Spesies Burung di Tiongkok yang Disantap Sampai Terancam Punah

ETIndonesia-Santer diberitakan berbagai media baru-baru ini bahwa ada sejenis spesies burung pipit dada kuning / burung cakar ranting (Mandarin: Huang xiong wu), lantaran di Daratan Tiongkok diperkirakan memiliki efek tonik sehingga diburu untuk dikonsumsi dan sudah terancam punah. Hal ini cukup mengejutkan dunia.

Menurut laporan Iptek Phoenix pada bulan Juni lalu, sebuah survei yang diterbitkan dalam majalah “Konservasi Biologi” mencatat, burung pipit dada kuning tersebut sudah di ambang kepunahan. Jumlah burung pipit ini sejak tahun 1980 telah berkurang 90%. Sementara sejak 1997 Tiongkok mulai melarang perburuan burung pipit berdada kuning ini, namun jutaan ekor burung tersebut dan sejumlah spesies burung lainnya, hingga tahun 2013 masih terlihat diperjualbelikan di pasar gelap RRT dan pengonsumsian burung pipit dada kuning malah meningkat. Sejak 2013, burung pipit dada kuning oleh International Union for Conservation of Nature telah terdaftar sebagai spesies terancam punah.

Di Tiongkok utara, burung pipit dada kuning karena bentuknya yang indah dan suaranya terdengar merdu, maka sebagai jenis hewan peliharaan memasuki pasar bisnis; sedangkan di Tiongkok selatan, karena burung pipit dada kuning dianggap memiliki efek suplemen, memasuki pasar sebagai makanan. Diperkirakan pada tahun 2001 saja ada satu juta ekor burung itu diburu di Provinsi Guangdong dan dijadikan santapan di atas meja makan.

Dalam PTT (Pengobatan Tradisional Tiongkok), meskipun burung pipit dada kuning diperkirakan memiliki efek sebagai obat tonik, tapi orang-orang Tiongkok di zaman kuno menganjurkan keharmonisan antara manusia dan alam, eksistensi burung jenis itu senantiasa dalam keadaan reproduksi alami. Tapi di RRT zaman sekarang, burung yang dianggap mirip dengan burung pipit dada kuning pun dalam skala besar dikirim ke meja makan restoran dan mengalami tragedi pemusnahan hingga terancam punah. Partai Komunis Tiongkok (PKT) dalam Revolusi Kebudayaan telah menghancurkan budaya tradisional dan semua hal dipandang demi uang, sehingga menghasilkan masyarakat yang segala tindak tanduknya sembarangan tanpa mempedulikan akibat perbuatan mereka terhadap keseimbangan alam.

Pola makan tradisional Tiongkok sering memperhatikan “Jika belum musimnya pantang memakan, jika makan harus sesuai musimnya”. Budaya tradisional Tiongkok mengajarkan bahwa makhluk hidup di atas Bumi ini berdasarkan kehormanisan alam lingkungan untuk menemukan tempat mereka dalam reproduksi dan pengembangan. Konsep semacam ini dibangun di atas kemanunggalan dan keharmonisan antara individu dan masyarakat serta manusia dan alam. Budaya kuliner dari perwujudan “Keindahan yang diciptakan dari keharmonisan” yang melalui penyelarasan pernah memengaruhi seluruh kehidupan kuliner Tiongkok.

Menurut data dari Baidu Baike, burung pipit dada kuning adalah burung penyanyi jenis kecil dengan panjang tubuh 14-15 cm. Dahi, kepala, dagu, dan tenggorokan bagian atas rata-rata berwarna hitam dengan strip coklat; bulu ekor berwarna kecoklatan; bagian tubuh atas lainnya berwarna merah marun; bagian tengah sayap terdapat strip putih; bagian leher dan dada berwarna kuning kecoklatan; di bawah ekor berwarna putih; bagian tubuh bawah lainnya berwarna kuning cerah. Habitat burung pipit dada kuning terdapat di dataran berbukit dan terbuka, daerah semak, padang rumput, dan tepi hutan. Makanan pokok mereka umumnya adalah biji-bijian, terkadang juga serangga, paruh mereka berbentuk kerucut, dibandingkan dengan jenis burung pipit lain tampak relatif lebih kecil dan ringkih. (Hui/Yant)