Salah Perhitungan ! Putin Antar Rusia ke Krisis Ekonomi Gara-Gara Perang Habiskan Sekitar USD 20 Miliar Setiap Hari

Aboluowang.com

Dalam perang dengan Ukraina, Rusia telah mengirim sekitar 150.000 orang tentara, dan mengerahkan sejumlah besar senjata beratnya. Beban besar biaya militer ini sangat memukul cadangan keuangan Rusia. Perang yang berlarut-larut jelas akan berdampak negatif terhadap ekonomi Rusia. Lembaga penelitian Eropa dan lainnya memperkirakan, bahwa jika skala serangan masih meluas, biaya harian untuk keperluan perang bisa mencapai USD. 20 miliar.

Invasi militer Rusia ke Ukraina yang awalnya berencana menggunakan taktik serangan cepat pada kenyataannya sudah berlangsung diatas 10 hari. Yang mana cukup berat membebani anggaran.

Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin berniat untuk mempertahankan pertarungan sampai “kemenangan”, tetapi prospek untuk “pasca perang” sampai saat ini sama sekali tidak kelihatan. Di dalam negeri Rusia, suara kekhawatiran akan terjadi krisis keuangan yang lebih buruk dari tahun 1998 terus meningkat.

Data yang dirilis oleh Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) menunjukkan bahwa, jumlah pencari suaka yang melarikan diri dari Ukraina ke luar negeri melebihi 2 juta jiwa pada 8 Maret. 

Jalan menuju perbatasan penuh dengan mobil dan selalu macet, tetapi kendaraan dari arah yang berlawanan juga tidak sedikit. Itu adalah kendaraan-kendaraan dari para pria Ukraina yang kembali ke tempat asal mereka untuk menghadapi perang melawan pasukan Rusia setelah mengirim keluarga mereka ke perbatasan.

Nasionalisme warga Ukraina patut diacungkan jempol

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan anggota kabinet lainnya tetap berada di ibu kota Kyiv, menunjukkan sikap berjuang, yang meningkatkan kohesi rakyat. Ukraina memiliki sejarah melawan Nazi Jerman dan Tentara Merah Soviet selama Perang Dunia II.

Putin menjadikan penggulingan rezim Zelensky, demiliterisasi serta netralisasi Ukraina sebagai syarat untuk gencatan senjata. Namun, selama Ukraina masih terus melawan, Rusia tidak berniat menarik pasukannya. Beberapa analis berpendapat bahwa sebelum deklarasi kemenangan dapat dikeluarkan, tentara Rusia akan terus menyerang Ukraina.

Perkembangan pertempuran sulit diprediksi. Namun, bahkan jika Rusia berhasil menguasai bagian negara itu, kebencian warga Ukraina tidak akan hilang, atau mereka akan melancarkan perang gerilya. 

Dalam keadaan seperti itu, bagaimana rezim Putin merealisasikan rencana membentuk rezim boneka untuk memerintah ? Bagaimana pula untuk mewujudkan rencana merehabilitasi kondisi warga dan lingkungan di daerah-daerah pendudukan pasca-perang, ketika kemerosotan ekonomi menyebabkan Rusia tidak punya dana yang cukup ? Tampaknya, rencana-rencan tersebut akan sulit untuk diwujudkan.

Ekonomi Rusia terbeban oleh pengeluaran militer untuk perang Ukraina

Perang yang berlarut-larut tidak menguntungkan Rusia. Rusia telah mengirim sekitar 150.000 orang tentara, mengerahkan sejumlah besar senjata berat. Lembaga penelitian Eropa dan lainnya memperkirakan, bahwa jika serangan masih terus meluas, biaya harian untuk kebutuhan militer akan mencapai USD. 20 miliar.

Di sisi lain, Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan pada 2 Maret bahwa jumlah korban tewas tentara Rusia sejak dimulainya serangan pada 24 Februari, telah mencapai 498 orang. Jumlah ini masih terus bertambah.

Rezim Putin mengamandemen undang-undang dan memperketat kontrol informasi. Situs jejaring sosial (SNS) juga diblokir, dan hak warga untuk mengetahui informasi dirampas. Namun, berita kematian prajurit akan diberitahukan kepada keluarga. Jika pertempuran berlanjut untuk waktu yang lama, sikap anti-perang warga sipil Rusia niscaya akan meningkat.

Beban yang dihadapi Rusia bukan hanya menyerang Ukraina.

Dalam sebuah referendum tentang apakah akan mengubah konstitusi atau tidak, Belarusia pada 27 Februari telah menyetujui penghapusan klausul : ‘Menjadikan wilayahnya sebagai zona bebas nuklir dan berusaha untuk menjadi negara netral’. Dengan klausula ini keinginan Rusia untuk melawan NATO dengan menyebarkan persenjataannya, termasuk senjata nuklir di Belarus jadi terpenuhi, walaupun biayanya tidak rendah.

Produksi terpengaruh akibat nilai Rubel anjlok

Situasi pasca perang yang dihadapi Rusia adalah krisis ekonomi.

“Periode paling parah berlangsung setidaknya 3 tahun. Tetapi kali ini yang dihadapi adalah 3 kali lipat lebih parah dari krisis keuangan 1998”. Demikian Oleg Vladimirovich Deripaska, pemilik perusahaan aluminium terbesar di Rusia memperingatkan.

Sanksi berdampak pada ekonomi Rusia. Nilai tukar mata uang rubel di perdagangan internasional turun di bawah 150 rubel per dolar AS pada 7 Maret. hampir tinggal separuh dari nilainya sebelum serangan dimulai. Inflasi telah meningkat, logistik dari Eropa dan Amerika Serikat terhenti.

Selain itu, dampaknya terhadap industri manufaktur juga menonjol. Terutama terhadap perusahaan teknologi tinggi yang sebagian besar mengandalkan pasokan semikonduktor dari TSMC dan Intel, sekarang perusahaan-perusahaan ini telah memutuskan penghentian penjualan ke Rusia. Jika situasi ini tidak berubah, tidak hanya personal computer dan mobil listrik yang terganggu, tetapi produksi senjata juga terkena dampak.

Nissan Motor mengungkapkan pada 7 Maret bahwa mereka dalam waktu dekat akan menghentikan pengoperasian pabriknya di Kota St. Petersburg, Rusia. Nissan Motor juga menghentikan ekspor kendaraan ke Rusia. (situasi dalam pabrik Nissan di St. Petersburg)

Situasi kekacauan mirip dengan saat pasca revolusi Rusia

Besarnya krisis mengingatkan pada kekacauan seputar runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991, ketika ekonomi yang direncanakan menemui jalan buntu dan barang kebutuhan sehari-hari tidak ada lagi dijual di toko. 

Ada ahli yang menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kemungkinan gagal bayar utang, situasi Rusia saat ini hampir sama dengan pada masa kekuasaan rezim Bolshevik, pendahulu Partai Komunis Soviet, yang mengumumkan pada tahun 1918 bahwa mereka akan meninggalkan utang dalam dan luar negeri Tsar Rusia. Akibatnya, Rusia telah dikeluarkan dari pasar keuangan internasional untuk waktu yang lama.

Putin mungkin saja dapat menyatakan “kemenangan” atas perangnya dengan Ukraina. Namun, sebagai presiden, ia salah perhitungan dalam menciptakan pertempuran untuk mengubah kehidupan rakyat Rusia agar menjadi lebih bahagia dan negara semakin makmur. (Sin)