Konflik Kekerasan yang Dipicu Protes Terhadap Blokade Epidemi Babak Baru Terjadi di Banyak Negara Eropa

 oleh Li Xin

Protes berskala besar pecah di negara – negara Eropa pada akhir pekan ini. Puluhan ribu orang turun ke jalan untuk menentang penerapan lockdown babak baru yang kemudian memicu konflik kekerasan

Akhir pekan ini, serangkaian demonstrasi terjadi di Eropa untuk memprotes perintah vaksinasi serta Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang lebih ketat untuk mencegah kian parahnya penyebaran epidemi COVID-19 di musim dingin.

Warga di Austria, Kroasia, Italia, Irlandia Utara, Belanda, dan Pulau Guadeloupe di Prancis telah mengorganisir aksi unjuk rasa.

Di Belanda, setelah polisi menembaki pengunjuk rasa yang protes di Kota Rotterdam, kerusuhan kedua pecah lagi di Den Haag pada Sabtu malam.

Menurut BBC, para pengunjuk rasa di Den Haag melemparkan kembang api dan sepeda yang dibakar ke arah polisi, yang menggunakan kuda, anjing, dan tongkat untuk membubarkan kerumunan.

Pejabat pemerintah Belanda mengatakan bahwa setidaknya 5 orang polisi yang bertugas mengalami luka dalam kerusuhan itu, salah satunya terluka di bagian lututnya sehingga perlu dijemput oleh mobil ambulans.

Meskipun lebih dari 70% penduduk negara itu telah divaksinasi sepenuhnya, tetapi setelah kasus infeksi kembali mencapai rekor puncak pada akhir pekan lalu, pemerintah Belanda mulai menerapkan kebijakan PPKM selama 3 pekan. Diantaranya, bar dan restoran harus tutup pada pukul 20.00, dan melarang adanya keramaian pada acara pertandingan olahraga.

Di Kota Belfast, Irlandia Utara, ratusan orang warga juga berkumpul di luar balai kota untuk memprotes pembuatan paspor vaksin. Pasar Natal di sana sedang berlangsung, tetapi hanya warga pemegang sertifikat negatif COVID-19 dan yang sudah divaksinasi boleh masuk arena.

Di Kota Roma, Italia, sekitar 3.000 orang memprotes penerapan “Green Pass”. Untuk mendatangi tempat kerja lokal, restoran, bioskop, teater, stadion, dan pusat kebugaran semuanya harus menunjukkan “Green Pass” yang membuktikan bahwa yang bersangkutan sudah divaksinasi.

Unjuk rasa di Austria pada hari Sabtu bahkan lebih besar lantar puluhan ribu orang warga yang ikut berpartisipasi. Pemerintah negara itu sebelumnya telah mengumumkan rencana penerapan blokade nasional babak baru, dan mulai memberlakukan perintah vaksin pada bulan Februari tahun depan. Blokade akan dimulai pada Senin (22/11) dan berlangsung selama 10 hari, meskipun mungkin dapat diperpanjang menjadi 20 hari.

Unjuk rasa di sana rupanya juga memicu terjadinya konflik kekerasan. Pada malam hari itu, para demonstran melemparkan botol, kaleng bir ke arah polisi dan menembakkan kembang api, kemudian polisi menggunakan semprotan merica untuk membubarkan massa. Pihak berwenang mengatakan bahwa, pihaknya telah menahan beberapa orang pengunjuk rasa, tetapi tidak memberikan jumlah pasti.

Di Kroasia, ribuan orang turun ke jalan untuk memprotes pemberlakuan vaksinasi wajib bagi pejabat publik.

Di Swiss, sekitar 2.000 orang berkumpul untuk menentang referendum mendatang, tentang apakah akan menyetujui undang-undang pembatasan terhadap COVID-19. Para pengunjuk rasa mengklaim bahwa undang-undang itu memiliki unsur diskriminatif.

Di Pulau Guadeloupe, Prancis, pengunjuk rasa memblokir jalan dan membakar mobil sebagai tanggapan atas rencana pemerintah memberlakukan ‘Health pass’ bagi warga yang hendak memasuki restoran atau tempat-tempat umum lainnya.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin mengatakan bahwa polisi telah menahan sedikitnya 29 orang peserta unjuk rasa.

Pihak berwenang Prancis mengatakan bahwa, mereka akan mengirim sekitar 200 orang petugas polisi lagi ke pulau tersebut guna memulai jam malam pada hari Selasa.

Protes berskala besar juga terjadi di ibu kota Belgia, Brussel pada hari Minggu. Menurut sebuah laporan yang disampaikan oleh Associated Press, banyak petugas polisi di Brussel yang memperkirakan bahwa para pengunjuk rasa setidaknya diikuti oleh 35.000 orang, dan sebagian besar dari mereka pulang setelah rapat umum, tinggal ratusan orang yang tersisa bentrok dengan polisi. Mereka melemparkan benda-benda yang ditemukan ke arah polisi, menghancurkan mobil, membakar tong sampah, kemudian polisi membalas dengan gas air mata dan meriam air.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pekan lalu, bahwa Eropa saat ini sedang menjadi hotspot epidemi global COVID-19, dan merupakan satu-satunya wilayah di mana jumlah kematian terus meningkat. Lonjakan infeksi telah membanjiri rumah sakit di banyak negara Eropa Tengah dan Timur, termasuk Ukraina, Rusia, Rumania, Republik Ceko, Slovakia dan lainnya. (sin)