Harga Pangan di Kota Tertutup Xi’an, Shaanxi, Tiongkok Melonjak, Warga Kehilangan Anak Setelah Rebutan Membeli Makanan di Pasar dan Supermarket

Luo Tingting – NTDTV.com

Setelah Kota Xi’an, Shaanxi, Tiongkok yang berpenduduk 13 juta jiwa mengumumkan penutupan kota, warga membanjiri supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari, beberapa orang hanya berhasil mendapatkan makanan dan kehilangan anak-anak mereka.

Warga mengungkapkan bahwa harga sayuran sekarang meroket, dan beberapa komunitas pemukiman tidak mengizinkan orang-orang keluar untuk berbelanja, dan mereka tidak dapat membeli barang secara online. Bahkan, beberapa netizen mengeluhkan informasi dari pemerintah tentang epidemi yang tidak transparan, yang membuat orang-orang semakin cemas. 

“Siapa? Siapa yang membeli bahan makanan dan kehilangan bayinya!”

Kota Xi’an dilanda wabah demam berdarah dan wabah virus COVID-19. Kini kota tersebut telah di-lockdown sejak Kamis (23/12/2021). Sehari sebelum penutupan kota, warga buru-buru ke supermarket untuk membeli bahan makanan . Video yang beredar menunjukkan bahwa semua supermarket besar penuh sesak dan warga berdesakan.

Di sebuah supermarket kecil di Distrik Weiyang, Xi’an, petugas yang hanya baru saja meletakan seikat sayuran di rak, tetapi segera diperebutkan oleh pelanggan, dan semua makanan pokok seperti mie cepat saji ludes diborong warga.

Beberapa warga mengatakan bahwa setelah menunggu di supermarket selama setengah jam, mereka “belum bisa sampai ke kasir.”

Sebuah video menunjukkan bahwa di sebuah supermarket di komunitas yang tertutup, seseorang berebutan membeli dan kehilangan anaknya .

Seorang pria yang mengenakan jaket kapas hitam mengangkat seorang anak kecil dengan tangan di atas kepalanya dan berteriak, “Siapa? Siapa yang membeli makanan dan kehilangan bayinya!”

Pria itu berteriak beberapa kali dan tidak ada yang menjawab .Anak yang diangkat tinggi olehnya mengenakan masker kecil, memegang mainan kecil yang dikalungkan di dada dengan kedua tangannya , dan melihat sekeliling, seolah mencari orang tuanya.

Dilaporkan bahwa keluarga anak itu berada di supermarket dan kemudian membawa anak itu pulang.

Harga Pangan Melonjak Setelah Xi’an Menutup Kota, Sehingga Menyulitkan Warga untuk Berbelanja

Menanggapi situasi warga yang terburu-buru untuk memborong barang, Biro Perdagangan Kota Xi’an mengklaim bahwa pasokan bahan pangan masih cukup dan meminta masyarakat untuk tidak panik dan tidak panik membeli barang. Namun demikian, banyak netizen Xi’an mengungkapkan bahwa harga makanan melonjak setelah Xi’an ditutup, dan beberapa komunitas tidak mengizinkan orang-orang untuk berbelanja sama sekali. Warga juga kesulitan  berbelanja online.

Beberapa netizen mengatakan: “Jadi apa, tes asam nukleat dilakukan pada 10:22 kemarin pagi, hasilnya belum keluar. Sudah 24 jam, dan akan kadaluarsa dalam waktu kurang dari 24 jam. Juga, ada buletin  mengatakan, setiap dua hari ada satu orang yang bisa membeli perbekalan, tapi nyatanya pihak kluster tidak mengizinkan orang-orang keluar komplek. Pihak pengelola properti mengatakan bahwa harus membeli makanan secara online dan mengantarkannya ke pintu komunitas, tapi ternyata tidak ada makanan yang dijual di Internet sama sekali!”

(tangkapan layar mikroblog)

Seorang netizen memposting gambar harga sayuran di Internet  yakni bawang putih, paprika hijau, dan daun bawang semuanya naik menjadi lebih dari sepuluh yuan. 

“Sayuran ini masing-masing tidak lebih dari lima yuan ketika sehari sebelumnya, tapi sekarang sudah naik semuanya,” demikian tulisan seorang netizen. 

(tangkapan layar mikroblog)

Beberapa netizen juga mengatakan: “Komunitas telah ditutup selama tiga hari dan tidak ada rencana untuk pengadaan bahan makanan. Sambil berteriak untuk tidak menimbun bahan makanan, tetapi tidak dapat melindungi kebutuhan hidup dasar warga. Ini benar-benar lelucon.”

