Terkecuali Pengungsi Ukraina, Warga Rusia Anti-Perang yang Tiba di Perbatasan AS – Meksiko Ditolak Masuk AS

oleh Gao Shan

Baru-baru ini, banyak warga sipil Rusia yang mencoba untuk memasuki Amerika Serikat dari perbatasan Meksiko, tetapi merasa dihalangi untuk masuk ke Amerika Serikat seperti para pengungsi Ukraina, meskipun mereka juga terpaksa meninggalkan tanah air akibat perang dengan Ukraina

Reuters melaporkan bahwa dalam sepekan ini, para pejabat AS telah mengizinkan puluhan orang pengungsi Ukraina memasuki Amerika Serikat melalui pemeriksaan di perbatasan. Namun, warga asal Rusia anti-perang yang telah tiba di perbatasan Meksiko – AS tidak diperbolehkan masuk ke AS. Didorong oleh rasa khawatir dan niat untuk menunggu, sebagian dari orang Rusia ini terpaksa mengabaikan peringatan otoritas Meksiko dan tetap memilih berkemah di trotoar dekat pagar perbatasan.

Irina Zolkina, seorang guru matematika meninggalkan Moskow bersama keempat anaknya dan pacar putrinya. Zolkina menangis pada Kamis 17 Maret, ketika seorang agen perbatasan AS menggelengkan kepalanya setelah melihat setumpuk paspor Rusia di tangannya, dan mengatakan bahwa mereka terpaksa terus menunggu. Tak lama kemudian, pejabat perbatasan AS membebaskan 6 orang pria pengungsi Ukraina untuk masuk ke perbatasan AS.

“Selama bertahun-tahun, kita semua hidup dalam ketakutan … kondisi dalam negeri Rusia pun Rusia sangat tidak kondusif”, kata Irina Zolkina kepada Reuters di kota perbatasan Meksiko, Tijuana, di seberang Kota San Diego, California.

Irina Zolkina menunjukkan kepada reporter Reuters sebuah rekaman video dari laporan BBC. Video tersebut mendokumentasikan penangkapan dirinya karena ikut serta dalam protes anti-perang pada 24 Februari, hari dimana Rusia melancarkan agresi ke Ukraina yang disebutnya sebagai “operasi militer khusus”. Negara-negara Barat mengutuk Moskow karena melancarkan perang agresi.

Dia mengatakan bahwa dirinya dibebaskan setelah ditahan selama beberapa jam, seminggu kemudian, ia memutuskan untuk meninggalkan Rusia bersama anak-anaknya. Dia mengatakan mereka melakukan perjalanan melalui Tashkent dan Istanbul sebelum tiba di resor pantai Meksiko Cancun, ini adalah titik keberangkatan umum bagi orang Rusia yang menuju ke perbatasan AS.

Menurut PBB, lebih dari 3 juta orang warga Ukraina telah menjadi pengungsi, kebanyakan dari mereka adalah penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan Ukraina. Seperti juga yang dilaporkan oleh beberapa media, bahwa ribuan orang warga Rusia juga telah meninggalkan Rusia karena perang.

Beberapa warga Ukraina yang melintasi perbatasan AS – Meksiko di Tijuana mendapat izin tinggal di AS selama satu tahun.

Ketika Alejandro Mayorkas, Menteri Keamanan Dalam Negeri AS ditanya soal situasi pengungsi Ukraina dan Rusia di perbatasan selatan AS pada 17 Maret, ia menjawab bahwa saat ini pemerintah sedang memberikan bantuan bagi para pengungsi dari Ukraina, dan juga mempertimbangkan metode lain guna memperluas bantuan kemanusiaan.

Perbatasan AS – Meksiko ditutup bagi sebagian besar pencari suaka, akibat merebaknya virus komunis Tiongkok (COVID-19).

Ketika ditanya soal kebijakan terhadap para pencari suaka asal Rusia, juru bicara Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS mengatakan, bahwa pihaknya akan membuat pengecualian secara kasus per kasus berdasarkan pertimbangan terhadap “individu yang sangat rentan”.

“Ini tidak adil”

Di sebelah Irina Zolkina, masih ada puluhan warga sipil Rusia yang juga senasib. Selama berhari-hari, mereka tidur dalam tenda yang berjarak hanya beberapa meter dari pagar tembok perbatasan. Mereka berharap pejabat AS akan memperhatikan permintaan suaka mereka.

