Bangsawan yang Lembut dan Tanpa Pamrih : Lukisan ‘’Pengantin Bertuccio’ karya Edward Robert Hughes

ERIC BESS

Terkadang, kita berpegang erat pada hal-hal dalam hidup kita. Untuk menghindari penderitaan dan kesulitan, kita mungkin berpikir adalah bijaksana untuk memperoleh dan menimbun kekayaan sebanyak mungkin. Namun pada kenyataannya, dengan berfokus pada kekurangan kita, atau ketakutan yang kita miliki, kita mungkin menyebabkan banyak malam tanpa tidur (kegelisahan).

Saya baru-baru ini menemukan sebuah lukisan karya Edward Robert Hughes yang berjudul “Pengantin Bertuccio”, yang menampilkan sikap besar pengorbanan yang tulus. Menurut kisah Bertuccio, kebijaksanaan agung terletak pada pemberian amal dan sukacita.

Kisah Bertuccio

Kisah Bertuccio diceritakan dalam “The Nights of Straparola” (Malam-Malam Straparola) oleh Giovanni Francesco Straparola, yang hidup sebagai seorang  penulis  selama masa Renaissance di Italia. Untuk melihat lebih dekat lukisan Edward Robert, pertama-tama kita harus tahu cerita Bertuccio.

Bertuccio berusia 15 tahun ketika ayahnya meninggal. Ayahnya meninggalkan sedikit warisan untuknya, tetapi Bertuccio hanya mendapatkan 300 dukat dari warisan ayahnya pada usia 25 tahun nanti. Ketika ia berusia 25 tahun, ia meminta ibunya 100 dukat dari 300 dukat yang diizinkan. Ibu Bertuccio memberinya warisan itu, tetapi dia memohon kepada anaknya — yang tidak terlalu pintar — untuk menggunakan uang itu dengan bijak agar mereka tidak menjadi lebih miskin.

Bertuccio dan Orang yang Dibunuh

Bertuccio mengambil uang itu dan melakukan perjalanan. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang pencuri pembunuh yang memukuli mayat seorang pria yang telah dia rampok dan bunuh. Bertuccio turun tangan dan menawarkan uang atas mayat pria itu. Pencuri setuju untuk menyerahkan mayat pria itu dengan imbalan sebesar 80 dukat. Bertuccio membawa jenazahnya ke sebuah gereja dan mempersembahkan 20 dukatnya yang tersisa agar jenazah pria itu dikuburkan dengan baik.

Setelah dia kembali ke rumah, ibunya bertanya apa yang telah dia lakukan dengan uangnya, dan Bertuccio menjelaskan bagaimana dia menggunakannya. Ibunya menjadi kesal terhadapnya. Bagaimanapun juga, Bertuccio merasa bahwa dia telah melakukan hal yang benar, dan tetap merasa gembira meskipun ibunya marah.

Bertuccio dan sang Putri

Segera setelah itu Bertuccio meminta 200 dukat terakhir dari warisannya kepada ibunya. Sang ibunya kurang percaya padanya dan merasa enggan, lalu dengan marah ia menyuruh Bertuccio mengambil uangnya dan tidak pernah kembali ke rumah lagi. Tanpa gentar Bertuccio menenangkan ibunya dan mengatakan bahwa kali ini dia akan menggunakan uang tersebut dengan baik.

Bertuccio melakukan perjalanan lagi dan melihat dua tentara sedang memperebutkan seorang gadis yang mereka tangkap. Bertuccio kembali turun tangan dan memberi tahu para prajurit bahwa dia akan membeli kebebasan gadis itu seharga 200 dukat. Kedua prajurit itu setuju dan membagi uang itu di antara mereka sendiri.

Bertuccio membawa gadis itu ke rumahnya untuk menemui ibunya. Dia mengatakan kepadanya bahwa dia telah menghabiskan 200 dukatnya untuk kebebasan gadis itu, dan sekarang gadis itu bisa menjadi teman ibunya. Tentu saja, ibunya sangat marah dan bahkan berharap Bertuccio mati, karena dia percaya bahwa suatu hari nanti Bertuccio akan menghancurkan keluarga mereka. Namun, sekali lagi Bertuccio tidak membiarkan kata-kata ibunya membuatnya marah dan malah mencoba menghibur sang ibu.

