Saat Dunia Menyambut Tahun Baru 2022, Orang-orang di Xi’an, Tiongkok Meratapi Kelaparan

oleh Li Yun, Gu Xiaohua, dan Shu Can 

Situasi epidemi di Shaanxi terus meningkat. Menurut data Komisi Kesehatan setempat, pada (31/12), diklaim ada 174 kasus baru yang dikonfirmasi di provinsi tersebut. Sejak Kamis (9/12/2021), Xi’an diklaim terdapat 1.451 kasus. Karena data epidemi versi pemerintahan Tiongkok tidak transparan, situasi sebenarnya masih belum terverifikasi.

Xi’an ditutup pada 23 Desember 2021, karena epidemi yang parah, menyebabkan kehidupan masyarakat setempat berada dalam situasi yang sulit.

“Begitu berita penutupan kota keluar, semua orang di Xi’an bergegas memborong makanan. Pemerintah menyerukan untuk tidak berebut berbelanja. Pemerintah mengatakan bahwa bahan makanan cukup, lalu Xu  tidak berebut berbelanja. Ada toko swalayan supermarket di lantai bawah di komunitas tempatnya berada. Akan tetapi, Ketika kota ditutup pada 23 Desember, pasar Swalayan membeli sejumlah besar sayuran dan menjualnya kepada penduduk komunitas,” ujar Xu, penduduk Distrik Yanta, Xi’an.

https://www.youtube.com/watch?v=2fh8t8WeLEc

Xu, mengatakan bahwa mereka pikir bahan pangan cukup dan tidak terburu-buru untuk membelinya, juga tidak menimbun sayuran. Celakanya, pada 27 Desember 2021, kontrol epidemi Xi’an ditingkatkan, dan warga tidak diizinkan keluar rumah lagi untuk membeli persediaan makanan.

Xu, juga menuturkan, ia bertanya kepada seorang staf tentang  warga yang tidak diizinkan untuk berbelanja. Pasalnya, warga sudah kehabisan stok makanan. Lalu apa yang harus warga makan. 

Kemudian staf itu berkata, “Saya tidak peduli, kamu mau makan apa.” Saat itu, warga menimpali kepadanya “Jika kamu tidak peduli dengan apa yang saya makan atau minum, bagaimana saya bisa bekerja sama dengan Anda, dan beberapa orang-orang datang menarik warga itu. Xu menghentikannya, pada saat itu mereka  berteriak dengan keras.”

Banyak warga Xi’an juga mengeluh di dunia maya, mereka menulis curahan hati mereka.  “Tidak bisa membeli makanan”, “Saya akan mati kelaparan”, “Xi’an telah menjadi kota yang lapar”, “Berita juga mengatakan bahwa makanannya berlimpah dan harganya tidak meningkat. Semuanya bohong… ·”, “Telur kehabisan stok”, “Makanan hampir habis” dan topik lainnya bermunculan di daftar pencarian viral.

Yao, yang bekerja di Distrik Xincheng, Xi’an, mengatakan bahwa pemerintah awalnya mengatakan bahwa warga dapat pergi keluar untuk membeli persediaan sekaligus dalam dua hari. Kemudian jadi berbeda ketika kontrol pandemi ditingkatkan, warga benar-benar dalam situasi tertutup. Tidak ada bahan makanan untuk dimasak, hanya bisa makan roti dan sisa makanan, tetapi itu hanya bisa bertahan 1-2 hari saja.

“Banyak orang tinggal di Xi’an sekarang, seperti saya, menyewa rumah. Banyak orang seperti ini. Mereka tidak bisa memasak, dan kemudian mereka tidak bisa membeli pangan. Saya merasa sangat sedih. Saya tidak menyangka  mengalaminya sendiri. Setelah ini, mungkin saya masih memiliki sesuatu untuk dimakan di rumah, mungkin saya  merasa bahwa saya dapat menghabiskan dua hari dengan tenang. Memikirkan jika besok atau lusa  bahan makanan sudah habis, masih tidak bisa membeli apa-apa, saya menjadi semakin panik,” kata Yao.  

Seorang netizen lokal berkata, “Saya merasa bahwa Xi’an bukan diserang epidemi, tetapi diserang kelaparan. Semua orang Tiongkok tahu bahwa Xi’an diserang wabah. Hanya orang Xi’an yang berpikir sedang diserang kelaparan.”

Hal lebih menyedihkan adalah banyaknya orang yang terjebak di Xi’an. Mereka tidur di jalanan Xi’an yang dingin, apa yang mereka makan? Bagaimana untuk bertahan hidup? tidak ada yang mengetahuinya. (hui/asr)

Sumber : NTDTV.com