Analisis: Tiga Aksi Utama Luar Biasa NATO, Membuat Beijing Gelisah

Zhang Ting

Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO  digelar selama tiga hari mulai Selasa 28 Juni hingga Kamis 30 Juni di Madrid, Spanyol. KTT ini menjadi perhatian khusus dari seluruh dunia. KTT tahun ini adalah “luar biasa”, menurut anggota parlemen AS. NATO mengakui bahwa berkembangnya tantangan Tiongkok  merupakan realitas keamanan baru dan harus memperkuat kemampuan pencegahannya. Tiga aksi besar NATO selama KTT ini, membuat beijing gelisah.

Aksi Pertama : Strategi baru menggabungkan tantangan PKT untuk pertama kalinya

Para pemimpin NATO telah mengadopsi strategi baru yang akan menentukan cetak biru pertahanan NATO untuk dekade berikutnya. Yang paling mengganggu partai komunis Tiongkok (PKT) adalah bahwa strategi baru ini memasukkan tantangan PKT untuk pertama kalinya, menggambarkan PKT sebagai “tantangan sistemik.”

Strategi baru mengatakan PKT berusaha untuk mengendalikan sektor teknologi dan industri utama, infrastruktur penting, produk strategis dan rantai pasokan, menggunakan pengaruh ekonominya untuk membangun ketergantungan strategis dan meningkatkan pengaruhnya.

Strategi baru juga mengatakan bahwa NATO akan meningkatkan kesadaran bersama dan mencegah “taktik paksaan dan upaya Tiongkok untuk memecah aliansi”.

Strategi baru juga mengungkapkan keprihatinan tentang perluasan senjata nuklir Tiongkok dan kurangnya transparansi.

Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss mengatakan pada pertemuan puncak NATO pada Rabu 29 Juni, bahwa ketika Tiongkok memperluas ambisi strategisnya, konsep strategis baru NATO tentu saja harus secara khusus menyebutkan Tiongkok.

Truss juga mengatakan bahwa invasi Tiongkok ke Taiwan akan menjadi “salah perhitungan yang mendatangkan bencana”. Dia menekankan bahwa Inggris dan negara-negara lain harus mempertimbangkan kembali hubungan perdagangan dengan negara-negara yang terlibat dalam pemaksaan ekonomi.

Truss menegaskan, Perdagangan harus menargetkan negara-negara yang dapat dipercaya.

Dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post, Senator AS Jeanne Shaheen mengatakan bahwa strategi baru yang disepakati NATO di KTT tidak hanya berfokus pada agresi Rusia, tetapi juga berbicara tentang Tiongkok dan potensi pengaruhnya di negara-negara NATO.

Shaheen menekankan bahwa ini adalah pertemuan puncak penting di mana “negara-negara NATO, menjelaskan kepada seluruh dunia bahwa mereka tidak hanya saling mendukung tetapi juga tatanan internasional berbasis aturan”.

Duta Besar Tiongkok untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, Zhang Jun, mengatakan pada Selasa 28 Juni, bahwa Beijing “sangat prihatin” dengan “penyesuaian strategis” NATO ketika aliansi itu mencoba untuk mengalihkan perhatiannya kepada masalah-masalah utama dalam berurusan dengan Tiongkok di masa depan.

Aksi 2: NATO mengundang empat negara Asia-Pasifik ke KTT untuk pertama kalinya

Hal yang tidak biasa dari KTT NATO kali ini, adalah undangan pertama kepada para pemimpin Jepang, Australia, Korea Selatan dan Selandia Baru.

Tiongkok telah lama menuding Amerika Serikat mencoba membangun aliansi serupa di Asia-Pasifik. Kali ini, NATO, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, mengundang empat negara Asia-Pasifik untuk menghadiri KTT, yang membuat PKT semakin khawatir tentang kemungkinan ini. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian menyatakan ketidakpuasan pada Rabu 29 Juni, bahwa NATO terus memasuki kawasan Asia-Pasifik dalam beberapa tahun terakhir. Dia juga mengkritik NATO karena terlibat dalam “lingkaran kecil” geng.

Senator Thom Tillis, ketua bersama Senat AS NATO Watch Group, mengatakan pada pekan lalu bahwa pertemuan NATO akan menjadi “pertemuan puncak yang luar biasa.” Dia mengacu pada aliansi NATO yang berkembang dan menjangkau mitra Asia-Pasifik untuk melawan ambisi global Tiongkok.

Thom Tillis menilai pertemuan puncak ini sungguh luar biasa, selain fakta bahwa NATO memiliki dua negara nonblok yakni Finlandia dan Swedia yang ingin bergabung  dan menambahkan 830 mil ke Rusia. Tillis kepada The Washington Post juga mengatakan, di sisi lain, NATO memiliki negara-negara Lingkar Pasifik yang hadir. Dikarenakan, NATO semakin menegaskan bahwa Tiongkok adalah ancaman di sana dan ini adalah pertama kali dalam sejarah  menyertakan negara-negara Lingkar Pasifik di KTT NATO. 

Para pejabat AS mengatakan sebelum KTT,  bahwa keempat negara diundang untuk pertama kalinya, bertujuan menunjukkan kepada dunia luar bahwa perang Rusia terhadap Ukraina “tidak mengalihkan perhatian mereka dari Tiongkok. Bahkan, justru sebaliknya.”

