijing menerbitkan laporan penelitian dalam jurnal imunologi “Immunity”. Isinya menunjukkan bahwa varian-varian baru yang dibentuk oleh kombinasi virus varian, tidak hanya menimbulkan efek perlindungan yang parah. Bahkan, dapat menyebar ke hewan inang lainnya di seluruh spesies.

Tim peneliti menemukan bahwa strain varian Inggris B.1.1.7, strain varian Afrika Selatan B.1.351, dan strain Brasil P.1, yang telah menyebar dalam skala besar di banyak negara sejak akhir tahun lalu, semua memiliki protein lonjakan mutasi. 

Tim juga menemukan, mutasi ini menunjukkan  varian strain yang baru muncul sedang mengalami transfer antigen. Tren ini tak hanya menimbulkan tantangan baru terhadap efektivitas perlindungan dari obat dan vaksin yang kini digunakan, tetapi juga dapat menginfeksi hewan inang lainnya di seluruh spesies. Temuan Ini berarti, manusia mungkin menghadapi masalah bagaimana menangani penyebaran epidemi lintas spesies yang lebih rumit.

Perlu dicatat, pakar virus di India belum lama ini mengungkapkan kepada publik bahwa virus varian baru yang dihasilkan dari 2 kombinasi atau bahkan tiga strain varian,  ditemukan di negara tersebut.  Hewan-hewan seperti cerpelai, kucing, anjing dan hewan kecil lainnya yang terinfeksi juga mereka muncul di banyak negara. 

Kasus terbaru dari infeksi lintas spesies terjadi pada awal April tahun ini, ketika seekor harimau berusia 4 tahun di Kebun Binatang Bronx di New York City didiagnosis menderita pneumonia Komunis Tiongkok.

Para ilmuwan kini masih mempelajari karakteristik dari strain varian ganda ini.  Hasil penelitian masih belum dirilis ke publik. Kasus pneumonia Komunis Tiongkok yang dikonfirmasi pada hewan lain, hanya terdapat dalam kasus terbatas. Akan tetapi munculnya kondisi terbaru memberikan peringatan kepada dunia. (hui)