Semakin Memanas! Rusia Kirim Dua Pembom Nuklir untuk Berpatroli di Belarus yang Berseteru dengan Uni Eropa

Rusia mengerahkan dua pesawat pembom strategis berkemampuan nuklir dalam misi pelatihan di BelarusĀ  berturut-turut pada Kamis (11/11/2021) yang menunjukkan dukungan kuat Moskow untuk sekutunya di tengah krisis tentang imigran di perbatasan Polandia-Belarus.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengatakan dua pembom strategis Tu-160 Rusia berlatih pengeboman di lapangan tembak Ruzany, yang terletak di Belarus sekitar 37 mil sebelah timur perbatasan dengan Polandia. Disebutkan juga, sebagai bagian dari pelatihan bersama, jet tempur Belarusia mensimulasikan penyusupan. 

Dikutip dari Associated Press, misi tersebut menandai kedua kalinya dalam dua hari, Rusia mengerahkan pesawat pembom berkemampuan nuklirnya ke Belarus.

Dua pesawat pembom jarak jauh Tu-22M3 Rusia juga terbang pada Rabu 10 November. Sedangkan aset pertahanan udara Belarusia berlatih mencegat mereka.

Kementerian Pertahanan Belarusia mengklaim,  penerbangan pembom Rusia semacam itu dilakukan secara rutin.

Militer Rusia mengatakan para pembom menghabiskan lebih dari 4 1/2 jam di udara, selama misi yang dimaksudkan untuk mendukung aliansi negara-negara tersebut. Disebutkan bahwa patroli pesawat pengebom ā€œtidak ditujukan terhadap negara ketiga mana pun.ā€

Rusia mendukung penuh Belarusia di tengah kebuntuan ketika ribuan migran dan pengungsi, kebanyakan dari Timur Tengah, berkumpul di sisi perbatasan Belarus-Polandia dengan harapan bisa menyeberang ke Eropa Barat.

Uni Eropa menuduh Presiden otoriter Belarus Alexander Lukashenko mendorong penyeberangan perbatasan ilegal sebagai “serangan hibrida” untuk membalas sanksi Uni Eropa terhadap pemerintahnya. Tak lain, atas tindakan kerasnya terhadap perbedaan pendapat internal setelah pemilihan kembali Lukashenko yang disengketakan pada tahun 2020.

Belarus membantah tuduhan tersebut, akan tetapi mengatakan tidak akan lagi menghentikan pengungsi dan migran yang mencoba memasuki Uni Eropa. 

Kementerian Pertahanan Belarus menuduh Polandia melakukan penumpukan militer yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di perbatasan. Belarus mengatakan bahwa kontrol migrasi tidak menjamin konsentrasi 15.000 tentara yang didukung oleh tank, aset pertahanan udara, dan senjata lainnya.

ā€œKelihatannya  seperti membentuk kelompok pasukan penyerang,ā€ kata kementerian Belarus, seraya menuding penumpukan militer Polandia mendorong Belarus untuk meresponnya dengan tindakan ā€œbaik secara independen maupun dalam perjanjian yang ada dengan sekutu strategis kami,ā€ sebuah pernyataan yang merujuk kepada Rusia.

Rusia dan Belarus memiliki perjanjian kerjasama dengan hubungan politik dan militer yang erat. Lukashenko  menekankan perlunya meningkatkan kerja sama militer dalam menghadapi apa yang dia gambarkan sebagai tindakan agresif oleh sekutu NATO.

Lukashenko menyebutkan penerbangan pembom Rusia sebagai respon yang diperlukan untuk ketegangan di perbatasan Belarus-Polandia.

ā€œBiarkan mereka berteriak dan mencicit. Ya, itu pengebom berkemampuan nuklir, tapi kami tak punya pilihan lain,ā€ kata Presiden yang menjabat sejak Tahun 1994 itu.

Kolonel Jenderal Pensiunan Leonid Ivashov, mantan kepala departemen kerjasama luar negeri Kementerian Pertahanan Rusia, mengatakan penerbangan pembom Rusia di atas wilayah  Belarus dimaksudkan untuk menunjukkan dukungan Moskow terhadap sekutunya di tengah meningkatnya ketegangan.

“Latihan militer dan penerbangan pembom adalah bagian dari pelatihan untuk aksi bersama,” kata Ivashov seperti dikutip oleh kantor berita Interfax. 

ā€œDiperlukan untuk mencegah kemungkinan konflik militer yang dapat meningkat menjadi perang besar. Itu perlu untuk menunjukkan kesiapan kami,ā€ tambahnya.Ā 

Di tengah ketegangan di perbatasan Belarusia-Polandia, Rusia  mendukung penuh Belarus, menuduh  Barat mengacaukan Timur Tengah. Oleh karena itu, harus memikul tanggung jawab atas para migran dan pengungsi yang mencari keselamatan di Eropa.

Pada saat yang sama, Moskow dengan marah menolak klaim Polandia bahwa Rusia membantu menimbulkan situasi dengan dimensi kemanusiaan dan politik.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mencatat ribuan tentara dikerahkan di kedua sisi perbatasan Polandia-Belarus. “Ini merupakan penyebab keprihatinan mendalam dari semua orang yang berpikiran waras di Eropa,” ujarnya.

Ditanya tentang permintaan Kanselir Jerman Angela Merkel agar Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan pengaruhnya di Belarus, Peskov menjawab ā€œRusia, seperti semua negara lain, sedang berusaha membantu menyelesaikan situasi.ā€ Ia mengatakan, Putin tetap berhubungan dengan Lukashenko, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

Maskapai penerbangan nasional Rusia, Aeroflot, menanggapi laporan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan sanksi terhadap maskapai tersebut atas dugaan keterlibatannya dalam membawa pengungsi dan migran ke Belarus. Aeroflot menolak keras klaim tersebut.

“Informasi tentang partisipasi atau bantuan Aeroflot untuk mengatur transportasi massal migran ke wilayah Belarus tidak sesuai dengan kenyataan,” kata maskapai itu dalam sebuah pernyataan.

Aeroflot mencatat, mereka tidak melakukan penerbangan reguler atau charter ke Irak atau Suriah dan tidak memiliki penerbangan antara Istanbul dan Minsk.

Ditanya tentang laporan kemungkinan sanksi Uni Eropa terhadap Aeroflot, juru bicara Kremlin Peskov merujuk  penyangkalan pihak maskapai itu, karena secara sadar mengangkut pencari suaka yang menuju Eropa.

ā€œMudah-mudahan ide gila seperti itu hanya ada di media-media hoaks itu,ā€ tutur kepada wartawan. (asr)