Acara TV Tiongkok Menargetkan Para Pejabat yang Korup, Jack Ma Terlibat dalam Skandal Korupsi

Yang Wei

Televisi pemerintah Tiongkok, CCTV, menayangkan sebuah miniseri selama lima hari mengenai para pejabat yang korup. Cuplikan miniseri tersebut menampilkan Zhou Jiangyong, mantan pejabat tinggi kota Hangzhou, dan sebuah pusat perdagangan elektronik. Rincian kasus korupsi Zhou Jiangyong mengungkapkan bahwa Jack Ma  terlibat secara tidak langsung, yang menyebabkan Jack Ma kembali di bawah sorotan kampanye anti-korupsi yang diluncurkan Xi Jinping.

“Nol Toleransi” ditayangkan dari 15 Januari hingga 19 Januari. “Nol Toleransi” menampilkan 16 kasus pejabat yang korup. Zhou Jiangyong adalah sebuah contoh bagaimana kader setempat dapat memanfaatkan industri -industri swasta untuk keuntungan politik maupun ekonomi, menurut miniseri propaganda tersebut.

Zhou Jiangyong dan saudaranya, Jianyong, memperoleh aset perusahaan teknologi petrokimia swasta senilai lebih dari 1 juta dolar AS. 

Di bawah kewenangan Zhou Jiangyong, perusahaan tersebut menyediakan pabrik dan peralatan dengan imbalan “dukungan teknis” dari Jianyong. Perusahaan tersebut juga dibebaskan dari sewa tanah.

Jianyong juga “mendirikan bersama” perusahaan teknologi petrokimia lain tanpa modal. Ia memiliki 40 persen perusahaan tersebut–—lebih dari  2,2 juta dolar AS, modal terdaftar dan penambahan modal. Kesepakatan itu dimungkinkan karena pendiri lainnya membutuhkan seorang pendukung politik untuk bisnis-bisnis setempat, menurut media Tiongkok.

Selain itu, sebuah perusahaan konstruksi lokal telah berulang kali menyediakan atau meminjamkan uang kepada Jianyong, di mana total lebih dari  3,25 juta dolar AS. 

Kewenangan Zhou Jiangyong atas proyek setempat memfasilitasi transfer kepentingan ke perusahaan itu, menurut liputan CCTV.

Jianyong juga ikut mendirikan sebuah perusahaan teknologi informasi yang, dengan dukungan Zhou Jiangyong, memiliki hak-hak operasi sebagian dari sistem pembayaran seluler di dua departemen transportasi kereta bawah tanah setempat.

Permainan kekuasaan-uang yang dilakukan Zhou Jiangyong ada di mana-mana di rezim tersebut. Agar bisnis biasa berhasil di Tiongkok saat ini, atau bahkan untuk bertahan, dibutuhkan restu dan dukungan dari para pejabat partai komunis.

Adapun apa yang disebut “nol Toleransi” oleh pemimpin Tiongkok Xi Jinping terhadap korupsi, hampir tidak ada jiwa yang tidak bersalah di antara pejabat Partai Komunis Tiongkok. Mereka yang telah mampu mempertahankan kekuasaannya dan tetap menjabat juga mengandalkan dukungan politik yang kuat untuk mereka.

Zhou Jiangyong kehilangan kekuasaan di bawah kampanye anti-korupsi Xi Jinping karena “ada terlalu banyak keluhan” dan bahwa Zhou Jiangyong tidak dapat lagi menghindari penyelidikan, menurut China Economic Weekly.

Keluhan itu terkait dengan istri Zhou Jiangyong yang memegang sebuah posisi penting di sebuah bank setempat, di mana istri Zhou Jiangyong mendapatkan banyak uang tetapi jarang muncul di bank tersebut. Keluhan itu, yang datang dari karyawan, sampai ke badan disiplin teratas Beijing, Komisi Pusat untuk Inspeksi Disiplin.

