Gelombang PHK Melanda Real Estate Tiongkok, Karyawan yang Tertinggal Dipaksa Menerima Pemotongan Upah

oleh Lin Cenxin, Luo Ya dan Liu Fang 

Situasi pasar real estate Tiongkok telah menjadi perhatian dari berbagai lapisan masyarakat. Seorang manajer pengembang real estat di Kota Shanghai mengungkapkan tentang fenomena pengangguran di industri real estat Tiongkok yang ia lihat, dan perusahaan pengembang besar yang sedang mengalami krisis likuiditas saat ini

Industri real estate di daratan Tiongkok sedang mengalami gelombang pemutusan hubungan kerja, terutama sejak semester kedua tahun lalu.

Agen real estate di Kota Chengdu yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan : “Kebijakan pemerintah pada bulan Agustus adalah kebijakan yang terkait dengan pendidikan. Dari Agustus tahun lalu hingga hari ini, sudah ada lebih dari 10.000 orang karyawan meninggalkan perusahaan kami, dan hampir sama juga dialami perusahaan sejenis lainnya”.

Menurut data yang dikumpulkan oleh lejucaijing.com, bahwa lebih dari 50 perusahaan real estate termasuk Evergrande, Yango Group, Agile Property, Baoneng Group, Blue-ray, Modern Land, Fantasia Group, China Fortune Land Development, Powerlong, Risesun Real Estate Development Co. Ltd., Shimao Group, Zhongliang dan lainnya telah memberhentikan karyawan mereka dalam proporsi yang bervariasi. Dan, ruang lingkup PHK tidak hanya karyawan biasa, tetapi juga termasuk eksekutif perusahaan.

Ms. Wang, seorang manajer dari perusahaan pengembang real estate ternama di Kota Shanghai mengatakan kepada NTDTV, bahwa PHK yang dilakukan baik oleh perusahaan pengembang maupun industri Internet jumlahnya sangat signifikan, jadi pasar menunjukkan fenomena involusi. 

Ms. Wang mengatakan : “Tingkat pengangguran yang tinggi, dan involusi sudah tidak dapat dipungkiri. Tampaknya PHK di pabrik-pabrik besar industri Internet hingga tahun lalu sudah mencapai 30%. Sedangkan PHK di industri real estat lebih gila lagi, perusahaan sekali PHK 30% karyawan, kemudian PHK lagi 40%. Setidaknya dalam beberapa tahun terakhir kedua industri (Real estat dan Internet) favorit ini saja sudah mengalami kesulitan dalam mempertahankan usahanya. Entahlah ! Apa lagi yang harus saya katakan”.

Pada Kamis pekan lalu 20 Januari, People’s Bank of China mengumumkan pemotongan suku bunga pasar pinjaman sebesar 10 dan 5 basis poin untuk jangka waktu satu tahun dan lima tahun. Dunia luar percaya bahwa gelombang pemotongan suku bunga ini mungkin membutuhkan waktu untuk ditransmisikan ke sisi penjualan dan perusahaan real estat, sementara itu perusahaan swasta masih menghadapi kesulitan dalam mencari uang.

Ms. Wang mengatakan : “Perusahaan pengembang saat ini sedang menghadapi kekurangan likuiditas, kecuali perusahaan milik negara, karena mereka yang bisa mendapatkan tingkat bunga yang tiga koma sekian. Perusahaan swasta seperti kita, bisa-bisa mendapatkan 8 hingga 14 % (suku bunga)”.

Tahun lalu, kinerja 100 perusahaan real estat teratas menunjukkan pertumbuhan negatif, 80% perusahaan real estat gagal menyelesaikan target penjualan tahunan mereka, sehingga likuiditas perusahaan sangat ketat. 

Bahkan jika tidak ada PHK, karyawan yang tersisa akan dipaksa untuk menerima pemotongan upah. Ms. Wang mengatakan bahwa dirinya juga tidak berani menebak apakah perusahaan tahun ini masih bisa memberikan bonus akhir tahun kepada karyawan. (Sin)