“Tidak adil jika tidak mengizinkan kita masuk”, kata Mark, seorang manajer restoran berusia 32 tahun yang telah terbang bersama istrinya dari Moskow ke Meksiko melalui Turki dan Jerman pada awal bulan Maret.

Mark meminta untuk tidak mengungkapkan nama marganya. Dia mengatakan bahwa dirinya bersama istri telah ditahan selama 3 hari pada tahun lalu, karena mendukung pemimpin oposisi yang dipenjara Alexei Navalny, dan ikut berpartisipasi dalam protes. Ia mengatakan bahwa kembali ke Rusia bukanlah jalan keluar, karena undang-undang baru dapat menjatuhkan hukuman penjara hingga 15 tahun bagi warga Rusia yang tidak menghormati dan berusaha merusak reputasi militer Rusia.

“Kami memutuskan untuk tetap di sini, tunggu saja di sini”, kata Mark yang duduk di atas selimut sambil menyaksikan ratusan turis dan warga AS memasuki San Diego. 

“Jika kita meninggalkan tempat ini, semua orang akan segera melupakan masalah yang kita hadapi,” tambahnya.

Menurut data pemerintah AS bahwa antara Oktober 2021 hingga Januari tahun ini, pejabat perbatasan AS telah kedatangan sekitar 6.400 orang Rusia yang beberapa di antaranya mengaku sebagai pembangkang yang sekarang datang ke Amerika Serikat. Kedutaan Rusia menyebutkan dalam sebuah pernyataan pada saat itu, bahwa pihaknya telah menghubungi otoritas AS tentang warga negara tersebut.

Di Tijuana pekan lalu, pejabat Meksiko membagikan selebaran dalam bahasa Rusia yang mencantumkan daftar lokasi penampungan imigran terdekat. Juga melampirkan surat yang isinya menyatakan bahwa orang Rusia dapat mengajukan permohonan suaka kepada pemerintah AS, tetapi tidak diperkenankan untuk berkemah di dekat perbatasan yang sibuk.

Surat itu, yang ditandatangani oleh Direktur Imigrasi Tijuana Enrique Lucero, menyebutkan bahwa berkemah di daerah terlarang itu dapat mengakibatkan otoritas berwenang mengambil putusan untuk menutup perbatasan karena alasan pertimbangan keamanan.

Badan imigrasi Meksiko tidak menanggapi permintaan komentar dari para jurnalis.

Sampai saat ini, tenda-tenda orang Rusia yang ingin masuk ke AS masih tetap berdiri di sana.

Mikhail Shliachkov, 35 tahun yang duduk di atas pembaringan terpal sambil memegangi payung untuk menghindari terik matahari, mengatakan bahwa dirinya memutuskan untuk datang ke Meksiko bersama istrinya sehari setelah Rusia invasi ke Ukraina. Dia takut dengan panggilan wajib militer lalu dikirim untuk menyerang Ukraina yang merupakan kampung halaman kerabat dekatnya.

“Tahukah Anda bahwa saya tidak ingin membunuh saudara-saudara saya”, katanya sambil menunjukkan sebuah akta kelahiran yang berfoto, di sana tercantum ibunya adalah kelahiran Ukraina.

Sementara warga Rusia pencari suaka terpaksa tinggal di perbatasan untuk menunggu pemberian izin masuk dari otoritas AS, pejabat perbatasan AS juga menolak para pencari suaka yang datang dari Nigeria, Kolombia, Honduras, dan Meksiko. Hal ini memicu keluhan tentang perlakuan yang tidak adil.

Kevin Salgado, pemuda Meksiko berusia 19 tahun asal Michoacan, sebuah negara bagian di barat Meksiko yang penuh kekerasan mengatakan : “AS melakukan pendekatan yang rasis”. Ayah dan saudara laki-lakinya yang berusia 16 tahun, keduanya adalah polisi komunitas yang meregang nyawa di sana, katanya.

Dia mengatakan : “Mengapa mereka hanya mengizinkan orang Ukraina yang melewati (perbatasan) ? … Adakah yang bisa menjelaskan kepada kami ?” (sin)