Misteri yang Belum Terpecahkan : Angka yang Paling Misterius, Sandi Tuhan 1.618

Fu Yao

Pada 2012, stasiun TV kawakan  di  Inggris yakni ITV mengadakan perlombaan The Perfect Face. Yang diminta sangat sederhana,   para   peserta   hanya   perlu menyerahkan sebuah foto tanpa make up yang alami dan tidak pernah melakukan operasi plastik. 

Foto peserta akan diseleksi oleh tim ahli lalu masyarakat akan memberikan suaranya untuk memilih sang juara. Lomba tersebut menarik lebih dari 8.000 peserta. Akhirnya seorang mahasiswi berusia 18 tahun bernama Florence Colgate, yakni gadis pada foto di atas, mengalahkan peserta lainnya, dan meraih juara pertama.

Begitu hasil lomba dipublikasikan, foto juara ini pun segera viral di berbagai penjuru dunia. Semua orang memujinya, benar-benar sebuah templet wajah manusia yang sempurna. Bahkan kalangan ilmiah pun ikut nimbrung, meneliti mengapa wajahnya terlihat begitu cantik.

Hasilnya para peneliti menemukan, ternyata ini adalah sebuah wajah yang sangat mendekati Golden Ratio. Bagian wajahnya yang sesuai dengan Golden Ratio mencapai 24 item. Misalnya, rasio tinggi kepala dan lebar kepala, rasio mata, tengah bibir sampai dagu, rasio alis, garis atas bibir sampai dagu, dan lain-lain.

Golden Ratio disebut juga Golden Mean atau Golden Section. Seutas tali dibagi dua, bagian  yang lebih panjang disebut A, yang lebih pendek disebut B. Ketika rasio antara  panjang A+B dengan A sama dengan rasio A dengan B, maka rasio inilah yang disebut Golden Ratio. Secara rumus matematika adalah angka 1 ditambah akar 5 lalu dibagi 2. Pada umumnya kita hanya mengambil 4 angka yaitu 1,618.

Sejak kapan Golden Ratio mulai dikaitkan dengan kecantikan, sekarang sudah tidak bisa dilacak lagi. Akan tetapi mayoritas orang menilai sejak zaman Yunani kuno masyarakat kala itu telah paham dan menggunakan Golden Ratio ini.

Salah satu bukti yang terpenting adalah kuil The Parthenon yang dibangun pada abad ke-5 SM. Tidak hanya tampak luarnya sangat mendekati Golden Ratio, pada struktur dan setiap detail lainnya juga dapat terlihat jejak Golden Ratio. Kemudian kalangan matematika pun menamakan Golden Ratio ini dengan sebutan Phi, dengan lambang abjad Yunani Φ, yang diambil dari nama seorang pemahat sekaligus arsitek yang turut serta dalam merancang bagian interior bangunan kuil tersebut, yakni Phidias.

Selama ribuan tahun, Golden Ratio telah sangat diminati oleh para seniman, tidak sedikit mahakarya zaman klasik yang dapat ditemukan jejak-jejaknya. 

Salah satu yang paling terkenal adalah Vitruvian Man yang merupakan karya Leonardo da Vinci. Jika dikatakan foto Colgate telah memperlihatkan wajah yang paling sempurna, maka gambar da Vinci ini telah memperlihatkan tubuh manusia yang paling sempurna, di setiap bagian dapat ditemukan Golden Ratio. 

Sebagai contoh, dengan pusar sebagai titik pemisah, rasio tubuh bagian atas dan bagian bawah; dengan jakun sebagai titik pemisah, rasio dari jakun sampai ke ubun-ubun dan dari jakun sampai ke pusar, rasio tangan dan lengan bawah; rasio telapak tangan dengan lebarnya, dan lain sebagainya.

Walaupun ini adalah tubuh manusia yang ideal, tapi manusia pada umumnya memiliki rasio yang tidak jauh berbeda. Jika tidak percaya Anda bisa mengukur sendiri, perbedaannya tidak besar. 

Bahkan gigi kita, diciptakan berdasarkan Golden Ratio, misalnya kedua gigi depan kita, rasio lebar kedua gigi dibandingkan dengan tingginya, rasio gigi depan dengan gigi di sampingnya, dan lain- lain, hampir mendekati Golden Ratio.

Itu sebabnya acap kali ada orang yang mengatakan, tubuh manusia adalah mahakarya Tuhan yang paling sempurna, sepertinya bukan tidak beralasan.

Bumi, Bulan, dan Piramida

Namun eksistensi Golden Ratio tidak hanya dalam hal mendefinisikan kecantikan saja, sekarang semakin banyak penelitian ilmiah mendapati, keberadaan rasio ini masih mempunyai lebih banyak lagi makna yang lebih mendalam.