Pernikahan dan Pengorbanan Bertuccio

Bertuccio dan ibunya tidak tahu bahwa gadis muda itu sebenarnya adalah Putri Tarquinia, putri Raja Novarra. Raja yang merasa kehilangan, mengirimkan bala tentara untuk menemukan putrinya yang hilang. Mereka menemukannya di rumah Bertuccio, dan Bertuccio dengan senang hati mendoakan yang terbaik untuk sang Putri saat pergi bersama para prajurit. 

Namun, sebelum Putri Tarquinia meninggalkan rumah Bertuccio, dia mengatakan kepadanya bahwa ketika ayahnya mengizinkannya untuk menikah, Bertuccio harus datang ke istana dan mengidentifikasi dirinya dengan meletakkan tangan kanannya di kepalanya. Bertuccio setuju.

Segera raja mengumumkan bahwa Tarquinia akan menikah, para pelamar dari seluruh penjuru pergi ke istana untuk mendapatkan sang putri dalam pernikahan. Bertuccio segera melompat ke kudanya yang kurus dan tua, pergi ke istana Raja Novarra. Dalam perjalanan, dia bertemu dengan seorang bangsawan kaya, yang bertanya kepada Bertuccio mau ke mana dia pergi. Bertuccio menceritakan seluruh kisah kepada bangsawan itu. Mendengar cerita itu, bangsawan itu mengancam akan menggantikan Bertuccio sebagai pelamar.

Bertuccio menawarkan kekayaannya untuk menyelamatkan hidup. “Pengantin Bertuccio,” 1895, oleh Edward Robert Hughes. Cat Air dan Guas di Kertas Putih, 39,5 inci kali 30 inci. (Domain publik)

Dengan polos Bertuccio malah mendorong  bangsawan  itu  untuk  pergi  ke  istana  dan   berharap dia  beruntung  dalam  memenangkan cinta sang putri. Bangsawan itu merasa terkejut dengan tanggapan ini, dan akhirnya malah memutuskan untuk memberikan Bertuccio kuda dan pakaian barunya selama Bertuccio setuju untuk memberikan setengah dari hadiah yang diterimanya dari raja. Bertuccio setuju, dan dia pergi menuju istana.

Pengantin Bertuccio

Dengan mengenakan pakaian dan menunggang kudanya yang baru,  membuat  Bertuccio  menonjol di antara pelamar lainnya di istana. Ketika waktunya tepat, Bertuccio membuat isyarat dengan tangannya, dan Tarquinia memilihnya untuk menjadi suaminya. Pasangan itu menikah dengan bahagia.

Namun, dalam perjalanan kembali ke rumah Bertuccio, pengantin baru itu bertemu dengan bangsawan itu. Bangsawan itu meminta imbalannya, dan Bertuccio dengan rela menawarkan setengah dari semua yang dia terima. 

Namun, bangsawan itu bertanya tentang bagaimana membagi Tarquinia. Haruskah mereka memotongnya menjadi dua? Bertuccio meminta bangsawan untuk mengambil dan membiarkan Tarquinia hidup. Dia kemudian berterima kasih kepada bangsawan itu atas kebaikannya sebelum dia memulai perjalanannya lagi.

Bangsawan itu sangat terkesan dengan watak tanpa pamrih Bertuccio dan mengungkapkan dirinya adalah roh dari pria yang dibunuh oleh pencuri itu. Untuk membalas kebaikan dan ketidakegoisannya, bangsawan itu memberikan kekayaan besar kepada Bertuccio, yang pulang ke rumah ibunya. Ibunya akhirnya terkesan dengan kekayaan dan sang putri.

‘Pengantin Bertuccio’ Hughes

Lukisan Edward Robert menggambarkan saat Ber- tuccio rela memberikan setengah dari kekayaannya kepada bangsawan. Titik fokusnya adalah Bertuccio, yang berbaju warna oranye yang kalem, membuatnya menonjol dengan latar belakang biru dan hijau yang sejuk. Dia berlutut dengan satu lutut, menatap bang- sawan, dan mempersembahkan barang-barang berharga yang menempati posisi di sudut kanan bawah komposisi.

Karena mereka bertukar pakaian sebelum Bertuccio sampai ke istana, bangsawan itu mengenakan pakaian compang-camping Bertuccio. Bangsawan itu bersandar apatis di sebatang pohon. Dia memegang pedang yang ingin dia gunakan untuk memotong sang putri menjadi dua dan menatap Bertuccio.

