Hubungan Antara Waktu Layar, Agresi, dan Masalah Emosional Remaja

Marina Zhang

Peneliti Kanada telah menemukan hubungan “lemah tapi signifikan” antara waktu layar dan masalah perilaku seperti agresi, serta gangguan emosional dan suasana hati pada anak-anak setelah menganalisis 87 penelitian yang diterbitkan sejak 1960 hingga 2021.

Tim peneliti menganalisis 87 studi yang memenuhi syarat dari 595 artikel, dengan total lebih dari 159.000 peserta berusia 12 tahun atau lebih muda dan menemukan bahwa terdapat hubungan antara waktu layar remaja dan masalah perilaku eksternal maupun internal.

“Meskipun ukuran  efek  (kekuatan hubungan) yang ditemukan dalam penelitian ini kecil, konsekuensi dari waktu layar pada tingkat populasi kemungkinan bermakna besar,” tulis makalah penelitian yang dipimpin oleh Sheri Madigan.

Dampak Waktu Layar yang Tinggi Terhadap Perilaku Eksternal dan Internal

Masalah perilaku eksternalisasi ditunjukkan dalam perilaku anak-anak dengan bertindak negatif pada lingkungan eksternal seperti agresi, defisit perhatian, dan hiperaktif. Sedangkan masalah perilaku internalisasi mempengaruhi suasana hati dan emosi seperti kecemasan dan depresi.

Secara keseluruhan,  tim  peneliti mencatat bahwa hubungan tersebut, meskipun signifikan, sebanding dengan temuan meta-analisis lain tentang hubungan antara waktu layar dan keterampilan bahasa dan kinerja akademik anak.

Tetapi mereka melihat bahwa antara masalah perilaku dan emosional, terdapat hubungan yang lebih kuat antara waktu layar dan masalah perilaku, terutama dengan agresi.

Anak laki-laki terutama memiliki asosiasi yang lebih tinggi dengan masalah eksternalisasi dan waktu layar daripada anak perempuan.

Penulis makalah berspekulasi bahwa hubungan yang lebih kuat antara masalah eksternalisasi dan waktu layar mungkin disebabkan oleh anak-anak yang terpapar konten yang tidak pantas seperti kekerasan dan agresi selama waktu layar.

“Anak-anak mungkin menjadi tidak peka setelah terpapar berulang kali dan mencontohkan konten gresif atau kekerasan itu terhadap orang lain. Selain itu, meski waktu layar telah menjadi lebih normal, masih ada kemungkinan perilaku agresif dalam beberapa program layar yang terjadi,” tulis makalah itu.

Masalah Eksternal Lebih Mudah Diamati Dibanding Internal

Meskipun demikian, tim peneliti juga beralasan bahwa masalah eksternal mungkin lebih mudah untuk diamati daripada masalah   internal bagi para peneliti  yang mengarah pada sensitivitas yang lebih buruk untuk mengidentifikasi masalah internal.

Selain itu, dalam penelitian yang lebih lama juga ditemukan hubungan yang lebih kuat antara masalah perilaku dan waktu layar dengan asosiasi yang ditemukan menurun “karena kualitas studi meningkat” dan juga masih terjadi dalam penelitian yang lebih baru.

Meskipun demikian, tim juga mempertimbangkan bahwa studi mereka hanya berfokus pada waktu layar secara luas tetapi tidak memeriksa “aspek bernuansa waktu layar”.

Faktor lain seperti konten layar, konteks (menonton pasif atau menonton bersama), dan tujuan (pendidikan atau hiburan) semuanya dapat membatasi efek studi mereka.

Mengecualikan Penelitian yang Terjadi Selama COVID-19

Meskipun penelitian tersebut mengecualikan penelitian yang terjadi selama COVID-19 karena waktu layar dan tekanan mental yang meningkat selama pandemi, tim peneliti mengamati bahwa kelompok anak-anak tumbuh selama pandemi dengan peningkatan yang signifikan dalam waktu layar, yang menunjukkan kemungkinan implikasi dalam perkembangan mental mereka.

Dr. Lisa Mundy dari Australian Institute of Family Studies (AIFS) mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah pernyataan bahwa “ada kemungkinan bahwa anak-anak di “usia pertengahan” sangat rentan (terhadap dampak negatif) karena mereka sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. “Dan selama tahun-tahun inilah mereka mengembangkan rasa diri yang kuat,” kata Mundy.

Dr. Lisa Mundy menggemakan keprihatinan Sheri Madigan dan tim rekan penulis tentang dampak COVID-19 dan waktu layar yang menyatakan bahwa “perdebatan tentang dampak media modern pada perkembangan anak- anak tidak pernah lebih penting” dengan penelitian yang menunjukkan bahwa pada anak-anak berusia enam hingga 12 tahun, dilaporkan setidaknya terjadi 50 persen peningkatan waktu layar selama pandemi dan kemungkinan dampak negatif pada kesehatan fisik dan mental sebagai akibatnya.

Namun Mundy mencatat bahwa fokus yang paling penting bagi orang tua, guru, dan sistem pendidikan adalah pada jenis media yang digunakan.

Jika anak-anak menggunakannya untuk membuat konten, terhubung dengan kita orang dewasa, dan atau berkontribusi dalam diskusi, maka hal ini justru kemungkinan terkait dengan “hasil yang lebih baik”.

“Ada beberapa penelitian baru yang menunjukkan bahwa media sosial dapat bermanfaat bagi anak-anak usia sekolah ketika berfokus pada pendidikan, selaras dengan pekerjaan sekolah, dan mendorong pembelajaran kolaboratif.”

Menurut Mundy, pandemi COVID-19 telah meningkatkan literasi digital di sekolah dan menawarkan kesempatan untuk memanfaatkan waktu layar di sekolah untuk mendukung pembelajaran dan pengembangan yang sehat, dengan waktu layar memberikan “peran positif dalam pendidikan”.

“Tantangan bagi pendidik adalah untuk mempromosikan aspek-aspek positif, sembari secara aktif meminimalkan dan memitigasi potensi risiko,” tutupnya. (osc)