Contohnya, antara bulan dengan bumi juga terdapat Golden Ratio. Radius bumi adalah 6.378 km, dan radius bulan adalah 1.736 km. Jumlah keduanya adalah 8.114 km. Dengan angka ini sebagai tingginya, dan radius bumi sebagai sisi alas, lalu dibuat sebuah segitiga siku-siku, maka panjang sisi miringnya adalah 10.321 km.

Sisi miring ini jika dibagi dengan sisi pendek yang merupakan radius bumi, maka hasilnya adalah 1,618, Golden Ratio yang sempurna. Ini belum seberapa, kuadrat sisi miringnya jika dibagi dengan kuadrat sisi alas lainnya, maka hasilnya adalah sebuah Golden Ratio yang sempurna, yakni 1,618.

Segitiga seperti ini memiliki sebutan khusus yakni segitiga Kepler, diambil dari nama seorang ahli astronomi abad ke-17 yakni Johannes Kepler. Rasio dari sisi alas, sisi tinggi, dan sisi miringnya adalah 1 : 1,27 (akar dari Golden Ratio) : 1,618 (Golden Ratio).

Yang sangat menakjubkan adalah, struktur segitiga dengan Golden Ratio seperti ini juga muncul di Piramida. Ambil contoh Piramida Giza, panjang alasnya adalah 215,5 meter, tingginya 136,4 meter. 

Setengah dari panjang alasnya yakni 107,8 meter dengan tingginya 136,4 meter akan membentuk sebuah segitiga  siku-siku,  panjang dari sisi miringnya adalah 173,8 meter. Dengan perhitungan sederhana dapat dibuktikan, ini juga adalah sebuah Segitiga Kepler, dengan tingkat penyimpangan kurang dari 1 meter.

Antara bumi, bulan, dan piramida, mengapa terdapat hubungan yang begitu unik ini, kita belum mengetahuinya sampai sekarang. Menariknya adalah, kalangan arkeologi pada umumnya berpendapat, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan masyarakat Mesir kuno memiliki pengetahuan matematika terkait dengan Golden Ratio ini. 

Jadi prinsip Segitiga Kepler pada piramida pun menjadi salah satu bagian penting di antara sekian banyak bukti yang menunjukkan bahwa Piramida Giza merupakan mahakarya peninggalan dari peradaban prasejarah.

Tapi ini belum apa-apa, berikut ini yang akan kami jelaskan lebih ajaib lagi.

Golden Ratio Pada DNA

Pakar peneliti Golden Ratio, Gary Meisner menulis artikel yang menjelaskan, molekul DNA juga dibagi secara Golden Section. Karena struktur lengkap heliks ganda (ulir rangkap, red.) molekul pada DNA, panjangnya adalah 34 Å (Angstrom), lebarnya adalah 21 Å, panjang satu Å sama dengan sepersepuluh nanometer. Rasio keduanya adalah 1,619, sangat mendekati Golden Ratio 1,618.

Wujud DNA di dalam sel adalah berupa heliks ganda, disebut sebagai B-DNA. Bentuk DNA seperti ini di dalam pilinan atau ulirnya terdapat dua cekungan, cekungan besar sekitar 21 Å, dan cekungan kecil sekitar 13  Å,  jika  kedua  angka ini dibagi, hasilnya 1,615, juga sangat mendekati Golden Ratio.

Profesor Robert Langridge yang dijuluki sebagai bapak pelopor grafik molekuler sejak 1957 telah meneliti struktur DNA. Pada 1985 dia telah memublikasikan selembar foto yang dalam gambar itu adalah tampak penampang horizontal pada DNA, menunjukkan wujud dekagon yang sempurna.

 Akan tetapi dekagon sebenarnya terbentuk oleh dua pentagon, yang salah satunya diputar 36 derajat. Oleh sebab itu setiap ulir atau heliks pada heliks ganda molekul DNA berbentuk segi lima atau pentagon. Dan nilai rasio antara garis diagonal dan sisinya adalah Golden Ratio.

Itu sebabnya Profesor Meisner menunjukkan, dilihat dari sudut pandang mana pun, DNA dibentuk dengan Golden Ratio. Mungkin inilah yang menjelaskan mengapa di setiap bagian tubuh manusia terdapat Golden Ratio. Sebenarnya banyak terlihat Golden Ratio di dunia biologis. 

Sebagai contoh, wajah harimau, rasio panjang dan lebarnya, juga rasio di antara lima indranya, rasio antara kedua sayap kupu-kupu, rasio pada mata, paruh, sayap dan penanda krusial pada tubuh penguin, semuanya hampir mendekati Golden Ratio Yang lebih mencengangkan lagi adalah, Golden Ratio Phi (Φ) juga muncul pada Black Hole (lubang hitam). Sebagai contoh, Φ merupakan titik balik koreksi kalor jenis pada Black Hole dari positif menjadi negatif, dideskripsikan dengan rumus berikut ini:

M 4 / J 2 = Φ

Ini juga merupakan bagian dari rumus lower bound pada entropi Black Hole:

8πSl 2P / ekA = Φ

Bahkan telah mengaitkan antara parameter gravitasi kuantum simpal dengan entropi Black Hole:

2 πγ = Φ

Bukankah ada perasaan sangat membuka wawasan? Tubuh manusia, kehidupan, alam  semesta, di mana-mana dapat ditemukan jejak Phi. Sehingga ada orang yang mengatakan, Golden Ratio Phi ini adalah kode rahasia dari Tuhan.

