Pakar Shanghai : Lockdown Ketat Shanghai Berdampak Paling Parah Terhadap Investor Asing Dalam 30 Tahun Terakhir

 oleh Xu Yiyang

Pejabat Kementerian Perdagangan Tiongkok baru-baru ini secara terbuka mengklaim bahwa arus ekspor komoditas pesanan dan masalah relokasi dari perusahaan asing ke luar negeri berada dalam skala yang “masih terkendali” dan “berdampak terbatas”. Namun, seorang pakar investasi asing di Shanghai mengatakan bahwa kesediaan investor asing untuk berinvestasi di daratan Tiongkok telah menurun dalam beberapa tahun belakangan ini, dan dampak dari lockdown ketat Kota Shanghai terhadap investasi asing adalah yang terburuk dalam 30 tahun terakhir.

Shanghai Development Research Foundation baru-baru ini mengadakan seminar video dengan tema “Bagaimana Melihat Migrasi Keluar Beberapa Perusahaan Asing dari Tiongkok Saat ini”. Huang Feng, presiden Asosiasi Investasi Asing Shanghai mengatakan bahwa dampak epidemi di Shanghai terhadap perusahaan-perusahaan investasi asing adalah yang terparah dalam 30 tahun terakhir.

Huang Feng mengatakan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, meskipun jumlah investasi asing langsung masih terlihat terus tumbuh, tetapi di belakang itu, kemauan perusahaan multinasional untuk berinvestasi di Tiongkok sebenarnya telah menurun.

Mengenai relokasi perusahaan, Huang Feng mengatakan bahwa relokasi perusahaan padat karya adalah tren, jenis lainnya adalah perusahaan padat modal dan teknologi. Jika perusahaan ini pindah ke hengkang ke luar negeri karena rantai pasokan dan faktor politik lainnya, mereka akan berdampak besar pada ekonomi Tiongkok.”

“Mari kita bicara tentang troika. Kontribusi ekspor neto terhadap perekonomian sangat jelas setelah epidemi”, kata Huang Feng. 

Ia juga mengatakan,  pada beberapa tahun sebelum epidemi, kontribusi ekspor bersih terhadap perekonomian menunjukkan angka negatif. Jika perusahaan yang didanai asing yang berkontribusi ekspor  pindah, maka i akan berdampak sangat besar terhadap Tiongkok, termasuk lapangan kerja dan sebagainya. 

Pejabat Tiongkok sendiri juga mengakui bahwa Tiongkok sedang mengalami arus keluar pesanan dan relokasi industri ke luar negeri.

Li Xingqian, Direktur Departemen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Tiongkok dalam pengarahan rutin tentang kebijakan Dewan Negara pada 8 Juni, menyebutkan bahwa sebagian industri Tiongkok mengalami fenomena arus keluar pesanan dan relokasi industri. Dia juga mengatakan bahwa arus keluar pesanan berada dalam skala yang “masih terkendali” dan “berdampak terbatas”, “relokasi beberapa industri sejalan dengan hukum ekonomi”.

Pidato Li Keqiang tentang masalah ekonomi Tiongkok disensor oleh CCTV

Pada 6 Juni, Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengunjungi Kementerian Perhubungan dan memimpin sebuah simposium. Baik Kantor Berita Xinhua dan CCTV, kedua media corong pemerintah ini mengeluarkan siaran pers pada hari berikutnya. Namun, CCTV secara drastis memotong seluruh pidato Li Keqiang yang berisikan masalah ekonomi Tiongkok.

Paragraf pertama di awal dua manuskrip adalah kata demi kata, tetapi dari paragraf kedua, CCTV memotong sebagian besar isi pidato Li Keqiang terutama menyangkut masalah ekonomi.

Di paragraf kedua, keduanya melaporkan inspeksi Li Keqiang di komando lalu lintas dan pusat pengiriman. Berita yang dirilis Kantor Berita Xinhua menyebutkan : Seorang pejabat pelabuhan melaporkan bahwa arus bongkar muat kargo saat ini telah mulai pulih meskipun belum mencapai tingkat normal. Namun CCTV menghapus seluruh kalimat tersebut.

Li Keqiang memberikan tanggapannya, tetapi dalam siaran pers Kantor Berita Xinhua disebutkan bahwa Li Keqiang meminta pejabat yang berwenang untuk “mengambil tindakan” agar kargo kontainer yang tertumpuk di pelabuhan sesegera mungkin dapat dikirim, sedangkan CCTV menghapus kata “mengambil tindakan” dan menghapus pernyataan Li Keqiang “untuk memastikan kelancaran terhadap pengiriman produk ekspor produk, untuk membantu perusahaan memenuhi pengiriman mereka dan mempertahankan pesanan yang diperoleh dengan susah payah”.

Konten yang dihapus oleh CCTV juga mencakup ucapan Li Keqiang yang meminta kepada departemen transportasi untuk “berfokus pada penyelesaian masalah lalu lintas yang terutama disebabkan oleh ketidaklancaran yang terjadi di beberapa tempat”, “mencegah pengkodean berlapis-lapis dan tindakan sepihak demi kepentingan sendiri tanpa menghormati dan menjaga kepentingan pihak lain dalam menangani masalah”.

Dalam hal penguatan pembangunan infrastruktur transportasi dan sistem logistik modern, CCTV juga menghapus ucapan Li Keqiang yang meminta pejabat untuk “mengoptimalkan proses persetujuan, memperkuat jaminan faktor-faktor seperti penggunaan lahan”, dan “yang dapat dibuka sedini, sebaiknya sesegera mungkin dibuka”, serta kata-kata yang dia sebutkan, perlu “menciptakan lingkungan bisnis internasional yang berorientasi pasar dan legal”, dan “secepatnya meningkatkan vitalitas pembangunan ekonomi”.

Mengenai alasan fenomena media corong PKT memotong isi pidato Li Keqiang ini, komentator politik Chen Pokong dalam rekaman video di YouTube baru-baru ini menyebutkan bahwa ini merupakan bagian dari perebutan kekuasaan tingkat tinggi PKT, anggota dari faksi Xi Jinping dan faksi yang anti-Xi mereka akan mempublikasikan artikel melalui hubungan masing-masing di media resmi PKT. Inilah bukti bahwa perebutan kekuasaan di puncak pimpinan PKT berlangsung sengit, apalagi menjelang diadakannya Kongres Nasional ke-20.

Chen Pokong juga mengatakan bahwa isi pidato Li Keqiang yang dihapus CCTV adalah yang berkaitan dengan masalah ekonomi Tiongkok, serta arahan untuk tindakan spesifik yang perlu diambil aparat. Yang bagaimanapun harus diakui bahwa isinya sama sekali berbeda dengan propaganda Xi Jinping dan kaki tangannya yang mengatakan ekonomi Tiongkok baik-baik saja.

Media corong resmi PKT sebelumnya menggembar-gemborkan kebijakan Nol Kasus Infeksi,  sebagai sarana untuk menghantarkan kepastian yang lebih besar bagi perekonomian Tiongkok dan dunia.

S&P Global, sebuah lembaga riset pasar internasional, dalam laporan yang dipublikasikan pada 6 Mei tahun ini menyebutkan bahwa, kebijakan Nol Kasus Infeksi Tiongkok dan perang Rusia-Ukraina telah menyeret turun pertumbuhan ekonomi global dan terus mendorong inflasi menuju ke level tertinggi baru. (sin)