Masyarakat Shanghai Mengeluh Akibat Lockdown, Kasus Warga Lansia Bunuh Diri Terus Terdengar

 oleh Yi Ru, Lin Cenxin

Suasana kehidupan masyarakat semakin kacau dengan diberlakukannya lockdown penuh Kota Shanghai. Dalam beberapa hari terakhir ini terdengar berita ada beberapa warga tua yang sakit di Distrik Minhang, Distrik Pudong, dan Distrik Jiading memilih mengakhiri hidup dengan melompat dari gedung apartemen tempat tinggalnya. Seorang warga tua di Distrik Pudong sudah berhari-hari terus ditolak pihak rumah sakit permintaan untuk cuci darah. Beberapa warga mengeluh kehabisan bahan pangan, harga sayuran naik tinggi dan sebagainya.

Warga Shanghai bermarga Dong mengatakan kepada reporter ‘Epoch Times’ pada 28 Maret : “Akibat lockdown di Shanghai, banyak rumah sakit tidak menerima pasien. Ayah saya sudah beberapa hari tidak menjalani cuci darah, dan sekarang kakinya mulai bengkak. Jika kandungan potasium dalam darahnya tinggi, jantungnya akan terganggu dan dapat mengancam jiwa”.

Mr. Dong mengatakan bahwa ayahnya mengidap penyakit gagal ginjal dan perlu cuci darah 3 kali seminggu. Tetapi RS Pudong Junkang menolak untuk melakukan cuci darah karena ada warga dalam distrik yang positif COVID-19. Hanya satu RS Pudong yang menerima pasien dari komunitas yang kena lockdown, minggu lalu kita ke sana. Tetapi sudah 4 hari ayah tidak menjalani cuci darah lantaran penuh sehingga mereka menolak.

Sedikitnya ada 3 orang pasien di distrik yang sama dengan Mr. Dong yang perlu menjalani cuci darah, “Tetapi semua permintaan pasien untuk keperluan tersebut tak satu pun yang ditanggapi pihak rumah sakit. Saya tidak mungkin membiarkan ayah saya meninggal dalam rumah!” kata Mr. Dong. Dia mengkritik komite komunitas dan rumah sakit yang hanya “bermain ping-pong” tetapi tidak menyelesaikan masalahnya. Karena itu ia terpaksa  mengunggah pesan yang minta bantuan ke mana-mana.

Unggahan pesan akhirnya mendapat sejumlah balasan. “Beberapa pasien sudah seminggu tidak bisa cuci darah, dan dampaknya akan lebih besar lagi. Ini bukan masalah satu individu, tetapi masalah kelompok. Mungkin ada ratusan atau ribuan pasien di Pudong. Ini sangat berbahaya,” kata Mr. Dong.

Mr. Dong berkata dengan sedikit emosi : Jangan sampai gara-gara hanya segelintir pasien COVID-19 yang mati, tetapi membuat para pasien gagal ginjal yang kondisi kesehatannya sudah buruk harus menderita bahkan meninggal karena tidak diperbolehkan menjalani cuci darah di rumah sakit.

Sebelum berita ini diturunkan, reporter mendapat kabar dari Mr. Dong yang menyebutkan bahwa permintaan cuci darah ayahnya sudah direspon pihak rumah sakit.

Kasus bunuh diri warga tua terus terdengar akibat lockdown ekstrem di Shanghai 

Menurut sebuah video online, seorang lelaki tua melompat dari gedung apartemen di Lane 402, Jalan Bijiang, Desa Hongqi San, Distrik Minhang, Shanghai.

Pada 28 Maret, reporter ‘Epoch Times’ melakukan konfirmasi dengan seorang wanita warga bermarga Lin di sana yang mengatakan : “Warga yang bunuh diri dengan melompat dari gedung itu berusia sekitar 70 tahun, Sepertinya ia menderita penyakit kanker. Ia meninggalkan seorang istri, anak perempuan. Orang tua itu mengalami patah tulang kakinya gara-gara melompat.”

Beredar berita bahwa warga tua tersebut frustasi karena komite lingkungan tidak mengizinkan keluarganya keluar untuk menebus obat. Reporter gagal memperoleh konfirmasi karena beberapa telepon ke komite lingkungan tidak dijawab.

Mrs. Lin mengatakan bahwa komunitas sudah ditutup penuh mulai 14 Maret sampai sekarang, lebih setengah bulan. Warga tidak bisa keluar dari komunitas, bahan pangan dan sayuran mahan lagi pula susah diperoleh. “Seharusnya kalau ada yang sakit boleh keluar untuk berobat. Untuk beli barang kebutuhan sehari-hari perlu ada surat jalan. Tanpa surat jalan tidak dapat keluar komunitas”, katanya. 

Mrs. Lin juga mengatakan bahwa kerabatnya yang tinggal di Distrik Jiading memberitahunya, bahwa di sana juga terjadi 2 kasus warga bunuh diri dengan melompat dari gedung apartemen.

Di Distrik Pudong Kangqiao juga terjadi kasus bunuh diri dengan melompat dari gedung bertingkat. Seorang gadis berusia 14 tahun melompat dari gedung apartemen tempat tinggalnya setelah hasil diagnosis dokter keluar, Sangat memilukan.

Karena tepatnya TKP tidak dapat diketahui, sehingga reporter tidak dapat memverifikasi lebih lanjut.

Kasus Positif COVID-19 di Shanghai melonjak, masyarakat menyampaikan keluhan secara online

Warga Pudong Mr. Wang mengatakan bahwa komunitas tempat tinggalnya sudah diblokir karena ditemukan pasien COVID-19. “Dalam tes asam nukleat kemarin, petugas sudah mendapatkan 2 orang yang positif terinfeksi. Hari ini satu orang lagi. Sekarang semua warga sudah dikurung dalam komunitas”.

Mrs. Li dari Distrik Minhang juga mengatakan : “Lockdown kembali dilakukan, bahkan lebih parah sekarang.”

Jumlah kasus epidemi di Kota Shanghai terus melonjak. Pada 27 Maret, ada 50 kasus transmisi lokal baru yang dikonfirmasi, dan 3.450 kasus infeksi tanpa gejala. Jumlah orang yang terinfeksi mencapai titik tertinggi dalam satu hari. Namun, karena pemerintah komunis terbiasa dengan berbohong dan mengecilkan angka, sehingga ada dugaan bahwa jumlah sebenarnya dari warga yang terinfeksi jauh lebih tinggi.

“Gila ! Orang yang tertular semakin banyak. Shanghai makin parah tahun ini. Semakin diuji (asam nukleat) semakin banyak yang terinfeksi, Padahal hampir semua warga mematuhi perintah untuk menjalani tes. Seharusnya semakin diuji semakin sedikit, bukan ?!? Ini malahan semakin banyak,” kata Mr. Wang. (sin)