(tangkapan layar mikroblog)

Beberapa netizen mengatakan: “Kemarin kota ini tutup. Kami pergi ke supermarket untuk membeli barang-barang. Kami didorong oleh kerumunan yang padat. Kami bangun jam 7 dan memesan . Akhirnya kami mengambil pesanan terakhir hari itu , tapi masih ada yang tidak ada stock. Lumayan lah, walaupun tidak sesuai dengan batas waktu sebelumnya, tapi dikirim di hari yang sama.”

Komunitas ditutup lebih cepat, dan ada lansia yang sudah tidak makan selama 3 hari

Selain itu, beberapa komunitas di Xi’an dilockdown sebelum “penutupan kota.” Banyak penduduk tidak punya waktu untuk menyiapkan persediaan makanan. Ada kekurangan pasokan yang serius, dan harga sayuran naik berlipat ganda atau tiga kali lipat. 

Penyewa Wang Gang (nama samaran) dari Gedung 15 di Komunitas Xi’an Changfengyuan mengatakan kepada wartawan The Epoch Times pada tanggal 21 Desember, bahwa komunitas tersebut tiba-tiba ditutup pada tanggal 17 Desember, dan hanya dua atau tiga hari kemudian diketahui bahwa ada kasus terkonfirmasi pasien COVID-19 di komunitas.

Wang Gang berkata, “Karena tidak ada pemberitahuan, tidak ada makanan sama sekali di rumah. Saya membeli beberapa mie instan dari toko sebelah kompleks pada sore itu dan memakannya selama dua hari. Pada hari ketiga, kata pemilik toko,  rak-raknya kosong dan barang-barangnya sudah habis semua. “

Warga itu berkata ; “Setelah ia memposting pesan di Weibo, masalah ini hanya diselesaikan sedikit, dan sekarang ia hanya mendapat sedikit pasokan makanan. Tetapi harga makanan telah berlipat ganda atau tiga kali lipat.”

Wang Gang berkata bahwa setiap rumah tangga di setiap rumah memiliki segel dan tidak bisa beraktivitas. Pintu unit juga dikunci dari luar dengan rantai besi.Jika terjadi kebakaran, semua orang “tidak dapat melarikan diri”.

Warga di sebuah komunitas memposting di Weibo, “Staf yang melakukan (pengujian) asam nukleat hari ini mengatakan bahwa seorang lelaki tua di lantai 24 belum makan selama 3 hari.” Beberapa netizen segera menanggapi, “Itu sangat berbahaya. orang tua itu tidak mendapatkan makan selama 3 hari.”

Keterangan : Warga Komunitas Fengyuan memposting di Weibo. (Disediakan oleh narasumber)

Karena menjalani isolasi, tidak ada yang bertanya atau peduli tentang insiden kelaparan. Seorang penyewa Huang Min (nama samaran) mengatakan kepada The Epoch Times bahwa banyak warga di Komunitas Changfengyuan pergi ke atap gedung pada malam 20 Desember, dan beberapa dari mereka membawa speaker dan bernyanyi di atap. Ada juga yagn berteriak  untuk menarik perhatian.

Netizen Cemas: Informasi Tentang Epidemi Kacau Balau dan Tidak Transparan

Banyak netizen mengeluh bahwa informasi tentang situasi epidemi yang diumumkan oleh pemerintah Xi’an membingungkan dan tidak transparan. 

Beberapa netizen mengatakan: “Komunitas kami telah diblokir. Ada yang mengatakan bahwa ada satu kasus, dan yang lainnya mengatakan bahwa itu adalah positif palsu. Bos juga mengatakan bahwa dia bisa pergi bekerja minggu depan. stasiun jauh dari tempatnya, dan di sana terdapat penumpang terbanyak pada saat itu.”

 

(tangkapan layar mikroblog)

(tangkapan layar mikroblog)

Netizen lain berkata: “Data diagnosis di Xi’an terlalu berantakan. Bisakah Anda melaporkan semuanya sekaligus? Ada juga tes asam nukleat. Pihak pengelola properti mengetuk pintu sekitar pukul 1 pagi untuk tes COVID019 putaran ketiga , antri di lift (ramai)i. Di komunitas (ramai orang), sesampainya di titik tes COVID-19, sampelnya hilang, lalu kembali dan antre masuk ke komunitas (ramai orang) , dan melihat masyarakat juga antre untuk membeli makanan (ramai orang).”

(tangkapan layar mikroblog)

Beberapa netizen juga mengungkapkan bahwa komunitas tempat tinggalnya berada  tiba-tiba ditutup, tetapi staf manajemen komunitas tidak memberitahukan alasan penutupan sehingga menyebabkan kepanikan.

Netizen lainnya juga mengeluh bahwa penduduk setempat menjalani test COVID-19 setiap hari, tetapi hasil tes tidak keluar sama sekali. (Hui/asr)

(tangkapan layar mikroblog)