Sementara itu, Pada KTT video BRICS minggu lalu, Xi Jinping menuduh Amerika Serikat berusaha memperluas aliansi militer dan membagi ekonomi dunia menjadi wilayah yang saling eksklusif.

Zhang Jun, duta besar Tiongkok untuk PBB, mengatakan bahwa Tiongkok menentang pencarian NATO untuk musuh imajiner di kawasan Asia-Pasifik, atau penciptaan perselisihan dan perpecahan.

Zhang Jun juga mengatakan bahwa Tiongkok menentang partisipasi NATO di kawasan Asia-Pasifik dan penggunaan aliansi militer untuk menyatukan “NATO versi Asia-Pasifik.”

Vivian Zhan, seorang profesor di Chinese University of Hong Kong yang berspesialisasi dalam politik Tiongkok mengatakan perkembangan baru pasti akan membuat Tiongkok gelisah, terkepung dan terancam.  

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menulis di Nikkei bahwa, ini adalah pertama kalinya para pemimpin dari empat mitra Indo-Pasifik berkumpul untuk pertemuan puncak NATO. Yang mana, untuk membahas bagaimana “memperkuat kerja sama kita dalam menghadapi krisis terburuk dalam beberapa dekade. keamanan. tantangan”.

Dia mengatakan Beijing telah bergabung dengan upaya Moskow untuk merusak tatanan internasional berbasis aturan, dan kebijakan koersifnya menantang kepentingan, keamanan, dan nilai-nilai NATO.

Pada 29 Juni 2022, para pemimpin Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan bertemu di sela-sela KTT NATO. (Brendan Smialowski/AFP)

Tahun lalu, sebagai bagian dari Agenda 2030, NATO berjanji untuk lebih memperkuat hubungannya dengan mitra Indo-Pasifiknya. Jadi awal tahun ini, NATO menyetujui agenda untuk mengatasi tantangan keamanan bersama. 

NATO, ujar Jens Stoltenberg, sekarang menerjemahkan kemauan politik yang kuat ini ke dalam kerja sama praktis di bidang-bidang utama, termasuk dunia maya, teknologi baru, memerangi disinformasi, keamanan maritim, perubahan iklim, dan ketahanan. 

Selain itu, di dunia yang lebih berbahaya dan kompetitif ini, NATO membutuhkan teman dekat dan mitra yang  lebih kuat dari sebelumnya. Tantangan global membutuhkan respons global.”

Stoltenberg menekankan bahwa dia berharap memperdalam kerjasama NATO dengan Jepang dan semua mitra yang berpikiran sama untuk “mempromosikan perdamaian, melindungi keamanan bersama kita dan mengirim pesan yang jelas: kekerasan dan intimidasi tidak akan dihargai”.

Aksi 3: NATO memperluas aliansi dan secara resmi mengundang Swedia dan Finlandia bergabung

Pada Rabu 29 Juni, 30 anggota NATO membuat keputusan pada pertemuan puncak di Madrid untuk secara resmi mengundang Swedia dan Finlandia bergabung dengan aliansi militer. Itu adalah salah satu perubahan terbesar dalam keamanan Eropa dalam beberapa dekade setelah invasi Rusia ke Ukraina, membuat kedua negara  meninggalkan posisi netral tradisional mereka.

Pada 28 Juni 2022, (depan, dari kiri) Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson, Presiden Finlandia Sauli Niinisto, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengadakan pembicaraan empat arah tentang aplikasi NATO dari Swedia dan Finlandia di sela-sela KTT NATO di Madrid. (Murat Cetin Muhurdar/Layanan Pers Kepresidenan Turki/AFP)

Tiongkok Menuding Ekspansi serta Memperingatkan NATO dan Kehadiran AS di Asia

Wang Wenbin, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok menuding pada akhir April bahwa “NATO, organisasi militer Atlantik Utara, telah melakukan propaganda di kawasan Asia-Pasifik dalam beberapa tahun terakhir, memprovokasi konflik.” Ia juga menuduh NATO telah mengacaukan Eropa. Sekarang apakah itu mencoba mengacaukan kawasan Asia-Pasifik dan bahkan seluruh dunia?”

Komentar Wang Wenbin merupakan tanggapan atas pernyataan sebelumnya oleh menteri luar negeri Inggris, Lizz Truss, yang menyerukan penguatan NATO setelah perang Ukraina dan memperingatkan bahwa Tiongkok harus “bermain sesuai aturan”.

Invasi Rusia ke Ukraina mendorong peningkatan belanja pertahanan Eropa. Amerika Serikat semakin yakin bahwa konflik Rusia-Ukraina membawa keuntungan tak terduga dalam jangka panjang. Bloomberg melaporkan pada 10 Mei bahwa para pejabat AS percaya, bahwa meningkatnya pengeluaran pertahanan di Eropa dan melemahnya Rusia dapat mempercepat perubahan keamanan AS ke Tiongkok.

Para pejabat AS terus mengamati peningkatan pengeluaran pertahanan di Eropa, bersama dengan Finlandia dan Swedia, sebagai perkembangan positif dalam keanggotaan kedua negara di NATO, yang mana dapat memungkinkan AS untuk melanjutkan kebijakan “poros ke Asia”. Langkah ini dipandang perlu karena lingkaran kebijakan AS semakin memandang Tiongkok, bukan Rusia, sebagai musuh militer utama. (hui)