Jack Ma Diincar Lagi

Saat Zhou Jiangyong sedang diselidiki atas kasus korupsi pada Agustus 2021, sebuah laporan oleh China Economic Weekly menyiratkan bahwa perusahaan fintech Jack Ma, Ant Group, secara tidak langsung terlibat dalam transaksi gelap.

Anak perusahaan Ant Group, Shanghai Yunxin Venture Capital Management Co., memiliki investasi di dua perusahaan data Jianyong –—  masing-masing sebesar 14,3 persen saham dan 13,5 persen saham.

Informasi tersebut mengungkapkan bahwa Xi Jinping terus-menerus menargetkan orang-orang kaya tertentu, seperti Jack Ma, melalui kampanye “kemakmuran bersama,” yang diluncurkan Xi Jinping pada Agustus 2021. 

Saat itu, Xi Jinping berkata, “Tiongkok akan berusaha untuk meningkatkan pendapatan orang-orang yang berada dalam kelompok berpenghasilan rendah dan memperluas kelompok berpenghasilan menengah.” Jack Ma melakukan bagiannya dengan “menyumbangkan” 15,5 miliar dolar AS kepada masyarakat.

Di bawah kampanye “kemakmuran bersama,” masa depan tampak suram bagi Jack Ma dan perusahaan-perusahaan swasta yang besar, termasuk perusahaan-perusahaan penanaman modal asing, di Tiongkok.

Mengapa Jack Ma kehilangan kekuasaanya? Jack Ma mengkritik pihak-pihak berwenang dalam sebuah pidato pada Oktober 2020, di mana ia mengatakan bank-bank Tiongkok “masih memiliki sebuah mentalitas pegadaian; hipotek dan jaminan adalah untuk sebuah pegadaian.”

Pernyataan Jack Ma mengenai sistem perbankan Tiongkok yang mirip pegadaian membuatnya menghabiskan 2,8 miliar dolar AS untuk membayar denda dari regulator anti-monopoli, yang ia “terima dengan tulus,” dan dengan “terima kasih dan hormat.” 

Jack Ma yang dulu blak-blakan berubah menjadi Jack Ma yang rendah hati dan bahkan menghilang dari masyarakat sejak mengkritik sistem regulasi Tiongkok. Jack Ma terlihat berada di Belanda pada Oktober 2021.

Miniseri “Toleransi Nol” menunjukkan bahwa sektor swasta Tiongkok telah lama berkontribusi pada “kemakmuran bersama” masyarakat.

Pada 17 Januari, dalam acara virtual Forum Ekonomi Dunia, Agenda Davos 2022, Xi Jinping menekankan slogan Partai Komunis Tiongkok: “Kami tetap berkomitmen untuk mereformasi dan membuka diri” untuk menyerukan kerja sama global.

Tetapi, orang-orang yang cerdas dan kaya, seperti Ka-shing Li, orang terkaya di Hong Kong, telah lama memindahkan investasinya keluar dari Tiongkok. Tren global dari investasi asing yang meninggalkan Tiongkok tidak dapat diubah ke keadaan semula.

Krisis ekonomi yang membayangi telah mempengaruhi para pegawai negeri sejak tahun 2021, ketika guru dan pejabat diminta untuk mengembalikan bonus mereka. Beberapa pemerintah setempat bahkan memiliki bonus yang ditangguhkan tanpa batas waktu. 

Memasuki tahun 2022, pegawai negeri Tiongkok terus-menerus berkontribusi untuk “kemakmuran bersama” melalui  pemotongan gaji hingga 25 persen.

Krisis ekonomi menghantam rezim Tiongkok dengan keras, sehingga rezim Tiongkok menggunakan “kemakmuran bersama” untuk menargetkan sektor swasta. 

Sepertinya Jack Ma akan tetap menjadi target di tengah kampanye anti-korupsi yang diluncurkan Xi Jinping. (Vv)