Deret Bilangan Fibonacci

Selain Phi, di dalam keluarga Golden Ratio terdapat pula satu anggota misterius lainnya, yakni deret angka Fibonacci, seperti ini: 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987……

Terlihat kacau dan tidak berurutan, tidak ada siklus yang teratur bukan? Sebenarnya prinsipnya sangat sederhana, yakni dimulai dari angka 0 dan angka 1, setiap angka adalah jumlah dari dua bilangan di depannya. Deret angka ini dikemukakan oleh ahli matematika Italia bernama Leonardo Fibonacci pada 1202 dalam buku berbahasa Latin “Liber Abaci”, juga diberi sebutan dengan namanya. 

Ketika angka pada deret tersebut semakin lama semakin besar, maka rasio dua angka di depan dan di belakangnya akan semakin mendekati Golden Ratio. Jadi deret bilangan Fibonacci disebut juga Golden Ratio Sequence.

Membuat gambar kotak dengan angka pada deret tersebut sebagai panjang sisinya, lalu digabungkan seperti tampak pada gambar, lalu dengan titik sudut sebagai patokan untuk menggambar kurva, maka akan tergambar sebuah wujud spiral atau pilinan atau ulir yang indah. Jangan meremehkan deret angka dan ulir ini, mereka adalah kombinasi yang sangat ajaib.

Seperti sebuah gambar rancangan merek Apple yang beredar luas di internet. Garis kurva pada buah apel terbentuk dari lengkungan dengan berbagai ukuran, dan lingkungan tersebut memiliki ukuran serta panjang diameter yang berbeda antara 1, 3, 5, 8, 13, dan seterusnya, semuanya masuk dalam deret angka Fibonacci. Apel yang telah digigit di satu sisinya itu betapa pun dilihat tetap indah, ada penjelasan di baliknya.

Sedangkan di alam ini, hampir jumlah kelopak semua bunga berasal dari sekelompok angka dari deret angka Fibonacci. Seperti kelopak bunga lily ada 3 kelopak, bunga plum blossom ada 5 kelopak, pada bunga doubtful knight’s-spur ada 8 kelopak, bunga cocok botol ada 13 kelopak, pada bunga matahari ada 21 atau 34 kelopak, pada bunga daisy Inggris ada 34, 55, dan 89 kelopak.

Dan Fibonacci Spiral, ada juga yang menyebutnya Golden Spiral, aplikasinya lebih luas lagi. Seperti bunga yang rontok dan berubah menjadi buah, banyak biji tumbuhan yang sangat mendekati rumus deret Fibonacci.

Metode deret seperti ini dapat membuat biji tersusun dengan sangat rapi dan tepat jumlahnya, sehingga tidak sampai menyebabkan berdesakan terlalu banyak pada pusat lingkaran, sedangkan di pinggiran jarang dan sedikit. Salah satu contoh yang paling tipikal adalah bunga matahari. Ada yang mengatakan, ini adalah hasil karya Tuhan pada alam ini, semuanya tumbuh diam-diam secara sistematis.

Juga gadis Colgate yang memiliki wajah sempurna itu, wajahnya berada pada garis spiral ini, sehingga kurvanya sangat indah. Begitu pula dengan bentuk telinga kita, yang juga sesuai dengan bentuk spiral ini.

Yang tidak pernah Anda bayangkan adalah, pusaran angin pada tornado, juga pergerakan bintang dan awan pada Bima Sakti kita ini, semuanya seakan-akan kebetulan bertepatan dengan garis spiral ini.

Mulai dari bunga matahari, sam- pai telinga manusia, sampai angin tornado, sampai ke bintang dan awan jauh di atas sana, semuanya memiliki satu macam bentuk yang sama, bukankah ini sangat ajaib? Apakah semua itu hanya kebetulan? Atau mungkin, semua ini adalah rancangan yang saksama dari Sang Pencipta?

Baiklah, sampai di sini saja pembahasan tentang Golden Ratio yang menjadi perwakilan “cantik” ini. Mengenai mengapa angka yang tampaknya begitu sederhana memiliki kelebihan yang begitu menakjubkan, sampai sekarang belum ditemukan jawabannya oleh kalangan ilmu pengetahuan. 

Akan tetapi sesungguhnya itu  tidak penting. Di dunia ini banyak terdapat pemandangan yang ajaib dan menakjubkan, yang dapat kita nikmati. Hidup ini sebenarnya sangat sederhana, bukankah demikian? (lie)