Di sebelah kiri, di latar belakang, berdiri istri Bertuccio, Putri Tarquinia. Dia menonton adegan itu dengan ketakutan bahwa dia akan dipotong dua. Di latar belakang di sebelah kanan, kedua kuda melihat pemandangan yang indah.

Bangsawan yang lemah lembut

Kisah Straparola dapat mengubah pemahaman kita tentang bangsawan dan kekayaan. Di permukaan, semua karakter dalam cerita ada di dunia yang serba kekurangan. Semua karakter tidak memiliki sesuatu: Sang ibu tidak memiliki anak yang pandai; mayat tidak dihormati dan tidak memiliki hak pemakaman yang layak; sang putri tidak memiliki kebebasannya; dan raja tidak memiliki putrinya.

Adapun karakter yang buruk (antagonis), mereka tidak hanya kekurangan sesuatu tetapi juga bertindak untuk mengambil apa yang mereka inginkan. Para prajurit ingin menculik gadis itu dan melakukannya, pencuri menginginkan  uang  dan  membunuh  untuk itu, dan bangsawan menginginkan setengah dari kekayaan Bertuccio dan menyarankan untuk memotong pengantin wanita menjadi dua.

Bagaimanapun juga Bertuccio, tidak ada di dunia dengan jalan ini. Dia tidak memandang dunia sebagai kekurangan dan melihat tidak perlu mengambil darinya. Sebaliknya, ia mengalami kehidupan dari sudut pandang kelimpahan. Dia ingin memberikan apa yang dia miliki untuk kepentingan orang lain. Banyak tokoh karakter lain tidak bahagia, tetapi kekayaan Bertuccio, baik secara kiasan maupun harfiah, berasal dari kemampuannya yang menyenangkan untuk melepaskan apa pun yang tampaknya adalah miliknya. Dia kaya secara materi dan emosional karena dia tidak mementingkan diri sendiri.

Yang cukup menarik, pelukis Edward Robert menggambarkan Bertuccio yang miskin sebagai orang kaya meskipun dia berlutut di hadapan si bangsawan dan mempersembahkan setengah dari kekayaannya. Bertuccio adalah orang kaya meskipun tidak terlalu peduli dengan kekayaan.

Tentu saja, bangsawan itu akan mengungkapkan dirinya sebagai roh orang mati dan tampaknya menguji Bertuccio untuk memastikan bahwa dia layak mendapatkan kekayaan, tetapi ini tidak menghilangkan fakta bahwa Bertuccio yang lemah lembut dilukis sebagai bangsawan kaya dan bangsawan kaya — saat ia memainkan peran seseorang yang akan memotong seseorang menjadi dua — ditampilkan dalam pakaian dan sosok yang buruk. Dengan kata lain, orang yang benar-benar kaya adalah orang yang memberi dan bukan orang yang dengan cerdik mencoba mengambil.

Bertuccio ditunjukkan sesaat sebelum dia menerima lebih dari yang dia berikan. Apakah lukisan Edward Robert merupakan pengingat bahwa karakter yang baik dihargai dan bahwa kita menuai apa yang kita tabur? Apakah sikap lembut Bertuccio menunjukkan bahwa karakternya adalah penyebab kekayaannya? Apakah penggambaran Edward Robert tentang Bertuccio merupakan ilustrasi dari jenis bangsawan tertentu: seorang pria yang lemah lembut dalam pengejaran duniawi, tetapi mulia karena tidak mementingkan diri sendiri? (yud)

Pernahkah Anda melihat sebuah karya seni yang Anda pikir indah tetapi tidak tahu apa arti- nya? Dalam serial kami “Mencapai Ke Dalam: Apa yang Ditawarkan Seni Tradisional untuk Hati”, kami menafsirkan seni visual klasik dengan cara yang mungkin berwawasan moral bagi kita di hari ini. Kami mencoba mendekati setiap karya seni untuk melihat bagaimana kreasi sejarah manusia dapat menginspirasi diri kita pada kebaikan bawaan kita sendiri.

Eric Bess adalah seniman representasional dan merupakan kandidat doktoral di Institute for Doctoral Studies in the Visual Arts (IDSVA).