Kota Jinan, Shandong, Tiongkok Memasuki ‘Darurat Perang’ karena COVID-19, Warga Khawatirkan Lockdown dan Memicu Panic Buying

Luo Tingting

  • Kota Jinan, Shandong, Tiongkok mengumumkan sedang memasuki keadaan perang karena COVID-19 pada 30 Maret 2022. Universitas di Jinan ditutup,  belajar dan mengajar secara online resmi diterapkan di sejumlah lembaga pendidikan dari sekolah dasar, menengah dan taman kanak-kanak
  • Dikarenakan khawatir kan diberlakukan lockdown, masyarakat setempat berbondong-bondong ke supermarket dan pasar untuk membeli persediaan makanan. Akibatnya beberapa supermarket kosong melompong hanya dua jam setelah dibuka

Pada 30 Maret, Jinan melaporkan 4 kasus baru yang dikonfirmasi. Pertemuan Darurat Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Jinan mengumumkan bahwa situasi pencegahan dan pengendalian epidemi saat ini sangat kompleks dan parah.

Semua departemen di semua tingkatan diharuskan untuk segera memasuki keadaan perang. Bahkan, secara ketat mencegah dan mengendalikan epidemi.

Biro Pendidikan Jinan mengeluarkan pemberitahuan darurat  sekolah dasar dan menengah, taman kanak-kanak, dan lembaga pelatihan di luar kampus di sembilan distrik Jinan, termasuk Lixia, Shizhong, Huaiyin, Tianqiao, dan Licheng, akan menerapkan pengajaran online mulai 30 Maret. Baru-baru ini, Universitas di Jinan juga ditutup.

Penyebaran COVID-19   menyebabkan kepanikan di antara orang-orang, dan mereka bergegas ke pasar untuk berbelanja. Pada 30 Maret, entri #jinan shopping# dan #warga jinan membeli sayuran#  langsung viral  di mesin pencarian medsos di Tiongkok. Video yang diposting di Internet menunjukkan bahwa supermarket dan pasar Jinan penuh sesak, dan mereka semua bergegas berbelanja. 

Netizens berkata: “Kami semua panik di depan epidemi, dan mereka semua menimbun sayuran.” 

Ada juga netizen menyebutkan : “Supermarket Jinan buka kurang dari dua jam dan semua sayuran terjual habis. Ibuku pergi ke supermarket tiga kali. hari ini. Tidak hanya kulkas yang terisi, tetapi juga ada lima ikan di dalam kotak . ”

Netizen lainnya menjelaskan : “Kami pergi membeli sembako jam 8 pagi. Begitu masuk, kami terkejut. Penuh dengan orang. Belum lagi semua orang seperti merampok sehingga tidak ada yang tersisa. Butuh satu jam untuk keluar. Secara visual, jumlah ini bisa bertahan selama beberapa hari. Tanpa diduga, ketika pandemi Jinan dan sekolah ditutup, rak pertama yang terjual habis adalah rak toilet Paper!”

Netizen lainnya menyebutkan : “Saya tidak bisa menyalahkan semua orang karena panik. Mereka takut seperti yang terjadi di Changchun dan Shanghai. Persediaan lebih awal untuk menghemat uang. Situasi epidemi di Suzhou tidak serius. Sekarang saya menyesal tidak menimbun sayuran. Harga sayuran sekarang sangat mahal.” 

Netizen lainnya juga membeberkan : “Shandong adalah provinsi sayuran besar, jadi tidak akan ada kekurangan sayuran. Lalu, mengapa kamu masih menyimpan sayuran? Sekarang semua orang hanya bisa seperti burung yang panik, menimbun sayuran dengan panik ketika mendengar kabar. Itu lebih baik daripada tidak makan atau membeli sayuran mahal saat itu. Jauh lebih baik.”

“Mereka yang mengalami lockdown Xi’an dapat mengingatkan semua orang untuk membeli sebanyak mungkin ketika mereka bisa. Perbekalan memang cukup, tetapi pengiriman sangat sulit didapat. Ini juga dapat mengurangi beban sukarelawan sebanyak mungkin.”

Sejak COVID-19 merebak, partai  Komunis Tiongkok  menerapkan langkah pembersihan zero ekstrem, di beberapa tempat, kasus yang dikonfirmasi telah ditutup sepenuhnya. Lockdown yang diterapkan berdampak terhadap mata pencaharian masyarakat, dan kekacauan seperti “tidak dapat membeli sayuran” dan “kesulitan dalam mencari perawatan medis” sering terungkap di Internet, tetapi belum terselesaikan. Kredibilitas pemerintah telah hilang, dan di bawah epidemi, orang-orang hanya dapat menolong diri mereka sendiri. (hui)